10*kesepakatan..

40 7 4
                                    

Irihati...

Ralat. Iriana masih membatin. Banyak pertanyaan dalam pikirannya tentang Audrella. Masih menatap Audrella yang kini duduk disamping mainannya tak percaya.

Audrella melirik sekilas pada Siti yang masih menangis. Tak bersuara memang, tapi ia dapat melihat air matanya tak berhenti turun.

"Irihati. lo anak sekolah mana sih" Audrella mendongak menatap Iriana. Kini suaranya kembali seperti semula. Humor dan bersahabat. "lo palajar kan. Masa lo gak tau kalo kantin itu tempat buat makan, bukan tempat buat bully orang"

Iriana terkekeh. Memberanikan diri untuk melawan karna suara Audrella tak lagi dingin seperti tadi "heh, kayanya gue yang perlu beliin lo kaca deh" menatap remeh Audrella. Ia harus membalas penghinaan yang biang kerok itu lakukan. "sebelum lo nasihatin orang sebaiknya lo ngaca lo itu udah bener apa belum. Lo juga pelajar kan, pelajar yang buruk karna kerjaanya cuman bolos"

BRRAKK.....

Penonton pun dibuat terkejut tuk kedua kalinya termasuk Iriana dan kedua temannya yang langsung gemetar karena Audrella yang tiba-tiba menggebrak meja seraya bangkit dari duduknya. "SEENGGAKNYA GUE GAK NGERUGIIN ORANG LAIN" suaranya meninggi dan lebih dingin dari sebelumnya. Matanya berkobar api kemarahan menatap mata lawannya yang kini nanar.

Audrella menunjuk dirinya sendiri "GUE EMANG BUKAN PELAJAR YANG BAIK. DAN BOLOS. YANG RUGI ITU GUE SENDIRI. EMANGNYA KALO GUE BOLOS GUE NGERUGIIN LO?. GAK KAN?"

Lagi-lagi kalimat yang Audrella lontarkan sangat menohok. Iriana terus menguatkan dirinya agar tidak menangis dihadapan si biang kerok. Ia tak menyangka Audrella akan membentaknya. Salah sudah membangunkan singa yang sedang tidur karena terlena jika ia sudah jinak.

Andrex menatap Audrella tak percaya. Sedari kecil ia tak pernah melihat sepupunya seperti ini. Dan ini pertama kalinya ia melihat Audrella marah.

Begitupun Reno. Ia yang setiap harinya melihat keceriaan Audrella tak percaya dengan apa yang terjadi. Seperti melihat Audrella yang lain. Bukan Audrella yang ia kenal.

Sedangkan Erza. Lagi-lagi dejavu menghampirinya.

"KENAPA GAK JAWAB" Audrella kembali menggebrak meja membuat Iriana sedikit melangkah mundur "LO MAU DIBILANG HEBAT KARENA BISA BULLY ORANG YANG BAHKAN GAK MAMPU NATAP MATA LO KAYA GINI. BUKANNYA HEBAT, TAPI PECUNDANG"

Audrella melirik kearah dimana 3 buku ukuran sedang itu berada. Matematika. Ia mengambilnya lalu melemparnya kelantai "DAN LO PECUNDANG. LO MAU DAPET NILAI BESAR DENGAN CARA KAYA GINI. ENAK-ENAKAN ONGKANG KAKI TINGGAL NGAMBIL HASIL TANPA USAHA. SEENGGAKNYA KALO LO MAU BULLY ORANG. PILIH ORANG YANG BISA NATAP MATA LO."

Audrella menyeringai "bukannya itu lebih menyenangkan?" kini suaranya kembali lagi seperti semula.

'Apa si biang kerok ini psikopat? Kenapa suaranya berubah-ubah?', batin Iriana ciut.

Audrella kembali duduk disamping Siti. "Irihati. Mend......."

"NAMA GUE IRIANA. BUKAN IRIHATI" bentaknya reflek karena jengah di panggil Irihati meskipun nyalinya masih menciut.

Audrella terkekeh "terserah gue donk mau manggil lo apa. Lagian juga nama lo lebih cocok Irihati dari pada Iriana" mendengar hal itu suasana kantin yang mencekampun berubah menjadi ramai suara gelak tawa para penonton. Bahkan penontonnya semakin bertambah.

"Lo...." Tunjuk Iriana semakin jengah melihat lawannya yang ikut tertawa. Rasa takutnya perlahan berubah kesal. Apa emosinya sedang dipermainkan. Keanggkuhannya mulai kembali.

"stop. Gue gak mau ribut sama lo Irihati"

"lo gak mau ribut drell. Trus yang tadi itu apa?" tanya salah satu penonton yang duduk dimeja sebrang.

FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang