6. Waffles (MuraKuro)

926 118 4
                                    

Autumn 2014

Tiga hingga empat kali seminggu, Tetsuya selalu mendatangi kedai dessert yang berada hanya satu blok dari apartemennya.

Hanya itu satu-satunya cara untuk menghilangkan bosan dan penat, setelah dua bulan ini Tetsuya menginjakkan kaki di perguruan tinggi.

Jauh dari kampung halaman, jauh dari orang tua, masih newbie pula

Maka Tetsuya memutuskan untuk bersahabat dengan beraneka ragam menu makanan manis dan, oh jangan lupa, susu kocok vanilla kesukaannya pun tersedia di kedai itu.

Memang sedikit berbeda dengan rasa susu di Maji burger, yang ini sedikit lebih gurih dengan tambahan topping marshmellow putih diatasnya, membuat mata bulat Tetsuya berbinar setiap kali menunggu pesanannya jadi.

Pemilik kedai adalah seorang paman paruh baya dengan rambut berwarna ungu dan senyum semanis cake vanilla. Sangat berbanding terbalik dengan anaknyaーsering Tetsuya dapati tengah mencuri pandang padanyaーyang begitu cuek pada pengunjung dan asyik dengan dessert yang tengah ia buat.

Namun toh Tetsuya tidak peduli. Ia masih tetap menjadi langganan kedai itu.

Lagipula waffles buatan Murasabara-kun enak sekali, Tetsuya tidak bisa memungkirinya.

.
.
.

Sore hari di musim gugur, tanpa absen Tetsuya kembali menyambangi kedai, seusai kerja kelompok dengan teman satu tim di perpustakaan kampus. Ia masuk ke dalam ruangan kedai dan mendapati sosok bongsor yang ia kenal tengah mendekorasi cake cokelat pesanan pengunjung.

"Selamat datang Kuroko-kun," ujar paman pemilik kedai dengan ramah.

Tetsuya menyunggingkan senyum tipis dan menunduk, lalu memilih tempat untuk duduk.

Tidak berselang lama seseorang menghampirinya dan menyodorkan lembaran menu padanya.

"Mau waffle lagi?"

Tetsuya mendongak. Dipandangnya Atsushi dengan mata biru menggemaskan. "Ada rasa baru yang mau Murasakibara-kun rekomendasikan padaku?"

"Hm," Atsushi mengulum lolipopnya. Ia menarik kursi di hadapan Tetsuya, lalu menunjuk pada satu menu yang tersedia, sepertinya tambahan, karena nama menu itu ditulis dengan tangan. "Scandinavian waffle, aku baru membeli cetakannya. Rasanya tidak jauh berbeda dengan American waffle yang biasa kau beli, Kurochin. Hanya bentuknya saja yang lucu."

Tetsuya mengikuti arah dimana jari jenjang Atsushi menunjuk. "Tidak ada gambarnya?"

Atsushi mengedikkan bahu malas. "Sudah kubilang, aku baru membeli cetakannya."

Tetsuya terdiam, tampak menimbang-nimbang.

"Topping bisa kau pilih sesuai seleramu, mau sama seperti biasanya juga bisa," tambah Atsushi lagi.

"Kalau begitu aku mau satu," putus Tetsuya. "Topping-nya seperti biasa, dan susu vanilla hangat saja untuk kali ini, Murasakibara-kun."

"Kedinginan, eh?"

Tetsuya hanya tersenyum, seiring dengan langkah Atsushi yang berjalan menjauh menuju meja pantry.

.
.
.

Tidak sampai lama pesanan Tetsuya sudah diantar. Untungnya kedai tampak lengang, jadi setelah menyelesaikan dekorasi pada cake cokelat pesanan, Atsushi bisa langsung membuatkan pesanan Tetsuya tanpa hambatan.

Pemuda bertubuh tinggi itu menghampiri Tetsuya, lalu meletakkan sepiring waffles dengan aroma manis memikat.

"Ini, scandinavian waffles versiku, Kurochin," katanya dengan wajah bangga.

Tetsuya memandang hidangan yang tersedia di hadapan, menghirup aroma manisnya dengan wajah bahagia.

"Lucu bentuknya, Murasakibara-kun," ujarnya.

"Apa kubilang."

Tetsuya meraih ponsel, memencet fitur kamera, dan memotret pesanannya. Begini-begini Tetsuya juga aktif di media sosial.

"Es krimnya aku ganti dengan krim vanilla, agar Kurochin tidak kedinginan," Atsushi berujar.

"Ah, terimakasih Murasakibara-kun," sahut Tetsuya. "Boleh kumakan sekarang?"

Atsushi hanya memainkan alis sebagai jawaban.

"Itadakimasuーeh?"

"Kenapa?" tanya Atsushi heran.

Tetsuya menelengkan kepala. "Ini, banyak ukiran hati juga di piringnya. Tema hari ini tentang 'hati' ya Murasakibara-kun? Dari waffle-nya bentuk hati, krimnya bentuk hati, sampai hiasan di minumankuーloh, Murasakibara-kun? Mau kemana? Kok pergi?" Matanya mengikuti Atsushi yang beranjak menjauh tiba-tiba.

Atsushi yang dipanggil hanya mengibaskan tangan, terus melangkah. Tubuh itu memang membelakanginya, namun telinga Atsushi yang memerah tidak luput dari tangkapan mata Tetsuya.

Pemuda itu menahan tawa.

Murasakibara-kun itu, kalau malu menggemaskan sekali

.
.
.
bersambung

Bagi yang berbuka puasa, selamat berbuka, ini saya berikan bonus sampel scandinavian waffles yang biasanya ada di kafe-kafe.

Bentuknya hati, biasanya disajikan dengan es krim, atau krim, atau buah-buahan, tergantung selera :)Cuma untuk versi Atsushi, dikasih ukiran-ukiran hati baik di waffle nya ataupun dipiringnya, sok sweet banget emang dia :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bentuknya hati, biasanya disajikan dengan es krim, atau krim, atau buah-buahan, tergantung selera :)
Cuma untuk versi Atsushi, dikasih ukiran-ukiran hati baik di waffle nya ataupun dipiringnya, sok sweet banget emang dia :')

Berikut ini random bonus juga, karena saya merasa cerita MuraKuro cukup pendek dan nggak berisi.
Maapkeun saya :'))

Semoga tetap terhibur ya :)

Semoga tetap terhibur ya :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AUTUMN SERIES ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang