Ritorno

520 52 1
                                    

Sangat banyak hal yang ternyata mungkin, hanya saja selama Anda tidak tahu bahwa hal tersebut tidak mungkin.

Norton Juster - The Phantom


Pulang.

Kata yang menggambarkan tujuh orang saat ini. Tiga puluh menit lalu, mereka pamit kepada keluarga tuan rumah. Itachi seperti biasa, hanya menyunggingkan senyum dan berharap mereka baik-baik saja di Montasco. Konan dan Cytheria lah yang menangis. Mereka kehilangan tamu istimewa, ralat, keluarga baru mereka.

"Kalian harus berjanji akan sering main kesini dan bawa adik baru yang lucu-lucu," pinta Cytheria saat itu sambil mengusap airmata dan ingusnya yang turun hampir bersamaan. Ia terlihat kewalahan.

Semua orang tertawa, tapi itulah adanya. Permintaan gadis kecil itu merupakan kebahagiaan tersendiri bagi tiga pasangan baru itu.

"Iya, kami janji. Cyta tenang saja. Belajar yang pintar, ya?" Ino mewakili yang lain untuk menenangkan putri Itachi itu. Cytheria mengangguk antusias sebelum melepas mereka untuk pulang.

Di pesawat kaca ini, mereka bertujuh melakukan kegiatannya di atas udara benua yang dulunya Eropa. Hamparan gunung dan padang rumput hijau yang luas memanjakan mata. Rumah-rumah penduduk nampak bagaikan titik-titik semut. Sangat mungil. Juga sungai-sungai yang membelah sekaligus menghubungkan daratan di kedua sisinya. Tuhan Mahakuasa atas segala sesuatu.

.
.
.

Penumpang diharap turun. Anda telah sampai di Bandara Internasional Montasco. Terimakasih telah...

Suara pengeras suara dalam pesawat mengganggu tidur Shikamaru. Apalagi Ino yang tak henti-hentinya menepuk-nepuk pundak dan tangannya.

"Shika, bangun! Kita sudah sampai."

Mengerjap pelan untuk menyesuaikan cahaya yang sangat menyilaukan dari seluruh bagian pesawat sebelum akhirnya terbangun adalah cara yang tepat. Mata perlu mekanisme untuk menyesuaikan keadaan, dari gelap ke terang dan sebaliknya.

"Biarkan aku menyesuaikan penglihatanku dulu, Ino. Jangan memaksaku dengan cara seperti ini." Shikamaru sebal. Matanya saat itu buta sesaat sebelum akhirnya benar-benar melihat dengan keadaan jelas. Dan, istri seksinya itu makin menambah kesulitannya.

Untung aku sayang, batin Shikamaru.

Ino terkekeh, seperti orang tidak berdosa. "Maaf, maaf. Aku bantu, ya." Shikamaru tidak menjawab. Ia langsung menggandeng tangan istrinya dan membimbingnya keluar pesawat seperti penumpang lainnya.

Tepat di depan mereka, Sakura berjalan mengantre di samping Naruto untuk turun. Pasangan pengantin ini tidak seperti pasangan pengantin lainnya. Tidak ada tangan mereka yang saling bertaut, obrolan atau gombalan untuk pasangan, dan percakapan biasa. Mereka hanya diam. Layaknya orang asing dengan dinding yang sulit ditembus.

Menghela napas, Shikamaru mencoba berbaik sangka. Mungkin mereka lelah, pikirnya. Walau perjalanan antara tundra hingga ke Montasco tidak sampai memakan waktu dua jam berkat kecanggihan teknologi yang membuat pesawat melintasi udara seperti mendahului matahari saking cepatnya.

Lelah ada dua. Lelah fisik dan lelah psikis. Shikamaru menyimpulkan bahwa kedua temannya itu mengalami kelelahan kedua. Ada sebersit rasa bersalah dalam hatinya ketika memikirkan hal itu.

Saat tepat memikirkannya, Ino mengelus pelan tangannya yang keras. Matanya memberi kode kepadanya untuk tetap tenang. Shikamaru tersenyum. Setidaknya, ada Ino yang selalu ada di sampingnya untuk menguatkannya hingga saatnya hal itu tiba untuk ia lakukan kepada mereka berdua.

Mistico Fiore di LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang