CHAPTER 4

669 96 10
                                    

“Dasar tidak tahu diri!”

“Kau merebut Taehyung dari Sujeong!”

“Kau ini sahabat macam apa, huh!”

Mendengar suara-suara yang sungguh menyakiti telinga tersebut, Sujeong segera berlari menuju taman belakang –asal suara itu.

Tak pelak, kejadian di depannya sangat membuatnya terkejut.

“Chaeyoung!”

Sujeong tergesa-gesa menghampiri Chaeyoung yang sedang dibully oleh teman-teman sekelasnya.

“Berhenti!” teriak Sujeong sambil memeluk Chaeyoung. “Apa yang kalian lakukan, hah?”

“Kenapa kau membelanya? Dia-”

“Ini adalah urusanku, bukan urusan kalian! Kalian tidak berhak ikut campur! Mengerti? Sekarang pergilah sebelum aku melaporkannya ke guru konseling!”

Dengan perasaan kesal, mereka -teman sekelas Sujeong dan Chaeyoung berlalu pergi dari sana. Sujeong merapikan penampilan Chaeyoung yang berantakan.

“Kau tidak apa-apa?”

Chaeyoung menatap sahabatnya nanar. “Apakah benar?” Bukannya menjawab, justru Chaeyoung melemparkan pertanyaan yang ambigu.

“Ya?” Sujeong tak mengerti.

“Aku merebut Taehyung darimu?”

Sujeong terdiam. Entah kenapa, dadanya terasa sesak kembali.

“Tidak…” Gadis itu menjawab ragu. “Kau tidak merebutnya, Chaeyoung. Cinta tidak bisa dipaksakan. Jika Taehyung memang mencintaimu, aku bisa apa? Sebagai sahabat, aku pasti akan selalu mendukungmu.”

Tangis Chaeyoung pecah saat itu juga. Ia memeluk Sujeong erat-erat.

“Maaf. Maafkan aku, Sujeong.”

“Tidak perlu meminta maaf padaku. Itu hakmu.”

Drrt… drrt…

Ponsel Chaeyoung bergetar. Tanpa melihat pun, Sujeong sudah tahu siapa pengirimnya.

“Hampiri dia.”

“Tapi-”

“Cepat! Jangan biarkan dia menunggu!”

Meskipun sedikit ragu, akhirnya Chaeyoung menurut. Sebelum Chaeyoung pergi menjauh, Sujeong menghentikannya.

“Chaeyoung, berjanjilah padaku untuk selalu menjaga hubungan kalian sampai ke pelaminan.”

Chaeyoung mengangguk. Setelahnya, ia benar-benar pergi meninggalkan Sujeong yang kini tak bisa lagi menahan tangis.

“Rasanya aku seperti sedang menonton sebuah drama.”

Sujeong buru-buru menghapus air matanya. Ia menatap pria itu.

“Mingyu? Kenapa kau ada di sini?”

Mingyu tersenyum. “Jangan berpura-pura seolah kau adalah gadis yang kuat. Aku tahu sikapmu tadi hanya sebuah penipuan belaka untuk menutupi rasa sakitmu,” katanya tanpa menjawab pertanyaan Sujeong.

Ingin sekali Sujeong mengelaknya, namun yang dikatakan Mingyu memang benar. Tanpa berpikir panjang, Sujeong mengeluarkan segala beban hatinya di hadapan Mingyu. Menangis terisak-isak sambil memukul dadanya.

“Menangislah untuk seseorang yang pantas kau tangisi. Perlu kau tahu, Taehyung tidak pantas mendapatkan air mata berhargamu.”

“Aku tahu, hiks…” Sujeong berusaha berbicara disela isakannya. “Tapi aku harus bagaimana? Biarkanlah aku menangis untuk kali ini saja. Di sini, sangat sakit,” lanjut Sujeong sambil terus memukul dadanya.

ONE HAND || TAEHYUNG BTS & SUJEONG LOVELYZ (TAEJEONG)Where stories live. Discover now