Chapter 4 - Perjanjian Maaf

1.6K 155 0
                                    


'

Tringgg'

Bunyi lonceng cafe berbunyi, seorang pembeli masuk ke dalam. Nayeon yang datang dengan keadaan mengenaskan itu sukses membuat beberapa pasang mata menatap ke arahnya.

Kedua mata sembab dengan bercak air mata yang membekas di pipinya tak ia perdulikan. Sesekali sesegukan dan menangis tak jelas.

'Krekk'

Nayeon menarik kasar salah satu kursi lalu duduk dan menunduk di meja. Masih saja dengan keadaan sama, menangis tak karuan.

Seorang pelayan wanita menghampiri nya sambil membawa buku menu dan sebuah notice kecil. "Maaf, permisi. Nona mau pesan apa?" tanya pelayan cafe itu dengan ramah.

"Kopi paling pahit" ketus Nayeon masih dengan posisi menunduk. Tak berniat mengangkat wajahnya yang pasti sudah basah dengan air mata.

Pelayan itu tampak kebingungan, ia tidak begitu jelas mendengar suara Nayeon.

"Ne?"

Kepala Nayeon mendadak terangkat,
Nayeon menatap kesal ke arah pelayan cafe itu. "Aku bilang pesan kopi yang paling pahit! Nona tidak mendengar?" ketus Nayeon semakin tajam.

"Walau kopi pahit, setidaknya dia tidak pernah berpura-pura manis" sambung Nayeon lagi meracau tidak jelas. Sedangkan pelayan itu hanya mengangguk-nganggukan kepalanya mencoba mengerti dan berniat segera melesat ke dapur sebelum menjadi santapan kemarahan Nayeon.

"Tidak perlu ditambah gula jika perlu!!!" teriak Nayeon yang masih bisa di dengar pelayan tadi. Gadis itu lalu kembali ke posisi awal. Menundukkan kepala di meja.

Tanpa Nayeon sadari, tampak seorang pria dari belakang, tepatnya dari arah tempat pembuatan kopi terus menatapnya intens. Pria itu lalu berjalan mendekat ke tempat Nayeon.
"Im Nayeon" sahut pria tadi sambil menepuk pelan pundak Nayeon membuat si empunya mendongak, mengangkat malas kepalanya.

Mata Nayeon membelalak, gadis itu nampak sangat kaget dengan kehadiran pria itu.

"Ji...Jinyoung?"

***

Setelah hampir 15 menit akhirnya Chanyeol sampai di depan rumah Somi. Sebenarnya ia terpaksa mengantar Somi tadi karena gadis itu yang merengek memaksa minta diantar dengan alasan tak enak badan dan masih belum mengenal siapa pun di sekolahnya. Oh astaga, tentu Chanyeol tak akan setega itu membiarkan Somi yang nanti mungkin akan pingsan di tengah jalan dan berakhir dengan dirinya yang tambah direpotkan.

Somi turun dari motor Chanyeol kemudian tangannya terulur membuka helm di kepalanya dan memberikannya kembali pada Chanyeol. "Gomawo"

"Hmm"

Chanyeol mengaitkan kembali helm yang dipakai Somi pada jog belakangnya.

"Kau tidak ingin masuk dulu?" tawar Somi mencoba antusias namun Chanyeol tak mengidahkan. Pria itu malah langsung melajukan motornya dengan kecepatan maksimal meninggalkan Somi yang masih terpaku.

Pria itu fokus dengan motornya, membelah jalanan Seoul yang seakan tak pernah sepi dengan penghuninya. Mendadak Chanyeol semakin menambah laju kecepatannya sesaat setelah bayangan Nayeon terlintas di benaknya. Ia jadi kembali mengingat ucapan kasarnya tadi dan itu membuatnya merasa sedikit bersalah mungkin.

***

"Jinyoung-ah, kenapa kau bisa ada disini? Bukankah kau seharusnya berada di Jepang?" tanya Nayeon memecah keheningan. Ia sudah cukup tenang sekarang, dan itu semua berkat Jinyoung. Pria itu memperbolehkannya meminjam bahunya untuk menangis tadi.

One Step Two Step [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang