14*khawatir 2..

14 5 4
                                    

Apa yang akan terjadi pada Erza yang sudah melahap habis masakannya tanpa sisa?

Audrella khawatir. Ia berlari menerobos kelas 12 IPA 2, membuat penghuni kelas itu heran.

Ternyata belum ada guru yang mengajar.

Maniknya melihat pria dihadapannya itu tengah duduk bersandar seraya memejamkan matanya.
'Apa tuh anak mati?'

"za, lo udah mati belum?" koarnya khawatir sembari mengguncang pelan tubuh Erza.

Erza membuka matanya. Rasa kantuk yang menyelimutinya kini hilang seketika karena terkejut. Apa stres gadis aneh ini kumat lagi hingga tega mengganggunya disaat-saat dirinya akan memasuki alam mimpi.

Sontak raut wajah Audrella berubah tenang. Ternyata si pria sopan ini belum mati.

"Gue kira lo udah mati tadi. Gue udah khawatir plus panik tau gak" sambungnya sedikit meninggikan suaranya.

Erza menatap bingung si gadis yang kini duduk dihadapannya menempati bangku milik Andrex.

'Apa maksudnya? Kenapa dia tanya aku sudah mati atau belum?'

Ia menatap Audrella tak suka "kalo mau bercanda. Yang wajar-wajar aja. Jangan kaya gini" Erza mencabut tisu yang menyumpal kedua lubang hidung Audrell. Gadis itu berusaha merebutnya tapi Erza lebih dulu membuangnya ketempat sampah yang ada dibelakang kelas.

"lo kenapa buang tisu gue? Lo kira gue gak wajar. Gue gak waras gitu. Gue gak lagi bercanda tau" seketika darah kembali mengalir dari kedua lubang hidungnya "Aduhh. Lo harus tanggung jawab karna udah buang tisunya" Audrella menyilakan kedua tangannya dimeja. Menatap manik biru laut dihadapannya yang terlihat merasa bersalah.

Melihat darah yang terus mengalir melewati bibir sigadis Erza gelagapan mencari sesuatu disekitar mejanya yang bisa ia gunakan tapi nihil. Alhasil Erza merobek lembar demi lembar kertas dibuku miliknya. Membersihkan darahnya dengan hati-hati.

Seketika penghuni kelas yang menyaksikan adegan itu dibuat tak percaya.

Menatap tak suka terutama para gadis. Erza yang dingin bak es dikutub bahkan belum pernah menatap mereka seperti itu yang memang teman sekelasnya sendiri. Tapi apa ini? Mereka benci Audrella.

"kamu kenapa? Kok bisa kaya gini?" pertanyaan itu meluncur begitu saja. Erza segera menutup mulutnya heran mengapa orang sepertinya yang jarang mengkhawatirnya orang lain kecuali Keluarganya, Andrex dan juga Reno bisa sekhawatir ini pada seorang gadis seperti Audrella.

"iya bisa lah. Gue kan manusia biasa. Bukan zombie"

Erza memutar bola matanya. Percuma saja ia mengkhawatirkan gadis dihadapannya ini. Tapi entah kenapa kekhawatirannya tidak hilang "kenapa?" ia kembali membersihkan darah yang terus mengalir.

"gue gak papa. Kejedot tembok tadi hidung gue jadi mimisan kaya gini" jawabnya asal.

"aku gak percaya"

"itu urusan lo mau percaya atau gak" Audrella tau Erza tak akan percaya padanya "Tunggu!. Gue kesini itu buat marahin lo. Bukan buat bahas hidung gue"

Erza sangat ingin tahu kenapa Audrella itu bisa mimisan. Tapi gadis aneh itu malah mengganti topik "maksudnya"

"lo gila iya. Kalo lo mau mati jangan sekarang. Besok aja. Gak papa kok gue rela"

"maksud kamu apa sih? Kamu mau aku mati"

"mati itu rahasia takdir. Mau gak mau orang yang waktunya udah abis itu harus mati. Tapi kalo lo mau mati jangan sekarang. Lo harus tahan dulu sampe besok atau lusa baru gue izinin. Yang pasti jangan sekarang"

FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang