°Prolog°

17.5K 574 14
                                    


Alex dan Sonia, berlari kecil di koridor romah sakit. Wajah keduanya sama-sama memancarkan roman kekhawatiran, tak pelak Sonia menangis karena sangat mengkhawatirkan kondisi ibunya. Tadi pagi, ia baru saja mendapat telfon dari ibunya, perempuan yang mengabarkan akan datang ke Jakarta melepas rindunya dengan anak dan cucunya. Tapi, baru saja ia telah mendapatkan kabar yang mengejutkan, suatu peristiwa kecelakaan yang telah dialami ibunya.

"Pah, ibuku pah, ibuku...," bibir Sonia bergetarenahan tangis, semntara laki-laki di sampingnya hanya bisa memeluk istrinya, berusaha menenangkan perempuan yang sedang menggelugut itu.

"Tenang, mah. Percaya sama papah. Ibumu pasti akan baik-baik saja."

"Tapi, papah bisa dengar kan? Banyak korban yang meninggal karena bis itu meledak, bagaimana jika ibuku terluka parah."

"Sudah, jangan berfikir yang tidak-tidak. Yang jelas ibumu tidak hangus terbakar di dalam bis itu, itu artinya masih besar kemungkinan jika ibumu akan selamat."

Sonia tidak bisa berkata-kata lagi, yang ada dipikirannya hanya ibunya, perempuan yang sangat ia sayangi.

Tak lama, seorang anak laki-laki yang masih mengenakan seragam putih abu-abu terhenti di depan UGD, nafasnya masih tidak beraturan. Kabar mengejutkan itu sudah nyaris menghentikan  kerja jatungnya.

"Pah, bagaimana dengan nenek?"

"Tenang Adrian, nenekmu pasti akan baik-baik saja."

Adrian hanya mengangguk, meski tidak bisa tenang, karena sangat menghawatirkan kondisi nenek kesayangannya.

Seorang dokter baru saaj keluar dari dalam ruangan UGD, membuat Sonia dan Alex langsung mendekati lelaki berjas putih itu.

"Bagaimana ibuku?"

"Syukurlah, ibu anda baik-baik saja, tidak ada luka serius yang harus dikhawatirkan."

"Kami ingin melihatnya."

"Silahkan, kebetulan beliau juga sudah sadarkan diri."

"Terimakasih, Dok."

Dokter hanya mengangguk, kemudian tersenyum ramah.

Alex, Sonia dan Adrian kini sudah sama-sama berada di dalam ruangan nek Jesi, terlihat luka kecil yang sudah di perban di keningnya.

"Ibu, ibu baik-baik saja kan?"

"Ibu tidak apa-apa, ini berkat seseorang. Jika dia tidak menyelamatkan ibu, mungkin ibu sudah hangus terbakar di dalam bis itu."

"Benarkah? Lalu dimana dia? Aku ingin mengucapkan terimakasih padanya."

"Dia sudah meninggal."

Sonia terdiam, orang yang sudah menolong ibunya telah meninggal dunia. Lantas, pada siapakah dia harus membalas budi?

***

Dilanjut setelah Impossible tamat 😘

K A N I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang