"Wah seru juga ya, kayak uji nyali, kita ikut juga yuk, Cin," ujar Arina pada tiga sahabatnya. Citra langsung mengangguk setuju, Wulan ikut arus aja, sementara Shita melengos.

"Aku nggak ikut ya, aku ada keperluan lain." Shita beralasan, padahal dia sebenarnya hanya takut saja.

"Ih, Shita! Nggak setiakawan deh!" Citra memprotes.

"Sok gaya, palingan juga dia takut," ejek Igo.

"Nggak kok! Enak saja! Buat apa aku takut?" Shita mengelak.

"Gimana kalau yang nggak ikut, harus bantuin yang kalah taruhan nraktir?" tawar Fauzan.

"Eh! Kok gitu sih!" Shita memberengut. Padahal minggu ini dia sedang bokek-bokeknya.

"Kalau begitu ikut dong! Palingan hantunya yang takut lihat wajahmu," olok Igo.

Shita menjitak kepala Igo dengan keras.

"Oke! Aku ikut!" seru Shita akhirnya, meski nyalinya ciut dia harus tetap menjunjung harga diri dan isi dompetnya.

"Kalau begitu deal ya, nanti malam sepulang sekolah kita berkumpul di sini!" seru Bambang penuh semangat. Yang lain mengamininya. Anak-anak itu tidak tahu bahwa di luar kelas, Haru memerhatikan mereka dari luar jendela sambil tersenyum sinis.

"Dasar orang-orang bodoh," lirih Haru.

Bel tanda masuk berbunyi nyaring ke seluruh penjuru sekolah. Anak-anak kelas X IPA 5 menghentikan pembicaran mereka dan duduk di tempat masing-masing. Semua siswa yang masih berada di luar kelas pun segera kembali ke kelas mereka masing-masing. Semua kecuali tentu saja Haru.

Cowok itu sedang malas masuk kelas dan berniat membolos. Haru berjalan berlawanan arah dengan murid-murid yang berlarian masuk ke dalam kelas hendak menuju taman belakang sekolah. Namun seorang guru menghalangi jalannya.

Guru itu adalah seorang pria berpenampilan necis, berusia sekitar awal dua puluh tahun dan lumayan tampan. Wajahnya terlihat ramah dan penuh senyum namun terlihat agak licik. Haru adalah murid pindahan di sekolah ini, jadi wajar kalau dia belum pernah melihat guru ini sebelumnya. Tapi wajah guru ini bagi Haru sangat mencurigakan.

"Kamu mau ke mana? Kelasnya sudah mau mulai loh," ucap Guru itu sambil tersenyum.

Haru terdiam, ada perasaan aneh yang berdesir saat dia menatap senyum ramah guru di hadapannya itu. Sekaligus rasa takut yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Akhirnya Haru hanya mengikuti guru itu masuk ke dalam kelasnya, kelas X IPA 5 dan duduk di tempat duduknya yaitu di samping Igo di bangku paling pojok kelas.

Guru ramah itu berdiri di depan kelas dengan penuh senyum. Semua murid memandangnya dengan raut bingung. Ternyata bukan Haru saja yang tidak mengenali guru ini, seluruh siswa belum pernah melihatnya.

"Apa kabar semuanya?" sapa Guru yang ramah dan penuh senyum itu.

Semua murid tampak kebingungan dengan wajah baru yang ada dihadapan mereka. Yusuf tidak ambil pusing, dia mengeluarkan laptop dari dalam kolong mejanya dan mulai mengutak-atiknya seperti biasa. Tora teman sebangku Yusuf yang sama sekali gaptek memandangi perilakunya dengan penasaran.

"Kamu ngapain? Dapat job lagi? Berarti habis ini ada traktiran lagi dong." Tora semringah.

"Nggak ... hanya ada sesuatu yang membuatku penasaran dan harus kupastikan," kata Yusuf tanpa menoleh dari laptopnya.

"Kalian pasti belum pernah melihat muka saya ya?" ucap Guru itu setelah memandangi wajah para muridnya yang tampak gamang.

Pria itu menghadap papan dan menuliskan sesuatu di sana. "Michel Jordan" itulah kata yang tertulis di sana.

"Meskipun umur kita nggak terlalu berbeda jauh, saya harap kalian menghargai saya. Ahmad Fauzan tutup dulu buku pornomu, Isman Yusuf matikan laptopmu dan Wulan Prasasti letakan dulu ponselmu, Haru Dhanuswara matikan MP3-mu," tegas guru bernama Mike itu tanpa membalikkan punggungnya.

Keadaan kelas menjadi hening, keempat orang yang namanya disebut oleh Mike itu terkejut karena aktivitas mereka ketahuan. Tidak mau ambil resiko, mereka pun meletakan benda-benda yang mereka bawa itu ke bawah kolong meja.

Igo yang melihat tindakan Haru itu tertegun, tidak biasanya Haru mengikuti perintah seorang guru? Biasanya kan anak ini dengan cueknya tidur dikelas atau bahkan bolos, eh tapi kok sekarang tiba-tiba jadi anak penurut? Igo mengamati teman sebangkunya itu dengan saksama. Meskipun Haru berusaha menutupinya Igo dapat melihat dengan jelas bahwa tangan Haru gemetar. Kenapa anak ini?

Mike membalikkan badan dan tersenyum pada murid-muridnya dengan senyuman yang sangat menawan.

"Saya guru baru di sekolah ini, saya akan mengajar kesenian menggantikan guru kalian Pak Prabu, panggil saja saya Mike."

***

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Votes dan komen ya guys

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Votes dan komen ya guys.

Hantu di Sekolah (Republish) Where stories live. Discover now