Fake Seventeen

3.8K 370 19
                                    

Crisann tampak aneh semenjak datang ke florist setengah jam yang lalu. Dia celangak celinguk seperti mencari sesuatu. Saat Briana bertanya sedang mencari apa, dia hanya menggeleng lalu duduk termenung di depan florist.

"Ada buket bunga yang mau dikirim nggak, Bri? Aku lagi free nih, biar aku bantu kirim pesanan bunga customer kamu," ujar Cris setelah kembali ke dalam.

"Kamu sehat, Cris? Ada apa sih, tumben banget?"

Crisann mengusap tengkuknya kikuk. "Boring aja, dari tadi nggak ada kerjaan. Nunggu jam sebelas malem masih lama banget kayaknya," jawabnya kemudian memamerkan deretan gigi rapinya dalam balutan sebuah cengiran penuh misteri.

Ini sungguh di luar kebiasaan seseorang dengan karakter dominan dan berkuasa seperti Crisann, tiba-tiba menjadi lemah lalu menawarkan tenaganya begitu saja. Dalam kamus hidup Crisann, tidak ada sesuatu yang cuma-cuma alias gratis, semua harus ada timbal baliknya. Ikhlas tanpa pamrih itu, nonsense dalam kehidupan seorang Crisann.

"Udah diantar semua sama karyawan toko. Tinggal satu buket bunga yang belum. Kata pemesannya mau diambil sendiri."

Kedua mata Crisann membelalak lebar. "Oya, buket bunga yang mana?" tanyanya terlihat begitu penasaran.

Briana mengedikkan dagu menunjuk sebuah buket bunga mawar merah segar di sudut ruangan. "Pesennya via telepon, trus orangnya bilang nanti temannya yang akan mengambil."

"Udah dibayar?"

"Udah lah. Langsung di transfer tadi."

Crisann berjalan menuju ke tempat buket bunga mawar segar yang  ditunjuk oleh Briana. Briana mengikutinya dari belakang. "Coba telpon balik gih ke orang yang pesan buket ini. Tanya alamatnya di mana? Biar diantar aja gitu," ujar Crisann seraya menunjuk buket bunga mawar merah tersebut.

Berdecak sekali Briana meninggalkan Crisann dan segala keanehannya hari ini. Mulai menyibukkan diri dengan merangkai bunga pesanan yang akan diambil ataupun diantar esok hari.

Beberapa hari ini Aaron mulai jarang muncul di florist. Alasan paling masuk diantara alasan-alasan aneh yang diucap Aaron adalah jam kerja paruh waktunya bertambah, membuat jam bebas Aaron berkurang. Entah kenapa Briana merasa ada yang berbeda tanpa kehadiran Aaron di florist-nya. Briana merasa seperti ada yang hilang dalam hari-harinya. Kosong.

Apa aku kangen Aaron ya?

Briana menggeleng beberapa kali ketika hati kecilnya bertanya pada nurani dan mendapati Crisann sedang memandang aneh padanya.

"Apa sih ngeliatin aku kayak gitu?"

"Aku sih nggak ada apa-apa. Kamunya tuh kayak ada apa-apa. Wajah kamu itu seperti sedang merindukan seseorang," ucap Crisann di sela ekspresi menahan senyumnya.

"Ngaco kamu."

Crisann hanya balas mencibir. Dia kemudian tidak mengganggu Briana lagi, asyik dengan ponsel di tangannya.

"Aaron mana ya, Cris?"

"Ngapain tanya Aaron? Kangen kamu?"

"Ish, apaan sih? Cuma tanya doang dibilang kangen."

Ganti Briana yang mencibir. Crisann malah terbahak melihat balasan sahabatnya. Tiba-tiba Crisann menyodorkan layar ponselnya tepat di depan wajah Briana. "Ron, dikangenin amoy lo tuh, ke sini lah bentaran doang," ucap Crisann setengah berteriak.

Ternyata ponsel yang sedang disodorkan oleh Crisann sedang tersambung video call dengan Aaron. Laki-laki itu terlihat sedang menggaruk tengkuknya lalu melambaikan tangan kirinya dengan kikuk ke layar ponsel. Reflek Briana menjulurkan lidahnya ke arah kamera lalu menutup kamera dengan tangannya. Crisann hanya tertawa melihat perbuatan konyol Briana.

Fake MarriageTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon