Prolog

508 45 3
                                        

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.






.
.
.
.
.
.
.
.






"Hal yang paling ia benci adalah awal masuk ke sekolah baru."

Awal masuk ke sekolah baru adalah hal yang paling menyebalkan bagi seorang Adara Dheandra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Awal masuk ke sekolah baru adalah hal yang paling menyebalkan bagi seorang Adara Dheandra. Terutama saat dirinya harus berdiri di hadapan kelas, dan mengenalkan diri di depan teman-teman baru yang tidak dikenalnya. Oh ayolah, Ara bukanlah tipe gadis yang senang bersosial dengan teman baru. Ia lebih senang mengurung diri di dalam kamarnya, dan masuk kedalam dunia fantasy-nya yang tidak pernah ada di kehidupan nyata.

Oke, katakan saja kalau dia adalah anti social. Karena begitulah dirinya.

Lagipula pilihan utama Ara adalah masuk ke dalam SMA ternama di kotanya. Namun, kedua orangtua si gadis meminta ia masuk ke dalam SMK. Karena Ara memanglah seorang gadis yang penurut--malas membantah tepatnya--, ia pun menuruti keinginan orangtua dengan sangat terpaksa.

Hingga ia tidak sengaja bertemu dengan 5 orang gadis lainnya karena sesuatu hal sepele yang mereka perbuat.

Iya, mereka dihukum berbaris di tengah lapangan karena telat datang ke sekolah pada hari pertama mereka.

Ara sendiri rasanya ingin mengumpat kepada sang ayah karena selalu terlambat bangun sehingga berakhir membuatnya di hukum seperti ini. Tapi bagaimanapun, orang itu adalah ayahnya sendiri. Seriusan, Ara tak ingin menjadi seorang anak durhaka.

"Kenapa gue harus dihukum sih? Harusnya ayah gue yang dihukum."

Bukan, itu bukan Ara yang mengumpat. Melainkan sosok gadis dengan postur tinggi yang berdiri di samping kanannya.

"Ck. Tukang angkotnya ngajak ribut, sumpah."

"Dari Plered ke sini jauh anjer, wajar lah gue telat."

"Istighfar aja sih gue mah. Baru telat satu menit doang elah."

Ara diam. Memilih untuk tidak mempedulikan gerutuan dari orang-orang yang lainnya. Karena sekali lagi ku tegaskan, Ara bukanlah tipe gadis yang senang bersosialisasi atau apalah namanya.

"Diem aja. Kenapa?" seseorang menyenggol lengan kirinya seraya melirik Ara dengan ekor matanya.

Sebagai jawaban, Ara hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Kenapa sih lo diem aja? Naber?" gadis yang ada di sebelah si penyenggol melongokkan kepalanya menatap Ara, membuat si gadis memutar bola matanya malas.

"Yakali gue naber?"

Dan berakhirlah dengan mereka yang diberikan hukuman tambahan karena bercanda pada saat hukuman masih berjalan.

Dari sana lah, awal mula kisah Adara Dheandra dan kelima orang lainnya untuk mencapai mimpi yang sangat tinggi.

Menjadi seorang programmer di perusahaan game terkenal se-dunia.

Menjadi seorang programmer di perusahaan game terkenal se-dunia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
TPS ( 1 ) - The Beginning Of Programmer [ ✔ ]Where stories live. Discover now