“Halo, Riley? Maafkan aku! Huhuhu.”

“Waduh, tidak apa-apa, Charlonna! Kau dimana?”

“Aku di rumah Himika! Maaf ya.”

“Oh okay, Kik ku tidak di balas, aku jadi khawatir tadi. Nanti kau mau di jemput?”

“Oh tidak usah Riley, kita bertemu di pesta Himika saja.”

“Ayolah Charlyn! Kita tidak punya banyak waktu!”gerutu Felicia.

Aku tersenyum lalu segera mematikan telefon. “Kalau di tanya, kau tanggung jawab ya.”

Felicia mengernyit. Lalu dia memajukan bibir nya.

“Kalau begitu, ayo mulai!”

--

Aku melihat diri ku di cermin kamar mandi Himika.

“Aku terlihat konyol.”

“Kau terlihat keren, Charlonna!”pekik Merissa. Dia memutar-mutar tubuh nya sehingga gaun nya terlihat mengembang. Dia melompat-lompat kegirangan layak seorang anak kecil yang baru mendapatkan permen dari hasil uang curiannya. Lalu Merissa menempelkan punggung nya di dinding dan bertingkah seperti model.

“Kau tidak akan pernah menjadi model, Rissa!”tandas Felicia sambil tertawa kecil. Asal kalian tahu, sekarang sudah jam setengah enam. Ternyata kata Himika benar, perempuan membutuhkan waktu yang lama untuk berdandan.

Felicia sudah siap dengan baju nya dan rompi jeans. Dia memakai celana pendek jeans nya yang se paha dan terlihat sangat keren. Dia mengenakan contact lens. Entah untuk apa.

Himika? Rambut hitam nya di kuncir dan dia sendiri mengenakan sebuah dress berwarna biru tanpa lengan.

Terakhir, Merissa. Rambut pirang nya di keritingkan? Atau apalah itu. Lalu dia mengenakan dress seperti Himika, tetapi berwarna putih. Dia seperti ingin menikah.

Aku sendiri di paksa memakai gaun hitam tanpa lengan. Tetapi akhirnya Himika membuat pengecualian, aku bisa memakai jaket hitam ku. Sungguh beruntung mengetahui Himika yang shopping mania itu.

Aku merapihkan gaun hitam ku. Lalu berputar. “Menjijikan.”

“Padahal dulu kau senang sekali jika memakai pakaian seperti ini.”tawa Felicia. Aku berusaha tersenyum mengetahui diri ku yang begitu menjijikan dulu.

“Baguslah gaunnya berwarna hitam,”ujar ku sambil menatap Himika. “Terima kasih, by the way.

Himika mengangguk kuat. “Semua sudah siap kan? Ayo kita jalan!”

--

“Ramai.”

Itulah kata pertama ku ketika memasuki pesta besar Himika. Aku tertawa ketika melihat Felicia berlari kencang saat mengetahui di belakang nya ada Chad Dylan. Merissa menarik tangan ku pergi dari keramaian orang yang sedang menari tak jelas.

Sedangkan Himika, dia sedang mengurusi orang-orang yang baru datang dengan menyalami mereka satu persatu dan sekedar berbincang sebentar.

Aku melihat Riley sedang bercanda ria dengan temannya. Dia terlihat sangat manis dengan tuksedo putih nya dan sebuah mawar di saku baju. Dia terkejut melihat ku, lalu buru-buru tersenyum.

Dia menarik tangan ku menuju pintu luar. Dia membawa dua gelas anggur dan berhenti saat melihat bulan purnama.

“Kita rayakan disini.”ujar Riley sambil tersenyum.

Aku membalas senyuman nya. “Tetapi setelah sepi saja, ini masih jam tujuh. Masih ramai.”

Riley mengangguk. Lalu mengusap rambut ku. “Baiklah, kalau begitu aku masuk dulu. Tadi Himika memanggil ku.”

My Stupid WishWhere stories live. Discover now