Chapter 1

738 68 3
                                    

Typo berterbangan dimana-mana 😁😁
Vote and comments
|
|
|
|
|

Kapan aku bisa keluar dari rumah ini??
Terbersit pertanyaan tersebut dalam benak Youngjae ketika mendengar tawa dari ruang keluarga.
Tujuh belas tahun.
Menurut hukum, anak seumur ini masih harus hidup dibawah perlindungan orang dewasa.
Tetapi apakah Youngjae benar-benar bisa menyebut mereka sebagai pelindungnya?, apakah ia benar-benar dibawah perlindungan mereka?
Orang-orang yang sedang tertawa terbahak-bahak di ruang keluarga itu bahkan tidak sadar saat Youngjae memasuki ruangan.

"Appa, Appa. Maukah Appa membeliku ini? "

Sambil bertanya dengan suara sengau, Jinyoung bersandar dibahu appa. Biasanya ia susah dekat dengan baik appa tiri. Namun, Jinyoung seakan tidak peduli karena pada dasarnya ia memang suka sok dekat.

"Semua teman sekolahku punya, hanya aku yang tidak punya. Aku seperti anak terlantar saja."

Mungkin dia akan meminta jam tangan dan sepatu keluaran terbaru yang harganya berjuta-juta won.

Hari ini Youngjae bertemu dengan kakek yang sangat aneh. Kakek ini tiba-tiba terjatuh saat menyeberang jalan, tetapi tak ada yang menolongnya. Youngjae sempat ragu-ragu untuk menolong kakek itu karena takut terlambat kerja. Namun, akhirnya ia membopongnya dan berlari ke rumah sakit. Kata dokter,  kakek tersebut hanya menderita anemia ringan.

Setelah sadar, kakek itu bukannya memberitahu nomor telepon keluarganya yang bisa dihubungi, malah terus-menerus mengintrogasi Youngjae. Awalnya Youngjae merasa aneh kakek tersebut bertanya terus walaupun baru pertama kali bertemu. Tetapi karena kakek itu terlihat kesepian, akhirnya ia menjawab setiap pertanyaan dengan jujur.

"Apa harapanmu? Apakah ada yang kau inginkan?"

Youngjae menjawab pertanyaan kakek tersebut.  "Aku tidak bisa mendapatkan hal yang ku inginkan. Harapanku...  Aku ingin keluar dari rumah. Bagiku tempat itu bukan rumah."

Youngjae tidak mengerti kenapa ia menjawab seperti itu. Mukin sinar mata kakek itu yang hangat, dan kenyataan bahwa Youngjae sudah lama tidak merasakan kehangatan yang akhirnya membuatnya mengungkapkan perasaannya. Setelah mendengar jawaban Youngjae, raut wajah kakek tersebut berubah menjadi sedih.

"Sangat menyedihkan bila tidak ada tempat yang bisa kau tinggalkan" kata kakek itu.

"Tidak apa-apa. Meskipun tidak ada tempat tinggal, aku masih bisa bertahan."

Kemudian seorang laki-laki bekulit putih datang menjemput kakek itu. Youngjae juga meninggalkan rumah sakit. Karena kejadian itu, Youngjae dipecat dari tempat bekerja paruh waktunya.

Apakah aku harus mencari tempat kerja lain lagi?  Pikir Youngjae.

Saat menuju kamar, Youngjae berpapasan dengan Jinyoung. Sial.

"Kenapa kau berdiri di sana?"

Gara-gara suara Jinyoung yang tajam, appa dan eomma tiri Youngjae juga menatap Youngjae. Sorot mata mereka tidak memancarkan perasaan apapun. Tidak, Youngjae mengerti arti sorot mata tersebut.

Kenapa anak itu masih ada di rumah ini?

Lebih baik dia tinggal di tempat lain. Benar-benar anak tidak berguna.

Youngjae hanya tersenyum. "Aku baru pulang."

"Tidak usah berbohong. Jelas-jelas kau sudah lama berdiri dari sana. Apa yang kau dengar? Membuatku kesal saja."

"Cepat masuk kamar. Jangan merusak suasana" kata eomma tiri Youngjae dingin.

Appa Youngjae hanya memasang ekspresi datar.

It's a Beautiful Sky - ( 2JAE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang