13

2.4K 247 4
                                    

Author pov

Pagi ini, (y/n) kembali termenung di balkon kamarnya. Ia terduduk di lantai dingin dengan kedua lutut yang ditekuk dan menelungkupkan wajahnya disana.
Pasal eommanya yang menunggu pulang kemarin, ia berbohong.
Ibunya sedang pergi keluar kota menyusul sang ayah, adiknya pun ikut.
Jadilah hari ini ia sendirian dirumah.

(Y/n) kembali menangis meratapi nasib kisah cintanya dan Jisoo yang kemarin baru saja berakhir itu.
Merasa udara pagi semakin dingin, (y/n) pun masuk kembali kedalam kamarnya.

Lalu ia kembali terduduk, kali ini di kasur bukan di lantai dingin.
Keadaan (y/n) saat ini sedang kacau, rambut yang berantakan, mata yang sembab dan berkantung, serta bibir pucat.

Wajahnya pun sangatlah lusuh seperti orang yang tidak mandi selama seminggu. Siapapun yang melihat keadaan (y/n) saat ini pasti langsung bisa menebak bahwa keadaannya tidak baik-baik saja dan sedang dalam masalah.


(Y/n) turun ke lantai dasar rumah, ia merasa lapar.
Semalaman ia tidak makan sama sekali, bahkan minum air mineral saja tidak.
Ia berencana ingin membuat roti bakar dengan selai coklat, akan tetapi saat ia membuka kulkas isinya hanya ada sayur bayam dan juga sepotong ikan.
Melihat itu, selera makan (y/n) kembali menghilang.

"Andwae, aku tidak boleh begini terus. Aku tidak boleh terus terusan larut dalam kesedihan.
Aku harus melupakannya, sadarlah (y/n) jalan hidupmu masih panjang.!" ia lalu menepuk pelan kedua pipinya sekedar untuk menyadarkan diri sendiri.



Dengan langkah gontai, (y/n) memasuki supermarket saat ini.
Wajahnya terlihat lebih segar daripada tadi pagi.
Ia sengaja mengikat rambutnya dengan gaya ekor kuda, lalu poninya sengaja ia kesampingkan. Bibirnya ia poles dengan lipbalm tipis.

Memakai baju sweater berwarna putih dan celana training biasa, ia lalu mengambil sebuah troli di depan pintu masuk supermarket tersebut.
Yang pertama ia beli adalah sayur serta daging, lalu kedua adalah sereal serta makanan ringan. Tak lupa roti dan selai coklat kesukaannya.

Tak lupa juga satu mangkuk besar ice cream coklat susu kesukaannya.
Merasa semua bahan sudah terambil, ia segera menuju kasir untuk membayarnya.











Satu buah kantungan plastik besar kini bertengger di tangan kanan (y/n), sang pemilik kantung tersebut jalan dengan gontai menuju rumahnya.
Ia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang mengikutinya.

"Hiks hiks…ada apa denganku, kenapa kembali menangis seperti ini? Hiks… " ia kembali menangis. Langkahnya terhenti tepat di sebuah taman kecil dekat komplek perumahan.

(Y/n) terduduk pada sebuah bangku taman, ia menaruh kantungan plastik besar itu disampingnya.
Wajahnya ia benamkan pada kedua telapak tangannya, isakannya semakin kencang.

"Hei, kau tidak apa-apa?"
Mendengar ada sebuah suara berat disampingnya, (y/n) lalu berhenti menangis. Ia belum mau melihat kesamping.
Ia berusaha menghapus jejak air matanya, beberapa detik kemudian mata yang awalnya sembab itu melotot maksimal.

"K-kau? Wonwoo?" ia tak menyangka, kenapa ada Wonwoo disini.
Bukankah rumahnya dan Wonwoo itu sangatlah jauh, lalu kenapa bisa ia berada disekitar komplek perumahannya?

"Kau menangisi apa?"
"Bukan urusanmu." jawab (y/n) dengan sarkastik.

Wonwoo lalu duduk dengan tegap serta tatapannya lurus kedepan,
"Kau terlihat sedang ada masalah, mau berbagi ceritamu padaku? Aku ini pendengar cerita yang baik." tawar Wonwoo kepada (y/n).
Yang ditawari hanya diam mematung, matanya tak berkedip beberapa detik.
Lalu dengan gerakan perlahan, sang gadis memalingkan wajahnya kesamping.




"Aku baru saja putus cinta, Won."











(Y/n) pov

Aku tak tahu, bahwa Wonwoo akan seramah ini.
Tanpa berpikir panjang, akupun menceritakan semua kejadian kemarin dari awal sampai akhir.
Ia benar-benar mendengarkan ceritaku dengan baik, sesekali ia hanya mengangguk dan berdehem kecil.
Dan beberapa kali pula aku menjatuhkan air mataku, namun ia menguatkan.

Aku bukanlah tipe orang yang mudah menceritakan masalahku kepada orang lain, dirumah pun aku jarang memberitahu kedua orang tuaku tentang kehidupan sekolah selama ini.
Mengenai aku yang pernah di bully oleh fans fanatiknya Mingyu pun aku tidak pernah cerita. Aku benar-benar menyimpan semua rahasia itu selama ini, bahkan dengan Mingyu pun yang notabenenya sepupu sekaligus sahabatku itu, tidak pernah menceritakan masalahku.
Baik besar maupun kecil, kecuali ia memaksa untuk bercerita.
Maka aku akan memberitahunya.

"Jadi, ini semua bukan kehendak Jisoo itu. Tapi kedua orangtuanya?"
"Benar, ia bilang sudah sempat menolak dan berencana akan mengagaglkan rencana itu.
Namun ibunya tetap bersikeras menginginkan Jisoo untuk menikahi Son Hee, mantannya Mingyu." kulihat dari sudut mataku, bahwa Wonwoo sedikit terkejut dengan ucapan terakhirku barusan.

"Apa? Mantannya Mingyu? Jadi, perempuan yang dijodohkan dengan kekasihmu itu mantan Kim Mingyu?"  aku mengangguk kecil.. lalu tertawa kecil.
Tak kusangka, Wonwoo si muka datar ini orangnya bisa seheboh dan setengil ini.

Kenapa sikapnya sangat berbeda ketika berada di sekolah, kuyakin pasti akan ada banyak wanita yang menggilainya jika ia memasang sifat serta sikap ramah seperti ini.
Dia orang yang perduli, baik.
Andai saja sifat dan sikapnya bisa seramah ini ketika disekolah, aku juga pasti mengidolakannya.

Ah tidak, aku ini berbicara apa sih.

"Melamunkan sesuatu lagi?"
"Tidak. Terima kasih karena sudah mau mendengarkan ceritaku. Kalau begitu aku pulang duluan, Wonwoo-ssi."
"Jangan berbicara terlalu formal, santai saja. Kita ini kan teman, kau juga pernah menjadi partnerku bukan?"
"Ah ye, mmm~ kalau begitu aku duluan, Wonwoo-ya."

Wonwoo tersenyum kepadaku, lalu ia juga berbalik pulang.
Tentunya berlawanan arah denganku, jantungku berpacu dengan cepat ketika melihat senyuman si muka datar itu.
Lalu jantungku juga seketika menghangat melihatnya.

Ada apa dengan jantungku ini, kenapa selalu sepertu ini apabila Wonwoo bersikap ramah dan perduli?
Aku tidak menaruh perasaan kepadanya kan, tapi mengapa hatiku berdesir tadi?

Oh Tuhan, aku baru saja putus dari Jisoo oppa.
Tapi kenapa hati ini disaat yang bersamaan bisa merasakan perasaan yang senang juga.
Aku rasa ada yang tidak beres dengan organ tubuhku saat ini.





Perasaanku sedikit lebih tenang ketika aku menceritakan masalah tadi kepada Wonwoo.
Ia sedikit memberi saran agar aku tidak terlalu larut dalam kesedihan, ia menyarankan buatlah dirimu sesibuk mungkin agar kau bisa melupakannya tanpa kau sadari.

Tapi, hal apa yang harus ku perbuat agar terlihat sibuk?
Aku kan jarang melakukan hal-hal yang membuat diriku lelah.
Sesampainya dirumah, kantung belanjaan langsung kutaruh ke dapur.

Aku mengambil sebotol minuman dingin dari dalam kulkas, dan meminumnya dengan rakus.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 11:00 siang.
Dengan gerakan malas aku mengeluarkan seluruh isi belanjaannku dan menaruh sebagian ke dalam kulkas.

















Ga kerasa udah chp 13 aja 😌 padahal baru kemarin rasanya nulis chp pertama eh udah jadi belasan chp aja. Maaf ya guys kalau ada typonya dikit dan kalau ceritanya sedikit ngawur gaje gini 😂 maklumkan saja yaa masih author baru gue tuh.
Tapi ngebet banget pengen nulis cerita juga. Padahal EYD nya aja masih amburadul gini.

My Boyfriend Jeon Wonwoo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang