"Fy. Please maafin aku. Iya, aku salah. Aku mengakui itu. Aku bener – bener gak tahu kenapa aku sampai melakukan hal gila kaya gitu."

"Ngomong pake 'aku kamu' kalau lagi merasa bersalah aja." Sindir Ify tajam.

"Gak gitu, yah mungkin karena loe wanita special buat gue kali."

"Gak usah ngegombal. Loe fikir kelakuan loe kemarin bisa dimaafkan ?? Gue merasa murahan banget udah diperlakukan kaya gitu sama loe kemarin." Ujar Ify sewot.

Rio langsung memeluk gadis itu erat – erat. Tidak ingin mendengar ucapan Ify yang mungkin saja juga menyakiti hatinya tanpa sadar. Gadis itu tidak menolak dan tidak membalasnya. Dan itu tandanya, Ify masih marah dengannya.

"Gak usah ngomong begitu lagi Fy. Sungguh, kamu itu wanita paling special setelah mama aku. Aku berani sumpah Fy."

"Shilla ??" Tanya Ify penuh selidik.

"Nama itu udah terhapus lama dari hati aku yang paling dalam. Ini juga salah kamu yang udah ngegeser posisi Shilla."

"Terus kamu menyesal ???" Tanya Ify dengan nada ketus.

"Sama sekali enggak. Yang ada aku bahagia banget." Ucap Rio dengan senyuman.

Ify membalasnya dengan senyuman sama manisnya. "Jangan ulangi yang kemarin lagi. Aku gak akan pernah maafin kakak kalau kejadian itu sampai terulang lagi."

"Janji sayang. Gak akan pernah di ulangi lagi." Cengir Rio seraya melepas pelukannya dan menatap tunangannya dengan penuh kasih sayang.

"Bagus kalau gitu. Aku mau istirahat lagi yah Kak. Pusing banget."

"Yaudah tiduran lagi aja." Rio membantu gadis itu untuk kembali berbaring setelah mengambil mangkuk berisi bubur. Gadis itu menerimanya dengan senyuman manis. Kemudian Rio mengecup dahi Ify dengan perasaan sayang.

"Fy." Gadis itu menatapnya dengan heran. "Mm, kenapa loe gak suka sama semua yang ada di rumah sakit ???"

"Yak, kenapa balik ke 'gue elo' lagi ??" Teriak Ify heboh. Rio dibuat melongo dengan teriakan nyaring Ify. Lagi sakit masih bisa teriak sebegitu kencangnya.

"Okeh. Mulai sekarang 'gue elo' lagi. Sekarang jawab pertanyaan gue."

"Gak tahu. Semua yang ada dirumah sakit gue benci. Dari obat – obatan, makanan, minuman, kamar mandi, kamar pasien, bahkan suster dan dokter pun gue gak suka."

"Loe gak tahu gue kuliah jurusan apa ??" Tanya Rio sedikit heran.

"Tahu kok. Bahkan sangat hafal."

"Terus, kenapa loe benci sama semua itu sementara calon suami loe ini akan menjadi bagian dari rumah sakit itu ?? Dan loe bilang apa tadi ?? Dokter dan suster loe gak suka ?? Gimana bisa loe gak suka sama calon suami loe sendiri ??" Cerocos Rio kesal.

"Itu beda lagi kak Mario Stevano."

"Intinya sama. Loe bakalan benci sama gue kalau gue jadi dokter nanti. Dasar anak kecil. Tahu apa loe tentang rumah sakit. Semua yang ada di rumah sakit itu bikin sehat. Semuanya berbau obat yang bisa ..."

"Yang bisa membuat orang mual bahkan muntah darah. Loe bayangin aja. Dari yang gue sebutin tadi semuanya bercampur dengan obat. Bahkan toilet pun ada obatnya agar pasien disana tidak semakin parah." Potong Ify secara cepat dengan kesal.

Rio menghembuskan nafasnya secara kasar. Kemudian memilih mengalah dengan kembali berjalan kearah kamar mandi. "Terserah loe deh. Gue mandi dulu."

Sementara Rio masuk ke kamar mandi, Ify berbaring dengan senyum senyum. Tidak menyangka jika pemuda itu rela membolos kuliahnya demi menemaninya. Dia kembali memejamkan matanya saat dirasanya tubuhnya semakin lemas dan matanya sangat mengantuk.

Journey of Love (COMPLETED)Where stories live. Discover now