2. Resolusi sebulan sekali, It's OK!

22K 1.4K 18
                                    

“Nggak jadi cari jodoh?” celetuk Mbak Rena saat Tiar meletakkan tas di meja kerjanya. Pasalnya, kemarin Mbak Rena cuti saat mereka memperbincangkan masalah jodoh. Lantas, dari mana dia mendapat informasi? Sudah pasti salah satu di antara mereka ada yang membocorkan pada Mbak Rena.

“Ada yang salah?” Tiar menjawab seanggun mungkin setelah meletakkan tas LV cokelatnya di meja. Blazer cokelat terlihat senada dengan roknya membuat penampilannya sedikit lebih menarik.

“Semalam Maya bocor ke gue. Katanya elo kepergok bos mau cari jodoh.” Tiar tidak bisa menahan senyum mendengarnya. Mengingat betapa malunya dia kemarin saat Pak Alex tiba-tiba sudah berdiri di belakangnya. Dan sekarang, Tiar hanya tersenyum tidak jelas di depan Mbak Rena.

“Jadi?”

“Apa? Emang kenapa kalo kepergok cari jodoh?” Tiar melotot tajam, menyembunyikan rasa malu yang masih menggelitik hatinya.

“Kapan cuti?” Mbak Rena melanjutkan aksi cecarnya, “buat cari jodoh.”

“Tuh kan. Kumat.” Mbak Rena tak henti merecoki Tiar dengan pertanyaan ajaibnya. Senyum puas tersungging dari mulutnya saat melihat Tiar hanya bisa manyun tanpa bersuara. Sementara tangannya sibuk membetulkan kabel printer yang terhubung dengan komputer.

“Pagi...,” Maya yang baru tiba di kantor, melenggang masuk ruangan dan disusul oleh Sinta.

“Asyik banget ngobrolnya, Mbak,” sapa Sinta.

“Gue cuma mau memastikan. Siapa tahu pas gue menderita di kasur, kalian malah sudah asyik pacaran.”

“Lihatlah, Mbak Rena tidak mau kalah start.” Senyum simpul Tiar tidak bisa disembunyikan saat Mbak Rena mengomel membalasnya. Hari ini masih seperti kemarin untuk Tiar. Meja kerja yang sama, rak, tatanan yang tidak berubah sama sekali. Monoton, seperti hidupnya. Bahkan bolpoin dan pensil pun tetap konsisten pada tempatnya. Menyedihkan sekali pikirnya.

“Enak kali ya, kalau punya cowok. Setiap ada masalah bisa cerita ke doi,” kata Tiar sambil menerawang jauh setelah urusannya dengan kabel selesai. Jangan tanya sampai di mana imajinasinya, yang jelas jauh sekali. Sesuatu yang indah tengah melintas di pikirannya. Mungkin, sisi lain di hatinya memang membutuhkan seseorang yang mampu mengisi ruang yang selama ini kosong. Berharap orang itu mampu memberi warna pada hidupnya. Di usianya yang sudah matang, rasa cemas mulai menghantui. Bagaimana jika sampai rambutnya memutih nanti, tidak ada satu pun kaum adam yang mau bersamanya?

“Memangnya cowok itu tempat buang sial?” Mereka menoleh saat Tomas masuk ruangan tanpa permisi ataupun mengetuk pintu. Suaranya membuyarkan lamunan Tiar.

“Eh, kok tersinggung. Elo cowok ya?” Kalau urusan seperti ini Mbak Rena bisa paling pedas berkomentar. Namun, yang diledek sepertinya tidak menghiraukan sama sekali. Dan dia sibuk dengan aktivitasnya sendiri.

“Punya kopi?” Tomas sengaja tidak membalas komentar Mbak Rena dan mengaduk-aduk kotak kecil di sebelah dispenser. Dia berharap menemukan apa yang dicarinya. Nyatanya tidak ada sesuatu di dalam kotak putih dengan pelapis hitam di kedua sisinya itu. Tiar melempar sebungkus kopi kemasan padanya.

“Eh, stop!” Tiar menghentikan Tomas saat dia akan mengisi cangkirnya dengan air dari dispenser ruangannya.

“Kenapa?” tanya Tomas bingung.

“Jangan ambil di situ. Kaum hawa nggak ada yang bisa refill galon.” Alih-alih menurut, pura-pura tidak dengar, iya. Dasar Tomcat payah. Nama panggilan Tomas yang diberikan oleh Tiar.

“Pelit amat sih. Ntar gue buat jungkir balik tuh galon. Buat kalian,” katanya mantap.

“Halah gombal doank. Paling-paling juga nyuruh OB,” cecar Maya.

“Pantesan kalian semua nggak ada yang punya pacar. Galak semua gitu.”

“Biarin. Minimal gue pernah pacaran. Emang elo,” kata Tiar sambil menunjuk Tomas dengan menggerakkan dagunya,  “Gue doain jadi jomblo abadi baru tau rasa lo.”
“Kalau ngomong hati-hati ya,” Tomas tidak mau  mendengar kata-kata Tiar. Sebagai balasannya, dia mulai menggoda Sinta. Anak baru yang tidak akan seberani Tiar dan Mbak Rena untuk memberi komentar pedas kepada Tomas. Melihat itu, Tiar seakan tidak rela. Dia tidak ikhlas jika Sinta jatuh ke dalam rayuan Tomas.

“Sin, lo mau daftar nggak?” Tiar  kembali merecoki mereka. Tetapi, Sinta yang dipanggil justru bengong.

Resolusi Love  (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang