12. Cemburu

27.1K 1.9K 63
                                    

"Pokoknya ada! Awas ya, kalau kamu sampai dekat-dekat dia lagi!"

Setelah berkata begitu, Igo segera mengacir, meninggalkan Shita yang masih menatapnya gamang. Sementara itu, geng Shita yaitu Wulan, Arina dan Citra yang sedari tadi menguping, keluar dari tempat persembunyian dan meledek tanpa henti.

"Cie!Cie! Shita!"

"Dilema cinta remaja diantara cowok yang dicintai dan sahabat!"

"Kayak sinetron aja!"

Shita menutupi wajahnya yang merah. Malu karena terus digoda oleh teman-temannya itu, dia berlari kabur. Sementara itu di tempat lain, Igo juga diejek habis-habisan oleh Tora dan Yusuf.

"Ada yang cemburu tapi nggak mau ngaku," kata Tora.

"Padahal kemaren waktu Shita ditangkap Omega, dia paling khawatir banget tuh," tambah Yusuf.

Igo berpura-pura tuli. Dia diam sambil terus berjalan dan tidak mendengarkan ledekan teman-temannya itu.

"Oh, Shita, syukurlah kamu selamat! Aku benar-benar rindu padamu! Aku nggak bisa hidup tanpa dirimu," ucap Tora berpura-pura menjadi Igo dan memandang Yusuf dengan mesra. Yusuf yang mengerti maksud gurauan Tora itu langsung menanggapi dengan berpura-pura menjadi Shita.

"Aku juga Igo, aku sangat rindu padamu ... aku benar-benar ketakutan, tapi semua rasa ketakutan itu sirna setelah aku melihat wajahmu," balas Yusuf. Kedua cowok itu kemudian berpelukan dengan mesra. Igo yang sudah tidak bisa mempertahankan emosi menjitak kepala kedua sahabat baiknya itu dengan kesal.

"Nggak kayak gitu kali kejadiannya! Jangan mendramatisir!" bentak Igo kesal. Tora dan Yusuf malah terbahak. Namun tawa keduanya terhenti saat mereka melihat wajah Pak Zen yang kebetulan lewat. Pak Zen sang guru fisika yang super killer itu menatap tiga remaja itu bak srigala kelaparan yang tengah berburu.

"Tora, kamu dipanggil ke ruang kepala sekolah!" ucap Pak Zen.

"I-iya, Pak, terima kasih," jawab Tora sambil ketar-ketir.

Setelah menginformasikan kabar gembira itu, Pak Zen pergi dari hadapan ketiga berandalan itu. Kedua teman Tora, Igo dan Yusuf memandang Tora dengan bingung.

"Kenapa, Tor? Kok kamu dipanggil ke ruang kepala sekolah?" tanya keduanya hampir bersamaan. Tora cuma bisa mengangkat bahu.

"Aku pergi dulu teman-teman."

Tora meninggalkan kedua sahabatnya dan berjalan menuju ruang kepala sekolah seorang diri. Igo dan Yusuf hanya diam dan saling berpandangan karena bingung. Biasanya hanya ada dua alasan mengapa seorang anak dipanggil ke ruang kepala sekolah. Anak itu sangat berprestasi sehingga menerima suatu reward atau anak itu super bermasalah sehingga harus menerima punishment. Tora jelas bukan tipe pelajar yang bisa menerima reward.

Tora jelas ketar-ketir selama perjalan menuju ruang kepala sekolah. Apa gerangan yang menantinya di sana? Jangan-jangan ada hubungannya dengan kasus pembunuhan Omega yang terjadi sebulan lalu? Sebab Tora sempat dijadikan tersangka dan ditahan selama empat belas jam oleh polisi saat kasus itu. Tora benar-benar merasa kapok berada dalam penjara karena peristiwa itu.

Perjalanan menuju ruang kepala sekolah yang hanya butuh waktu lima menit pun terasa lama bagi Tora. Setelah sampai di depan ruang kepala sekolah Tora nelan ludah.

Tidak lupa Tora berdoa dengan membaca al-fatihah terlebih dahulu sebelum masuk ruangan paling angker di seluruh SMA F tersebut. Setelah merasa benar-benar yakin barulah Tora mengetuk pintu ruangan di hadapannya itu dengan perlahan dan hampir tanpa tenaga.

Setelah mendengar suara "Masuk." Tora membuka pintu perlahan. Betapa terkejutnya Tora melihat pemandangan di dalam ruangan.

Kepala sekolah sedang bercanda dengan seorang pria berusia sekitar enam puluh tahun. Pria itu tersenyum saat melihat kedatangan Tora. Pria itu adalah orang yang sangat dikenali oleh Tora. Tokoh masyarakat yang sangat dipuja oleh Tora seumur hidupnya, Ayahnya....

Hantu di Sekolah (Republish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang