Part 16.2

9.3K 597 19
                                    

Stepmoom 16.2

Alina, Erika dan duo krucil berdiri manis di depan pintu kedatangan. Disya Dino menggenggam tangan Alina. Sedang Erika membawa tas kecil berisi kue khusus untuk om Damar.

"Papa!!! Itu papa ma!" Alina mengikuti jari tangan Disya dan Deno.

Alina tersenyum, entah kenapa  melihat om Damar saat ini membuat hatinya tenang. Apa karena sudah lama tidak bertemu? Alina kembali memfokuskan fikirannya. Saat ini dia punya rencana baru. Alina harus bisa menjodohkan Erika dengan om Damar supaya dia bisa terbebas dari om Damar.

"Ayo kesana ma." Deno dan Disya menarik tangan Alina kembali.

Alina mengikuti langkah duo krucil. Matanya mengunci pada tatapan om duda yang hangat. Dia merasa tidak lama lagi momen ini akan berakhir. Om duda pasti akan lebih memilih Erika dibanding cewek ABG macam dirinya.

Om Damar berjongkok lalu memeluk kedua anaknya kemudian bergantian mencium dahi anak-anaknya.

"Papa kangen, papa!" Disya Deno tidak hentinya berceloteh. Maklum saja ini waktu terlama Damar meninggalkan anak-anaknya.

"Oleh-olehnya mana papa?"

"Ini robotnya Deno. Ini bonekanya Disya. Terus yang lain masih di koper yha nak."

"Asik asik! Makasih papa. Aku sudah bawa tas buat oleh-oleh dari papa."

Disya dan Deno sudah asik membuka tas jinjing lalu menyimpan mainannya. Mainan dari papa harus dijaga dengan baik kalau tidak papa akan marah dan tidak akan dibelikan mainan lagi. Itu tidak boleh terjadi. Disya dan Deno masih ingin beli banyak mainan. Koleksi mainan di rumah sudah banyak yang membosankan.

Cup

Om duda juga mengecup dahi Alina. Alina hanya mampu melongo dan mengerjapkan matanya berkali-kali. Alina belum siap dengan situasi ini. Kenapa om Damar menciumnya?

Cup

Sekali lagi om Damar mencium dahinya. Kali ini Alina sudah siap tempur. Bagaimana bisa  om Damar seenak hati menciumnya di area terbuka. Dua kali. Ini tidak bisa dibiarkan.

"Kok cium sembarangan sih! Malu tau. Ini tempat umum om!" Sungut Alina sambil menghapus jejak on Damar di dahinya.

"Panggilannya kok balik gitu? Lagian kalau di tempat umum kenapa? Kamu pengennya dimana? Tempat sepi?"

"Yha gak mau juga kalau di tempat sepi. Banyak setannya tau! Lagian udah tua kok masih enggak paham sih, om."

"Alina, panggilannya!" Om Damar mengeram marah. Ditinggal seminggu saja Alina sudah lupa dengan panggilannya.

"Panggilan? Eh iya mas Damar. Lagian mas Damar sih ciumnya gak pakek permisi. Malu banget."

"Oke kalau gitu lain kali saya permisi dulu ke kamu."

"Ehem." Erika berdehem. Menunjukkan keberadaannya.

"Erika? Kamu ikut?" On Damar menoleh ke Erika.

"Iya mas. Aku ikut mereka." Erika mendekat ke Damar lalu menjulurkan tangan untuk bersalaman dengan Damar. Yang Alina heran disini adalah kenapa Erika mencium tangan om Damar?

"Sudah kenal Alina?"

"Sudah mas. Oh yha, kenapa anak-anak enggak dititipin ke aku aja selama mas Damar di Jepang? Aku ini tantenya lho."

"Anak-anak yang mau. Lagian ini waktu yang pas buat Alina belajar urus anak-anak."

"Belajar urus anak-anak?" Erika mengerutkan dahi tidak percaya dengan penjelasan Damar. Memangnya Alina itu apa? Petugas penjaga anak?

"Dia tunangan saya." Yaks, ternyata benar Alina bukan hanya penjaga anak. Erika merasa tertantang untuk bisa mendapatkan Damar. Dulu Damar cinta mati dengan kakaknya. Berarti saat ini juga bukan perkara sulit untuk menarik hati Damar.

"Tapi masih bisa gagal kok kak. Katanya kak Erika juga mau jadi mamanya anak-anak. Nanti gampang deh aku bisa ngalah."

"Alina!" Damar marah dengan ucapan Alina. Hatinya sakit mendengar Alina dengan mudahnya melepas dirinya.

"Beneran kok mas, kalau memang mas Damar lebih cocok sama kak Erika aku bisa terima kok." Celoteh Alina dengan polosnya.

"Alina!" Damar semakin geram dengan Alina. Tangannya mengepal dan kakinya melangkah semakin dekat rengan Alina bersiap untuk merengkuh Alina.

"Suer deh aku enggak masalah. Aku bakal tetep sayang sama anak-anak."

Sudah tak sabar dengan celotehan Alina, bukannya merengkuh Alina sesuai rencana malah yang ada Damar menjewer telinga Alina.

"Aduh! Kok aku dijewer? Sakit tau!"

"Jangan pernah kamu berpikir untuk pergi dari saya!"

"Mas Damar yakin sudah tunangan sama Alina? Mas belum kenalin ke Bunda aku lho. Belum tentu bunda aku kasih restu kan?"

"Iya tuh mas, mas coba deh dengerin kak Erika." Dengus Alina sebal sambil menggosok telinganya yang masih nyeri. Telinganya sudah sakit kena jewer si om jahat.

"Otak kamu ini udah banyak kena zat kimia yha! Makan apa aja kamu selama aku tinggal?" Damar semakin marah dan tangannya sudah gatal untuk menjewer telinga Alina lagi.

"Aku makan apa yha? Aku lupa. Om sih enggak masakin aku." Tapi apa daya seorang Damar kalau sudah mendengar kalimat manja dari bibir Alina. Hatinya kembali menghangat.

"Tuh kan otak kamu udah eror. Udah sekarang kita pulang dulu." Damar berbalik arah menuju anak-anaknya yang masih heboh dengan mainan baru di tas jinjingnya. Lalu menggandeng Deno Disya untuk meninggalkan bandara.

"Yha udah." Alina hanya bisa mengikuti langkah Damar.

"Erika kami pulang duluan yha." Tidak lupa Damar berpamitan dengan Erika.

"Mobil aku di rumah mas Damar. Tadi aku kesini bareng sama anak-anak."

"Yha sudah ayo kita pulang bersama." Alina yang masih sangat polos itu malah mendekati Erika lalu menggandengnya seperti Erika adalah peri penyelamat dalam hidupnya.

Terinakasih udah baca yhaa

Oh yha boleh minta tolong dong
Tolong diVote ceritanyaa

Stepmother Wannabe (Miss Nyinyir)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang