5. Uji Nyali

33K 2.1K 82
                                    

Sepulang sekolah, pukul tujuh malam, sepuluh orang anggota kelas X IPA 5 berkumpul. Mereka telah siap untuk melakukan uji nyali sekaligus pembuktian apakah di kelas XI IPA 1 benar-benar ada hantu. Setelah Pak Satpam yang berpatroli pulang, para remaja itu beraksi. Mereka menuju kelas XI IPA 1 yang terkenal sebagai kelas yang angker sejak salah seorang murid gantung diri di sana, tahun lalu.

Suasana sekolah pada malam hari yang gelap dan sunyi, tak ayal membuat bulu kuduk jadi merinding. Tora dan Bambang menjadi orang yang paling berani, berjalan di barisan paling depan. Mereka sama-sama serius ingin membuktikan kebenaran keberadaan hantu Bintang. Di belakangnya dua cowok itu ada Erlangga dan Fauzan yang tampak santai dan menikmati. Di barisan ketiga Arina merapatkan tubuhnya pada Citra.

"Ternyata sekolah ini kalau malam begini serem banget ya," kata Arina.

Citra mengangguk setuju, cewek ini pun sama takutnya. Di barisan keempat ada Wulan dan Shita. Shita tak dapat berkata apa-apa saking takutnya. Dia hanya diam sambil merangkul erat lengan Wulan. Wulan hanya tersenyum melihat tingkah sahabat sekaligus teman sebangkunya itu.

Igo dan Yusuf yang berjalan paling belakang pun ikut cengar-cengir melihat tingkah laku Shita. Cewek pemegang sabuk coklat, juara O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional) Karate Kumite tingkat SMP itu, ternyata takut pada hantu, wajar saja kalau menurut mereka hal itu lucu.

"Wuah, apa itu!" Igo berteriak tiba-tiba.

"KYAA!" Shita menjerit ketakutan dan bersembunyi di belakang Wulan. Anak-anak yang lain pun ikut kaget karena teriakan cewek berkuncir kuda itu.

"Oh ... ternyata cuma lampu," kata Igo sambil manggut-manggut.

"Igo! Jangan nakut-nakutin gitu dong!" protes Shita.

Igo terkekeh saja. "Masih sok berani? Ngaku aja deh kalau kamu itu takut!"

Shita hanya bisa mendengus dengan kesal.
"I-iya sih," jawabnya.

"Wah, padahal Shita kan juara O2SN karate kumite tingkat SMP ya," ucap Yusuf.

"Ini dan itu nggak ada hubungannya tahu! Lagian hantu itu nggak bisa dihajar." Shita beralasan.

"Sssttt ... kita hampir sampai." Bambang mendesis memperingatkan teman-temannya untuk diam. Yang lain berusaha tenang dan mengendap-endap untuk meminimalisir suara.

Saat mereka tiba di kelas XI IPA 1 terdengarlah siulan Wind of Changes-nya Scorpion yang lirih. Bulu kuduk para remaja itu pun meremang. Jadi memang benar-benar ada suara seperti itu di kelas ini. Tora sebenarnya juga takut, tapi Tora tidak mau dikalahkan dengan rasa takutnya itu. Perlahan, Tora membuka pintu kelas XI IPA 1 dan menyalakan lampu.

Ternyata di bangku pojok kelas dekat jendela yang dulunya disebut-sebut sebagai bangkunya Bintang duduklah seorang cowok. Wajah cowok itu terlalu ganteng untuk dikatakan sebagai hantu, lagi pula kakinya pun menapak di tanah. Cowok itu tampak terkejut karena kemunculan Tora dan kawan-kawan yang tiba-tiba di hadapannya.

"Tertangkap kamu hantu gadungan!" seru Tora sambil menunjuk si hantu gadungan. Igo mengerutkan keningnya menatap hantu gadungan itu, sepertinya Igo mengenali wajahnya.

"Kak Arief?!" Shita yang lebih dulu mengenali si hantu gadungan langsung berseru, barulah Igo teringat siapa identitas si hantu gadungan itu.

"Kak Arief?" Igo memandang si hantu gadungan itu dengan tatapan tak percaya. Apa benar cowok ini adalah Kak Arief? Mantan tetangganya di rusun dulu yang sudah seperti kakak kandungnya waktu dia masih kecil itu?

"Kalian kenal sama hantu gadungan ini?" tanya Tora.

Hantu gadungan itu tersenyum menatap para juniornya yang berdiri di hadapannya itu.

Hantu di Sekolah (Republish) Where stories live. Discover now