"Dosennya baru masuk? Tadi gue telat coba gara-gara motor gue mogok." Cerita Tiwi sambil mengeluarkan binder dan alat tulisnya.

"Lumayan, ada kali sepuluh menit. Rumah lo deket dari kampus emang?"

"Enggak sih, setengah jam lah dari kampus."

"Jauh juga ya."

"Eh iya, lo belum nyebutin nama lo btw."

"Oh iya, gue Qira."

Tiwi mengangguk pelan sebelum akhirnya kembali melihat kearah depan. Mungkin karena bingung ingin membicarakan apa.

Tak sengaja Qira menoleh ke arah kanannya, disana ada 4 orang yang sedang berfoto bersama. Qira menatap dengan perasaan, entahlah. Sepertinya semua orang cepat mendapat teman, kecuali dirinya.

"Enak ya udah punya temen deket kaya gitu." Ucap Tiwi menyambar apa yang ada di pikirannya. Qira mengangguk setuju, "gue bukan tipe orang yang gampang interract sama orang baru jadi ya gitu deh."

"Well, me too. It's hard to start a conversation." Qira mengiyakan perkataan Tiwi.

Memang benar, menyesuaikan diri dengan lingkungan baru adalah hal yang menyusahkan.

"Baik, untuk memudahkan kalian belajar hingga satu semester kedepan saya akan membentuk grup yang terdiri dari 8 orang."

"I hate this kind of group project." Qira menggumam yang terdengar oleh Tiwi. "Same with you."

Dan, tanpa terduga mereka berada di satu grup yang sama bersama dengan enam orang lainnya. Empat diantaranya adalah mereka yang berfoto bersama di tempat duduk samping mereka.

"Setelah ini, perwakilan kelompok mengumpulkan nama anggota setiap kelompok ke depan."

Mahasiswa yang lain segera menuju ke kelompok masing-masing. Qira dan Tiwi pun bangkit dan menuju tempat kelompok mereka berada.

"Oke gue tulis ya nama kelompoknya." Ucap seseorang yang masih asing dimata Qira.

Masing-masing memberitau nama lengkapnya yang ditulis oleh satu orang.

Setelah semua kelompok mengumpulkan nama ke depan, dosen pun keluar dari kelas. Seketika kelas pun ramai dengan sorak sorai mahasiswa lainnya.

"Hai kalian." Ucap seseorang menghampiri Qira dan Tiwi. Mereka pun menyapa balik, "ke kantin yuk. Kita sekelompok kan tadi?" Ucapnya.

Wah, tidak disangka kalau mendapatkan teman semudah ini. Pikir Qira.

Tiwi, Amel, Aulia, Alfie, Melly, Dena, dan Letta. Itulah nama teman sekelompoknya.

"Kalian berdua dari sekolah yang sama?" Tanya Amel. Qira dan Tiwi menggeleng pelan, "enggak. Kita baru kenal tadi." Ucap Qira menyanggah.

Saat sudah sampai kantin, mereka pun mencari tempat duduk yang muat untuk delapan orang.

"Eh, lu pada tau gak sih?" Ucap Aulia tiba-tiba. Sontak yang lain menoleh penasaran ke arahnya

"Tau Bang Fachri gak? Yang kemarin jadi yang galak-galak itu loh."

Alfie membalas dengan cepat, "tau. Kenapa?"

Amel tersenyum meledek, "cepet amat Fie ngeresponnya." Alfie mengarahkan pandangannya ke arah lain, "kan emang semua pada tau kali."

"Gue enggak tuh." Ucap Qira disusul oleh yang lainnya.

"Yaudah sih, dia kan anak famous jadinya gue tau." Ucapnya dengan tersungut-sungut.

Amel kembali meledek Alfie, "gue tau kok Fie lo yang paling famous seangkatan."

Alfie merespon dengan senyum bangga. "Iya dong jelas. By the way, dia kenapa emang?"

"Dia keren. Hehehehe." Ucap Aulia malu-malu.

"Biasa aja masa. Eh maksudnya ganteng sih, cuma rada beler gitu." Ungkap Letta.

Dena menyambar, "tapi buat ukuran cowo beler tuh ganteng tau. Tenang, Ul, Gue setuju kalo dia ganteng."

Letta menyanggah, "masa gue biasa aja ngeliat dia. Kayak orang ngantuk gitu loh, jadi gak keliatan seger."

Alfie menengahi, "itu bukan mata ngantuk, tapi mata sendu. Lo pada kalo diliatin sama dia juga melting."

Melly menggeleng pelan, "enggak tuh biasa aja."

Tiwi kebingungan, "Bang Fachri yang mana sih?"

Yang lain gregetan, "Tiwi ih! Lo kemana aja selama OSPEK?" Tanya Amel gemas.

Yang ditanya hanya tertawa.

"Tapi lo tau gak sih Bang Raihan? Yang anak hukum itu loh. Banyak banget tau kating yang ngomongin dia, terus gue ngeliat dia gitu kemarin keluar dari mobil. Ganteng anjir dia." Ucap Amel tiba-tiba.

Letta bersemangat, "nah itu baru ganteng! Sumpah kalian kalo liat dia tuh kayak bakal bengong dulu gitu."

"Sumpah? Banyak juga cowok ganteng disini," Kata Alfie.

"Dia udah punya pacar belum sih? Katanya anak semester akhir kan ya? Pacarnya juga seumuran jangan-jangan?" Kata Amel dengan heboh.

Qira memutar mata malas, here we go...

"Enggak kok, pacar dia seumuran kita." Ucap Qira yang menjadi perhatian teman-temannya.

Amel mengerutkan alisnya, "masa? Sok tau nih."

Qira menghela napas pelan, "gue pacarnya."

1...

2...

3...

"DEMI APA?!!!!"

®®®


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 21, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Mr. Ngantuk [On Hold]Where stories live. Discover now