Divo mengigit bibir bawahnya sambil berfikir.
"Mending kita cari dia. Mencar! Galang, lo ke gedung kelas XII. Gue ke gedung kelas XI, dan lo Divo, ke gedung kelas X." Reno memberi arahan. Setelah di sanggupi, mereka langsung berlari untuk bergegas mencari Revan.
-
"Kak, ada ngeliat Revan ga?" Tanya Galang kepada siswi kelas XII yang sedang mengobrol.
"Revan? Engga tuh. Biasanya dia lewat sini sih, tapi dari tadi ga ada nampak." Jawab salah satu siswi. Yang lainnya hanya menggelengkan kepalanya.
Galang menghela napas. "Makasih ya kak."
Perasaan gue ga enak, njir! Batin Galang dan merongoh ponselnya mencoba untuk menghubungi Revan lagi.
Reno berlari menyusuri koridor kelas XI. Melihatnya tergesa-gesa membuat siswa ataupun siswi bertanya-tanya. Keringat Reno bercucuran sehingga membuat beberapa siswi memekik.
"Dini! Ada ngeliat Revan lewat sini ga?" Siswi yang bernama Dini itu menggeleng, tanda dia tidak tau. Reno beralih bertanya kepada siswi yang lain.
"Puput! Lo nampak Revan ga put?"
"Revan? Tadi dia bilang sama anak-anak mau latihan musik." Jawab Puput sambil mengunyah permen karet.
"Berarti dia udah ke ruang musik?" Tanya Reno memastikan. Puput mengangguk mengiyakan. "Makasih ya, Put." Reno langsung berlari secepat mungkin ke ruang musik yang terletak di dekat aula yang jaraknya masih lumayan jauh.
Cici berjalan menyusuri ruang ekstrakurikuler yang terletak di dekat aula. Dia sedang mencari ruangan untuk ekskul melukis. Tetapi, dia tidak tahu dimana letak ruang tersebut.
Cici memukul pelan kepalanya menyadari kesalahannya. Seharusnya dia mendengarkan Zena saat dia menjelaskan letak ruangan tersebut.
Cici memutuskan untuk mengecek setiap ruangan dengan membuka pintunya satu per satu. Dia membuka pintu dari ujung lorong. Sampai pada saat pintu ketiga, Cici tersentak.
Dia melihat pemandangan yang sangat dihindarinya. Cici menahan napasnya, terkejut.
Dia melihat Divo sedang berantem. Cici memekik pelan saat salah satu siswa yang dia tidak tahu namanya memukul keras rahang Divo. Divo tersungkur dilantai sambil mengusap bibirnya. Divo hanya sendiri tetapi lawannya ada empat orang. Itu sama sekali tidak sepadan.
Cici melihat ke sekitar ruangan dan mendapati Revan yang sudah babak belur dengan darah yang bersumpah di bajunya.
Bukan itu saja yang membuat Cici tersentak. Saat dia melihat Divo yang tersungkur, bukan wajah kesakitan yang di tunjukkannya, melainkan wajah sinis yang memperlihatkan bahwa Divo sangat menikmatinya. Dia tersenyum meremehkan. Dengan tatapan tajam yang meciutkan lawannya.
Dan satu lagi, mata Divo yang seharusnya berwarna hitam pekat berubah menjadi ungu.
Divo tidak terlihat seperti biasanya.
Divo bangkit, dia meregangkan sedikit lehernya. Lalu berjalan perlahan kearah siswa yang tadi memukulnya. Tanpa disadari, Divo berlari dan menendang dada siswa tadi yang langsung terpental ke dinding di belakangnya.
Teman dari siswa itu tidak terima. Lalu berusaha untuk memukul Divo, tapi tetap tidak mempan. Karena Divo langsung memukulnya dengan brutal. Mereka kewalahan menghadapi Divo, terlihat dari wajah mereka yang kelelahan. Padahal tiga lawan satu.
"Awas lo! Gue bakal bales kalian!" Teriak salah satu siswa yang tersungkur dilantai. Lalu mereka langsung keluar dari pintu belakang dan meninggalkan Divo dengan Revan.
Cici masih merekam semua kejadian itu di dalam otaknya. Tanpa disadari Cici menjatuhkan kanvas yang sejak tadi dipegangnya.
Divo langsung menoleh kearah datangnya suara, begitu juga Revan yang menyadari kehadiran Cici.
Divo menatap lurus kearah Cici. Dengan segala kekuatannya Cici menahan agar air matanya tidak menetes karena ketakutan.
Sunyi.
Tidak ada suara yang mengisi diantara mereka, hanya tatapan yang dipancarkan. Dan tiba-tiba saat Reno dan Galang datang, Divo langsung jatuh pingsan.
"Kak Divo!" Cici memekik.
"Divo!" teriak Galang dan Reno bersamaan. Mereka langsung berlari kearah Divo, begitu juga Cici.
Ternyata Divo masih setengah sadar. Cici menghela napas lega saat tahu ternyata Divo masih hidup.
"Cici, ini gue Divo. Divo yang dirumah sakit waktu dulu. Divo yang jadi temen deket lo dulu." Divo tersenyum kearah Cici yang menatapnya kaget.
Cici terdiam. Dia tidak bisa berpikir jernih. Dia benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Cici menatap manik mata Divo yang perlahan-lahan berubah kembali menjadi hitam. Dan saat matanya sudah hitam sempurna, Divo benar-benar tidak sadarkan diri.
Cici masih diam sambil memikirkan kalimat Divo tadi. Dan ingatannya tentang masa itu terulang kembali.
Apa mungkin itu dia? Batin Cici bertanya-tanya dalam hatinya.
-----
Next?
YOU ARE READING
AURORA♕[ON GOING]
Teen Fiction⚠️FOLLOW SEBELUM BACA!!!⚠️ Takdir memang suka bermain dengan kehidupan, seperti takdir Cici yang bertemu kembali dengan Divo diwaktu yang tidak disangka. Mereka kembali bertemu dan masih dihantui oleh masa lalu yang kelam. Divo berusaha mencari seb...
♕Four♕
Start from the beginning
![AURORA♕[ON GOING]](https://img.wattpad.com/cover/60544432-64-k75216.jpg)