Giocare e Andare Avanti

1.1K 90 3
                                    

Tidaklah penting dari mana Anda berasal. Yang penting adalah kemana Anda akan melangkah.

- Brian Tracy -


Montasco, Asrama Kantor Pelayanan Kesehatan Pusat

Sakura mengernyit. Ia merasakan kepalanya pusing luar biasa. Perlahan, zamrud indahnya nampak. Menangkap cahaya yang masuk ke dalamnya matanya. Mengapa aku di asrama? Siapa yang membawaku? Ia terus bertanya-tanya, tetapi tidak ada seorang pun yang bisa jadi sumber untuk ia tanyai saat ini. Kamarnya begitu sepi karena sekarang adalah pukul sepuluh malam. Waktunya untuk berkumpul di aula besar untuk merayakan musim panas.

Badannya terasa kaku. Ia begitu malas untuk pergi keluar dari kamar. Suhu musim panas yang tingginya minta ampun telah membakar kulitnya. Lebih baik ia mencari tahu apa yang terjadi kepadanya sebelum terbaring di kamar.

Langkahnya di koridor begitu halus dan teliti sebagai cerminan sikap anggunnya yang tersembunyi. Ia meneliti keadaan namun tidak ada seorang pun yang ia temui sepanjang langkah kakinya. Tiba-tiba perutnya mual, serasa diaduk-aduk dengan tak beraturan. Rasa nyeri kemudian menjalar ke tubuhnya. Memaksanya untuk kembali ke kamar dan memuntahkan isi perutnya.

Suaranya makin tak terkendali. Kepalanya terasa pening. Ia memuntahkan seluruh isi perutnya. Samar-samar ia mendengar teriakan orang dari luar memanggilnya sambil mengetuk keras pintu kamarnya yang tak terkunci.

"Sakura! Sakura! Ini aku. Buka pintunya." Mata Sakura melebar. Ia membersihkan mulut dan dagunya seusai kegiatan memuakkannya itu dan berlari ke arah pintu. Ia segera membuka pintu dan nampaklah sosok wanita berkaca mata yang mengenakan pakaian ketat dihadapannya.

"Mengapa kau tidak datang? Nyonya Mimas mencarimu tadi," tanya wanita itu menginterogasi sambil menaikkan kaca matanya. Sakura gugup, "Um, aku tidak enak badan. Maaf." Hanya itulah alasan yang dapat ia berikan kepada sosok di depannya.

Wanita berkaca mata itu menghela napas. "Kau benar-benar merepotkankanku saja," dengusnya. Sakura tertawa canggung. "M-maaf ya, Karin. Tapi, itulah kenyataannya. Aku juga lupa tidak menghubungi Nyonya Mimas tadi."

Karin ingin membalas dengan candaan ringan seperti biasanya ia bergaul dengan dokter spesialis kardiologi ini. Namun, ada bau asing menyengat dari tubuh Sakura yang membuatnya heran.

"Apa kau habis mabuk, Sakura? Aku mencium bau alkohol dari lehermu. Dan apa ini?" tanya Karin penasaran sambil menunjuk bahu Sakura yang ada bekas kissmark.

Mata zamrud Sakura melebar. Pandangannya mendadak menjadi muram. "Aku tadi mabuk, Karin." Air matanya memberontak ingin keluar. Ia ingin menangis meratapi cara bodohnya melampiaskan rasa kesal dan cemburunya kepada Sasuke dan Poinsettia, sosok Hinata yang menjadi kenalannya. "Dan aku meminta seorang pria untuk menciumku setelah itu," lanjut Sakura.

Mata merah Karin melebar. Ia sangat terkejut terhadap tindakan Sakura yang terlalu radikal. "Kau benar-benar payah, Sakura. Kenapa kau memilih cara itu? Bagaimana dengan keselamatan dan kehormatanmu sendiri. Kau itu wanita, Sakura. Camkan baik-baik hal itu." Karin berbicara panjang lebar, menyesali cara yang dilakukan Sakura. "Jika kau memang butuh pelampiasan, lakukanlah hal yang tidak membahayakan dirimu dan orang lain. Kau bisa dipecat, Sakura. Nyonya Mimas akan kecewa kepadamu." Sakura menangis. Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.

"Aku memang payah. Aku memang lemah, Karin. Aku telah dibutakan oleh cinta yang bukan menjadi milikku," kata Sakura putus asa hingga air matanya turun membelah pipinya yang tirus. Karin mendesah kuat. "Bagaimanapun ini telah terjadi. Jika kau perlu bantuan, ada kami yang siap untukmu kapan saja. Kau tak perlu memikirkan hal-hal yang bukan menjadi fokusmu," kata Karin menyemangati Sakura sambil memegang bahunya yang bergetar hebat karena ketakutan masih membayangi dirinya.

Mistico Fiore di LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang