Part 20

160 12 3
                                    

Warning!!
Terdapat konten dewasa. Yang di bawah umur sebaiknya di skip aja kalo gak mau basah.


Jessy berjalan dengan lesu.
Ia hidup, namun mati. Ia mati, namun hidup.

Mungkin dia tampak seperti mayat hidup.

Tidak ada hal yang bisa ia lakukan.

Tubuhnya yang mulai kurus kering membuat orang-orang terdekatnya khawatir.

Semenjak keperguan Sean seminggu yang lalu, kini Jessy hanya bisa berdiam diri di kamarnya.

Ia tak ingin menemui siapapun. Termasuk Arvin sekalipun.


"Apa kau akn terus seperti ini?" Sebuah suara yang sesikit berat itu membuyarkan lamunan Jessy.

"Siapa yang mengijinkanmu masuk?" Tanya Jeaay dwngan nada tinggi, namun tetap menampakkan ekspresi datarnya.

"Aku tk perlu ijin dari siapapun untuk itu" jawab Arvino langsung mengambil posisi di sambing Jessy.

"Apa kau akan teris seperti ini?" Tanya Arvin sambil menatap wajah wanita di sampingnya.

"Jika itu bisa membuatnya kembali, maka aku akan terus seperti ini"

Arvino mengepalkan tangannya mendengar kalimat Jessy barusan. Apa bagi wanita ini dirinya tidak berarti apa-apa?

Arvino sudah muak dengan semua ini. Bagaimana bisa gadis bodoh ini membuatnya gila.

Arvino menarik tangan Jessy sehingga mereka bisa berhadapan.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Jesay dengan tatapan tak mengerti.

Arvino memegang rahang Jessy kemudia menempelkan bibirnya di atas bibir peach milik wanita di hadapannya tersebut.

Jessy sontak membulatkan mata menerima serangan cepat dari Arvino.

Arvino terus melumat bibir Jesay dengan kasar.

Ia muak melihat gadis ini terus saja mengabaikannya.

Jesay memberontak, namun nihil.
Aevino benar-benar dikuasai oleh nafsu.

Air mata Jessy mulai jatuh hingga mengenai sudut atas bibir Arvino.

Arvino melepaskan pungutan itu dengan pelan.

PLAKK

Sebuah tamparan keras mendarat tepat di atas pipi mulus pri itu.

"Apa kau gila?" Tanya Jesay dengan tatapan membunuhnya.

"Yah, katakan saja seperti itu" ujarnya dan langsung melumat kembali bibir gadis itu.

Tangannya liar meraba punggung gadis itu.

Lumatannya semakin dalam.

Jessy tak tahu apa yang dia lakukan. Tapi yang jelas, dia menikmatinya.

Tanpa ia sadari, ia mulai membalas ciuman yang diberikan oleh Arvino, dan membuat sebuat senyum terukir di bibir pria berusia 29 tahun tersebut.

Arvino terus menggoda Jeaay agar mau membuka mulutnya.

"Pssshh.ahhh" Jessy mulai mendeaah dan membuat sesuatu di bawah Arvino menegang.

Arvino memanfaatkan hal itu untuk memasukkan lidahnya ke dalam mulut Jessy.

Lidah mereka bertemu dan menari bersama.

Tidak sampai itu, Arvino mulai turun dan mencium leher mulus milik gadis itu. Jessy mulai mendeaah saat Arvino mulai membuat beberapa randa di lehernya.

Ciuman mereka semakin panas dan menggahirahkan.

Tangan nakal Arvino mulai mencari pengait bra milik Jessy dan membukanya.

Kini gumpalan indah itu tampak menawan tanpa bra di balik kemeja putih tipis milik Jessy.

Dan sekarang posisi mereka begitu intim.

Arvino menindih tubuh gadis itu diatas ranjang.

Tangan nakalnya mulai mwmbuka satu peesatu kancing baju milik Jessy tanpa mwlepaakan ciuman panaa mereka.

Bibirnya turun kebawah dan mulai mencium gundulan di dada Jessy.

Ia mencium, mengulum dan menghisapnya membut Jessy mendesah sambil menjambak rambut Arvino.

"Aaahhsssaa, ahhhhh"

Arvino menhentikan aktivitasnya dan membuat mata Jessy yang sesari tdi tertutup pun terbuka dengan napas yang terengah engah.

"K...kenapa....ber.....henti?" Tanya Jessy dengan malu.

"Kau menikmatinya?" Pertanyaan bodoh Arvino membuat Jessy malu.

Tentu saja Jessy menikmatinya.
Jessy bahkan sangat menginginkannya.

Jessy menatap mata Arvino lekat, seakan dia memberi jawaban melalui tatapan itu.

Arvino yang mengerti maksud Jessy tersebut, langsung tersenyum lebar.

"Apa kau yakin?" Tanya Arvino meyakinkan.

"Tapi, apa bisa itu tidak perlu masuk?" Tanya Jessy sambil menatap sesuatu di balik celana Arvino yang mulai keras.

"Aku, akan berusaha. Tapi, katakan padaku jika kau berubah pikiran. Aku tidak akan memasukkannya jika kau belum siap. Meski itu akan sangat menyiksaku" jelas Arvino membuat Jessy malu sambil menutup wajahnya.

Jessy menatap pintu, seolah tahu apa yang dimaksud Jessy, Arvino langsung berkata.
"Aku sudah menguncinya. Tidak ada orang juga di rumah"

Jessy hanya bisa tersenyum malu.

Arvino segera melanjutkan aktivitasnya. Ia mengulum bibir Jesay dwngan lembut. Baju yang merwka kenakan tadi entah sudah hilang kemana.
Saat ini hanya sebuah CD tipis yang melakat di tubuh Jessy.

Aevino terus meraba daerah inti Jesay membuat Jessy mengerang nikmat.

"Aaassss,,,aaahhssss. Aar...vin ahhss" Jessy terus saja mendesah membuat sesuatu di bawah sana menderita menahan gairah.

"Jessy, jangan mendesah. Aku tidak akan tahan mendengarnya" ucap Arvino putus asa.

"Maaf" ucap Jessy lirih.

Arvino embuat tanda cinta hambir di seluruh sudut tubuh gadis itu.

Arvino terus saja menyesap buah dada gadis itu dengan gairah.

Arvino menyudahi permainanya. Ia tak mau jika dia terus melanjutkannya, mak dia tidak akan bisa berhenti.

Ia tak mau kehilangan kepercayaan Jessy.




















Maaf, yah baru update.

Sorry, author khilaf.... Maaf kalo ada adegan ranjangnya.

LOVE NEVER KNOW [TAMAT]Where stories live. Discover now