Giorni di Partenza

933 92 6
                                    

Visi tanpa eksekusi adalah halusinasi.

- Henry Ford -

Perhatian! Rated M!

Beberapa adegan di chapter ini mengandung konten dewasa. Bagi pembaca di bawah umur, silakan klik tombol back.

Matahari sudah bersembunyi di sisi barat langit. Awan-awan mulai memerah bercampur jingga dan ungu. Burung-burung telah kembali ke sarangnya. Senja telah tiba. Namun, manusia masih beraktivitas seperti pagi hari dengan semangat berbeda. Mereka harus tetap menyambung hidup di tengah kehidupan yang serba membutuhkan pengorbanan dan uang.

Tidak ada perubahan untuk ratusan tahun terakhir ini. Semuanya menjadi serba sulit.
Sakura meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Napasnya tak beraturan. Dadanya naik turun. Keringat sebesar biji jagung menetes turun dari dahinya.

"Aku sudah bilang, Sakura-chan. Kau tidak bisa menolakku, bukan?" tegas sebuah suara berat yang membuat Sakura makin terjepit. "Kau mencari host Moonflower dan aku memberimu jawaban yang sangat berarti. Tapi, apa yang kau perbuat padaku?" Sakura menggeleng kuat. Ia benar-benar tersudut.

"Sasuke, pria yang kau bilang kau cintai itu adalah host Moonflower. Ia hidup menderita, terlunta-lunta, dan jauh dari kata bahagia." Naruto menjelaskan cerita yang ia punya. "Tapi ia berbakat. Ia menjadi primadona dan kebanggaan. Dan, akhirnya menemukan seseorang yang mencintainya." Sakura menggigit bibir bawahnya. Ia kurang suka dengan kalimat terakhir Naruto.

Meskipun secara perlahan sosok Sasuke perlahan memudar dari memorinya sebagai pria yang dicintainya, ia masih belum bisa melupakan banyak kenangan dan perjuangan yang ia lakukan untuk mendapatkan hati dan pengakuannya. Walaupun semuanya berakhir sia-sia.

"Jika kau yakin host Moonflower pertama itu Sasuke-kun, lalu siapa yang kedua?" tanya Sakura kemudian. Naruto menatap mata Sakura dalam dan membelai wajahnya, "Yang kuyakini hanya satu hal, Sakura-chan." Sakura membeku di tempatnya. Ia merasakan sesuatu yang berbeda dari Naruto.

Wajah Naruto perlahan mendekati telinganya dan membisikkan sesuatu yang tidak pernah ia harapkan. Tidak lama kemudian terdengar jeritan keras diiringi oleh erangan yang tertahan.

.
.
.

Matahari mulai bersembunyi, suara tembakan dan ledakan diiringi oleh jeritan penduduk terdengar memilukan. Dengan langkah cepat dan terburu-buru, Karin berlari menjauhi Departemen Kesehatan. Sweeping telah dimulai. Ia tidak mau menjadi sasaran pembersihan alias pemusnahan manusia untuk kedua kalinya.

Kaca mata cadangan tua yang sudah tidak akurat kini menghiasi wajahnya. Ia mengingat satu hal ketika memakai kaca mata tua itu.

Sakura...

Mengingatnya memang terkadang membuatnya sakit. Sakura salah paham dengan perlakuan aneh dan buruknya. Padahal niatnya sangat baik. Dirinya hanya menginginkan Sakura menemukan host Percobaan Moonflower. Karena menurutnya, kemungkinan besar Sakura akan berhasil dan dapat meraih cita-citanya sejak kecil.

"Apa cita-citamu, Saki?" tanya Karin kecil dengan lugu. Waktu itu, ia masih berusia delapan tahun, sama dengan Sakura.

Sakura yang mendapat pertanyaan demikian mengembangkan senyum manisnya. Ia begitu bersemangat.

"Aku ingin menjadi seperti Profesor Mimas. Ia adalah seorang dokter, peneliti, sekaligus menteri kesehatan senior. Dengan itu, aku bisa bekerja di Departemen Kesehatan," jelas Sakura sambil merentangkan tangannya selebar yang ia bisa.

Mistico Fiore di LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang