"JANGAN!"

Gendang telinga John hampir saja pecah mendengar teriakan gadis itu, ia menjauhkan beberapa senti ponsel yang ada ditelinganya seraya mengelus telinganya sendiri.

"mengapa?" tanya John kembali.

"ah, pokoknya jangan saja. Baiklah John, sampai jumpa!"

Tut...

Tut....

John mengernyit, tiba-tiba saja sambungan telpon mati setelah Andrea berpamitan secara singkat. Ia kemudian melirik kearah koper, Jane pasti akan membutuhkan barang-barangnya.

Dia berniat kerumah pamannya untuk sekedar mengembalikan barang-barang gadis itu sekaligus memberi kabar bahagia yang pastinya akan menunjang karirnya.

John beranjak kearah koper, menaikan resletingnya dan menutupnya dengan rapat. Kemudian menyeret koper itu keluar menuju kediaman paman Jane...

***

"no Uncle!!!" Jane terus meraung keras, tak berhenti menangis saat pria itu menyeret tubuhnya meninggalkan penthouse milik John.

Sementara Arthur, dengan wajah datarnya yang memancarkan kemarahan. Terus membopong Jane layaknya karung beras, ia bahkan tak perduli dengan ponselnya yang terus berdering disakunya. Jelas sudah jika gadis itu berniat untuk meninggalkannya, dan Arthur tidak akan membiarkan itu terjadi.

Sejengkalpun, Jane tidak akan bisa pergi darinya....

"Uncle, kumohon!" Jane terus merintih, saat mereka tengah sampai dikamar pribadi Arthur. Pria itu memasangkan sebuah borgol ditangan Jane dan mengaitkannya dikepala ranjang yang terbuat dari besi, tanpa menghiraukan permohonan Jane yang terus menangis.

Jane sama sekali tidak melawan, keberaniannya pupus sudah ketika melihat pamannya itu dengan wajah memerahnya.

"kau lebih memilih pria berkulit bayi itu dari pada aku" cecar Arthur sambil memakaikan borgol.

"no Uncle, dia hanya teman.. Dia adalah-"

"ya, ya.. Aku tahu, produser muda tempatmu bekerja. Kulit putih pucatnya bahkan membuatku jijik" desis Arthur, dadanya bergemuruh seiring emosinya yang meluap.

Jika gadis itu terus mencoba untuk kabur, maka tidak ada pilihan lain selain mengurung gadis itu, selamanya...

Tok...

Tok...

Bunyi ketukan pintu dari arah luar menghentikan aksinya, Arthur melirik Jane sekilas. Gadis itu sama terkejutnya seperti dirinya, namun seperti melihat peluang emas dimata gadis itu.

Arthur membuka laci nakas, mengambil sesuatu yang nampak seperti lakban bagi Jane.

Arthur memakaikan lakban tersebut dibibir Jane, membuat gadis itu tidak dapat berkata atau sekedar membuka mulutnya. Begitu rapat dan rekat...

Jane sempat menghindar namun Arthur dengan sigap menangkup pipi gadis itu.

"diamlah disini dan jangan membuat kegaduhan"

"aku sudah pernah bilang bukan Jane? Jika aku harus mengurungmu hingga akhir dunia akan ku lakukan, agar kau tetap menjadi milikku" desis pria itu yang sontak membuat tubuh Jane bergidik ngeri.

Jane kembali menitikkan air mata dan menangis sejadi-jadinya setelah Arthur menjauh dan menutup pintu lalu menguncinya, namun suaranya tercekat oleh perekat yang ada dimulutnya.

Berteriakpun jadi tidak lantang, Jane merutuk dirinya sendiri. Mengapa nasibnya bisa semalang ini? Ia hanya menginginkan pengakuan cinta dari pria itu yang tak kunjung ia dapat, hingga akhirnya Jane memutuskan untuk pergi saja dari hidup Arthur.

Tapi malah membuat dirinya terkurung dalam keadaan seperti ini...

***

Sementara itu diluar...

"ada yang bisa kubantu?" tanya Arthur dengan wajah angkuhnya setelah membuka pintu dan mendapati lelaki yang membuat darahnya mendidih.

"perkenalkan namaku J-"

"ya, aku tahu" potong Arthur dengan wajah dinginnya, membuat keramahan John luntur seketika setelah mendengar kalimat ketus itu.

"aku hanya ingin mengembalikan barang-barang Jane" ucapnya masih menatap Arthur dengan datar.

Arthur menerima koper milik Jane, tanpa berbasa-basi atau sekedar berterima kasih pria itu sangat dingin.

"boleh aku bertemu dengan Jane?" tanya John membuat Arthur kembali dibuat emosi.

"dia sedang tidak ada" balasnya dingin.

"tapi aku hanya-"

"bisakah kau pergi? Dan terima kasih sudah mengantarkan barang keponakanku"

Brak!

Arthur membanting pintu tepat diwajah John, lelaki itu hanya menggeleng heran sambil meninggalkan rumah Arthur.

Ada apa dengan pria itu? Batin John.

***

Beautiful Submissiveजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें