#Edrill

1.8K 67 2
                                    

#Edrill

 

Aku mendengus. Kemudian meletakan sebuah kartu di meja.”Ja—“

“Bohong.”

Aku tersenyum licik. Kemudian membalikan kartu.”Ini benar-benar jack."

Mata Michael membulat. Dia menjatuhkan kelima kartu nya.”Padahal kartu di meja sudah banyak banget,”ucap nya,membuat ku tertawa renyah. Dia menunduk.”Aku tidak bisa kalah..”lanjutnya sambil mengepalkan tangan.

Aku tersenyum miring. Kemudian meletakan kedua kartu di meja.”Kau sudah kalah.”

Michael tersentak. Dia lalu berguling-guling di kasur seakan anak kecil yang meminta es krim. Singkat nya,sekarang kita sudah berada di hotel karena Develine yang tiba-tiba sakit perut. Jadi rencana kita berantakan. Ha-ha.

Sementara Develine sakit perut dan berbaring di kasur kamar ku,aku bermain dengan Michael. Memang aneh,tetapi Michael yang minta. Dan dia janji akan membelikan ku crepe nanti. Edward? Dia sedang membeli obat untuk Develine. Sebenarnya ada P3K di hotel ini,tetapi Edward bersikeras agar dia pergi.

“Jadi,kau belikan aku crepe dan.. hm—“

Aku terdiam sejenak. Seakan mencari jawaban di otak ku. Sesungguh nya,aku sudah tahu apa permintaan ku. Tapi aku berpura-pura misterius agar terlihat anggun.

“Tidak usah sok-sok mikir begitu.”

Sialan.

“Yaudah! Aku minta kau membatalkan hukuman penalty itu yang kita laksanakan di pesawat!”aku tersenyum licik. Michael mengerutkan dahi nya.”Gak seru.”

Aku tertawa sarkastik. Kemudian berjalan meninggalkan ruangan untuk menjenguk Develine. Aku mengetuk kamar Develine satu kali. Kemudian membuka pintu nya tanpa peduli kalau dia mau di jenguk atau tidak.

Terdapat Develine yang sedang berbaring sambil menonton televisi. Tangan kanan nya memegang perut nya. Tangan kiri nya pun memegang remote televise. Dia tersenyum melihat ku.”Tepat waktu. Aku mau makan,”

Aku tersenyum pahit. Mengapa aku ke kamar Develine ya?

“Mau makan apa?”tanya ku datar. Develine ‘pura-pura’ terbatuk.”Kau itu sakit perut. Bukan sakit batuk.”lanjut ku. Wajah Develine berubah menjadi datar. Ia mengerucutkan bibir nya.”Call room service aja. Aku pesan macaroni schotel dan teh hangat,”ujar Develine. Lalu dia memejamkan mata nya.

“Dasar sok sakit.”

Develine membuka lagi mata nya dan menatap ku dengan tatapan memelas.”Please?”

Aku menghela nafas. Lalu mengangguk pelan. Aku segera pergi dari kamar Develine. Kemudian terlihat Michael yang berjalan keluar dari kamar nya.”Hei,Develine sudah sehat?”

“Pikirkan saja sendiri,”

“Lah? Dih! Gajelas!”Michael berlari melewati ku.

 Aku hanya bisa menatapnya datar. Kemudian pergi menuju ruang tamu yang terdapat telfon hotel. Aku menghempaskan tubuh ku di sofa. Lalu mulai menelfon room service.”Halo,ini mau pesan makanan untuk ruang 201. Hm. Mau pesan macaroni schotel dan teh hangat,”ucap ku dalam bahasa inggris.

Aku terdiam sejenak.

“dan satu Loyang pizza margareta. Juga tiga lemon tea.”

Michael berjalan ke arah ku. Dia menggenggam kartu nya. Kemudian tersenyum licik pada ku.”Baiklah,terima kasih.”aku menutup telefon. Lalu melirik nya dengan tajam.”Apa?”

My Stupid WishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang