6

1.1K 89 33
                                    

Mobil yang mereka kendarai mulai memasuki Lobby sebuah pusat perbelanjaan Elit di kawasan Jakarta Pusat. Fasha hanya menatap wajah Dimash dengan tatapan 'Kita dimana?' namun pria itu hanya bungkam hingga Dimash menarik Fasha turun dari mobil setelah memberikan kunci mobil mewahnya pada petugas Valet.

"Kita mau kemana Dim?? Aduhh lepasin sakit tangan aku kamu seret-seret begini emang aku kambing apa diseret-seret." protes Fasha pada Dimash yang tiba-tiba menghentikan langkahnya setelah menyadari bahwa mereka berdua tengah ditatap aneh oleh pengunjung pusat perbelanjaan lainnya.

"Please jangan banyak tanya" Dimash melepaskan cekalan tangannya pada Fasha kemudian mengubah posisi tanganya dengan merengkuh pinggang gadis itu sedikit 'Posesif'.

Fasha langsung melotot saat Dimash tiba-tiba merengkuh pinggangnya tanpa izin. "Dim apaan sih lepasin nggak. malu dilihat orang!"

"Ssttt.. Maluan mana kalo aku tiba-tiba lepasin kamu terus ditatap orang makin aneh. Tuh coba kamu liat tatapan mata Mereka padaku, seakan-akan aku adalah mangsa mereka." ucap Dimash setengah berbisik membuat bandan Fasha seketika meremang ketika hembusan hangat nafas Dimash mengenai telinga dan leher jenjangnya.

Fasha terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Dia agak linglung setelah dihadapkan dengan situasi seperti tadi hingga tanpa sadar langkah mereka sudah terhenti di sebuah toko baju branded yang mungkin gadis ini kurang faham tentang trend fashion masa kini yang banyak digandrungi wanita-wanita di dunia.

"Cepat pilih apapun yang kamu mau. Tenang saja aku yang akan membayar semuanya" perintah Dimash sambil memasukan kedua tanganya ke dalam saku celana bahan nya.

Fasha mendengus kesal mendengar segala perintah dari Dimash ya walaupun kalau dipikir menguntungkan juga untuk dirinya.
Gadis itu berjalan menuju rak yang dipenuhi dengan dress selutut mulai yang dari model casual hingga glamour tergantung dengan apik membangkitkan jiwa perempuannya untuk memilah dengan teliti dress mana saja yang akan dia ambil.

Sebenarnya banyak model pakaian di toko tersebut namun entah mengapa dia sangat tertarik pada kumpulan Dress tanpa memedulikan model pakaian lainnya.

Satu jam berlalu tanpa sadar Fasha sudah mengambil dress lebih dari dua puluh lima pasang dan tak lupa dengan sepatu serta tas juga pakaian dalam yang entah modelnya seperti apa namun yang tersedia disana hanyalah pakaian dalam dengan kain menerawang dan juga ber-renda dilengkapi dengan gaun tidurnya juga. Entah Fasha yang memang polos dan tidak tahu kalau pakaian dalam yang diambilnya adalah sebuah lingerie dengan tampang tak berdosanya dia main menunjuk saja dan langsung di ambilkan oleh staff penjaga toko tanpa mau ambil pusing.
"Dim, aku sudah selesai" ucap Fasha berjalan mendekati Dimash yang sibuk mengutak-atik iPad nya.

"Baiklah ayo kita ke kasir" Dimash berjalan mendahului Fasha menuju kasir dengan para staff yang sibuk melipat dan mengemasi barang pilihan Fasha. Saat seorang staff sedang melipat lingerie pilihan Fasha, mata Dimash langsung melotot saat netranya menangkap objek yang sangat sensitif bagi para pria.

"Umm Sha, kamu yakin mau beli itu??" tanya Dimash sambil menunjuk sebuah lingerie dengan warna hitam yang tengah dilipat oleh staff toko tersebut.

"iya memangnya kenapa??" jawab Fasha santai seperti bayi tak berdosa.

WHAT!!!

"Ekhmm tidak. Aku baru tahu ternyata cewek dengan tampang selugu kamu Liar juga ya aslinya" kata Dimash sambil mengulum senyum kemudian memalingkan pandangannya ke arah lain tanpa mau menatap wajah Fasha yang mulai dilanda kebingungan atas ucapan pria itu barusan.

Belum sempat Fasha bertanya apa maksud dari perkataan Dimash barusan suara staff kasir toko tersebut menghentikan otaknya yang sedang berpikir keras mengartikan setiap kata yang terlontar dari bibir sexy Dimash.

"Total semua belanjaan nya Dua ratus lima belas juta." ucap sang kasir yang langsung disambut teriakkan kaget dari Fasha.

"WHATT??!! DUA RATUS LIMA BELAS JUTA??!! MBAK NGGAK SALAH NGITUNG KAN??" tanya Fasha shock mengetahui berapa nominal yang harus dibayarkan untuk semua barang yang dia pilih tadi.

"Udahh udahh gausah lebay begitu kali. Ini mbak saya bayar" Dimash menyerahkan Black card andalanya hingga membuat Fasha semakin tercengang.

"Ini pak kartu nya, terima kasih sudah berbelanja silahkan datang kembali." Fasha masih tidak habis pikir dengan Dimash, dari mana pria itu bisa memiliki uang sebanyak ini dan dengan gampangnya dihambur-hamburkan tanpa rasa menyesal sedikitpun.

"Kamu mau beli apa lagi?? Mumpung masih disini." tanya Dimash pada Fasha yang tengah melamun.

"Hey Fasha, kamu dengar aku kan??" Dimash menjentikan jarinya tepat di depan wajah Fasha hingga membuat gadis itu gelagapan setelah tersadar dari lamunan nya.

"Eh?? Apa?? Kenapa??"

"hmm kamu melamun lagi. Aku tanya tadi kamu mau beli apa lagi mumpung masih disini, sebentar lagi aku ada meeting penting di kantor"

"tidakk ada. Sudah terlalu banyak uang yang kamu keluarkan untuk memenuhi kebutuhanku tolong jangan ditambah lagi. Nanti aku bingung bayar gantinya ke kamu gimana, yang ada nggak akan lunas hutangku sampai kapanpun." Fasha menghela nafas pelan merasakan denyutan di kepalanya muncul kembali walaupun tidak separah kemarin.

"Kamu kenapa?? Kepala kamu sakit lagi?? Oh iya kamu hari ini belum meminum obat yang dianjurkan dokter untuk mengurangi rasa sakit dikepalamu" Dimash panik dan dengan secepat kilat dibopongnya Fasha ala bridal style menuju mobil yang sudah terparkir manis di depan lobby mall. Fasha sempat memberontak namun tidak sama sekali di gubris oleh pria menyebalkan yang ajaibnya berhati bak malaikat namun bedanya tak bersayap sebelum badannya diletakkan dengan pelan dan telaten oleh Dimash pada jok mobilnya.

.
.
.
.
.
.
.
#ADUHH GENGS MAAP BANGET YA AUTHOR UPDATE NYA LAMA BGT KARENA NGGAK MOOD DAN IDE MENTOK. MAAFIN JUGA KALO CERITANYA KELIHATANNYA AGAK NGGAK NYAMBUNG HEHEHE

DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT NYA YAA.....
JANGAN JADI DARK READERS KARENA VOTE KALIAN SANGAT BERHARGA DEMI KELANGSUNGAN CERITA INI
*elah lebay amat thor (gubrakk) 😂

The MiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang