Part 3

344 29 1
                                    


Wajah itu, kenapa aku berpikir aku pernah bertemu dengannya sebelumnya? Tapi dimana?

" Kenapa kau menatapku dengan tatapan seperti itu?" Tanyanya saat aku menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanyaku dengan tatapan curiga.

"Kau pikir aku adalah orang yang akan bertemu dengan bocah sepertimu sebelumnya?" Katanya dengan wajah datar tapi nada mengejek.

Sial!
Kenapa aku jarus teeperangkap bersama psikopat ini di sini?
Kenapa lagi coba, Mamah dn Papah meninggalkanku dengan pria ini hanya berdua? Apa ini lucu?

"Kau tau kan aku masih duduk di bangku SMA?" Aku penasaran, bagaimana bisa dia menerima perjodohan ini dengan enteng dan tanpa beban sepertu itu??

"Aku masih di bawah umur untuk menikah, umurku saja belum genap 17 tahun. Aku belum memiliki KTP, SIM, dan...."

"Kenapa kau terburu-buru? Kita akan menikah setelah kau berumur 17 tahun, tepat di hari ulang tahunmu" apa hobi pria ini adalah memotong perkataan orang lain?
Dan apa ini!? Kenapa dia mendekatkan wajahnya seperti ini?

Kenapa dia bisa tampan?
Eh, apa? Aku bilang apa tadi?

Tapi tidak bisa dipungkiri pria ini memang tampan.

"Lalu, berapa usiamu?" Tanyaku memcoba untuk tetap tenang dengan jarak yang terlalu dekat ini.

Luar dari dugaan, dia semakin mendekatkan wajahnya.
Aku tidak tau, aku tutup mata.

Ini tidak akan baik untuk jantungku.

"12 tahun lebih tua darimu" bisiknya di telingaku dengan suara yang begitu seksi!?

Astaga, aku tidak bisa begini. Bisa-bisa aku terus berpikir yadong di sini.

"Kenapa kau menutup matamu tadi? Jangan bilang kau berpikir aku akan menciummu? Apa aku benar?" Laki-laki ini bisa-bisanya dia berkata seperti ini.

" Tenang saja. Pernikahan ini hanya sekedar formalitas belaka. Aku tidak akan pernah menyentuhmu. Kau bebas, bahkan kau bebas untuk menyukai pria manapun" apa-apaan ini? Lalu untuk apa menikah?

" Kita menikah hanya untuk keperluan bisnis. Tidak lebih" dia memberikan penekanan disetiap kalimatnya dengan ekspresi datar itu.

"Jadi aku bisa menjalin hububgan dengan pria yang aku cintai?" Tanyaku dengan nada hati-hati.

"Kau bisa melakukannya, jika kau bisa menyembunyikannya dariku. Selama aku tak tahu siapapria itu, maka hubungan kalian aman-aman saja. Jadi, jaga identitas kekasihmu itu dengan baik"
Apa ini sebuah ancaman? Lalu tadi dia bilang aku bebas menyukai pria manapun.
Ah, benar-benar pria aneh.

*
"Apa!???" Sontak seisi kantin menatap kearah kami.
Jenie dan Aleen berteriak cukup keras tadi..

"Bisakah kalian memelankan suara kalian?"
Aku tidak mau hal ini didengar oleh orang lain.

"Jadi, kau akan menikah? Kapan?" Aleen benar-bebar menurutiku untuk memelankan suaranya.

"Saat aku berulang tahun yang ke 17, maka hari itu juga adalah hari pernikahanku"

"Apa orang tuamu tidak keterlaluan? Kau bahkan belum tamat SMA. Apa saat kau tamay nanti kau sudah memiliki anak?" Jenia akhirnya membuka suara untuk bertanya.

"Tenang saja. Pernikahan ini hanya sekedar formalitas belaka. Kami tidak akan benar-benar melakukan apa yang seharusnya pasangan yang sudah menikah lakukan. Setelah menikah, dia akan kembali ke New York dan aku akan tetap disini" aku menjelaskannya sambil berbisik.

"No coment" kata Jenie yang di setujui oleh Aleen.

"Too" kata Aleen sambil mengangguk.

"Ayo ke kelas. Bentar lagi jam istirahat berakhir" ujarku sambil bangkit dari tempat dudukku.

LOVE NEVER KNOW [TAMAT]Where stories live. Discover now