Seven

424 32 3
                                    

Budayakan Vote Sebelum Baca

Aku menghampirinya dan menaiki kasur. Kupeluk erat tubuh bambam meski ia tidak membalas pelukanku. Bisa kudengar isakannya ditelingaku yang membuat dadaku semakin sesak. Kuelus pelan punggungnya dan mengucapkan kata maaf berulang kali. Kulepas pelukanku dan kuraih wajahnya dengan kedua tanganku.

"Maaf bam, hmm" ucapku tapi ia tidak menatap bahkan menjawabku.

Kuusap pelan air mata dipipinya, "Bam, look at me" namun bambam masih tidak mau menatapku.

Kuelus pelan pipinya, "Kau tidak mau melihatku lagi eoh? Haruskah aku pergi?"

Bambam dengan cepat menggeleng dan menatapku. Aku tersenyum kecil melihat tingkah lucunya.

"Wanita tadi bukan pacarku, namanya rara. Dia teman lamaku, dia memang menyukaiku tapi aku sama sekali tidak tertarik padanya, hanya karena dia dulu baik dan sering membantuku, makanya aku juga bersikap baik padanya, aku tidak mungkin menepis tangannya saat merangkulku, itu akan membuat dia sangat terluka" aku menjelaskan pokok dari permasalahan kami.

"Dan aku yang terluka akhirnya" lirih bambam.

"Hei, aku sudah minta maaf. Rara memang manja, dia memperlakukan semua temannya seperti itu, bukan hanya padaku" jelasku.

Bambam melepaskan tanganku dari pipinya dan berbaring membelakangiku. Ia menarik selimut dan menyelimuti seluruh tubuhnya. Aku hanya tertawa kecil. Aku tau dia seperti itu karena malu. Kutarik selimut yang menutupi kepalanya membuat ia menatapku tajam. Aku ikut berbaring dibelakang bambam dan memeluknya erat.

"Yaa aku tidak bisa tidur jika tidak menatap wajah imutmu" ujarku.

Bambam berbalik menghadapku, "Mian" ucapnya.

Aku menarik pinggangnya agar lebih dekat denganku. Kulitnya yang hangat sangat terasa ditanganku membuatku sedikit lengah.

"Tidak apa, aku juga salah. Ahh dan juga jangan sering ke club dan minum. Aku tidak tau kalau kau sudah melakukan hal seperti itu sekarang"

Bambam mengangguk patuh. Aku tersenyum dan mendaratkan ciumanku dikeningnya.

"Saranghae bamie"

"Nado mark"

"Baiklah, sekarang waktunya tidur. Kau pasti pusing karena banyak minum" ujarku memeluknya.

Bambam melepas pelukanku dan menatapku membuatku bingung, "Kau tidak merindukanku?" tanyanya.

"Hei tentu saja aku merindukanmu, maka itu aku datang jauh jauh kesini" jawabku.

"Maksudku ini" tangannya mengarahkan jariku ke bibirnya.

Jantungku berdegup cepat. Sejak kapan juga bambamku menjadi agresif seperti ini. aku menarik tanganku dari bibirnya.

"Kau sudah cukup lelah bam, tidurlah" ucapku.

Bambam mengusap lembut bibirku, "Tapi aku merindukan ini mark" ah ini gila. Jangan salahkan aku.

Aku menarik tengkuk bambam dan mencium bibirnya. Kugigit pelan bibir sexy nya membuat bambam mengerang. Sudah kubilang jangan salahkan aku. Bambam membuka mulutnya dan dengan cepat kumasukkan lidahku. Lidah kami saling berpautan menimbulkan bunyi khas. Bisa kurasakan tangan bambam yang membuka kancing bajuku satu persatu dan kubiarkan saja. Ia mengelus dadaku lembut. Tak ingin kalah, ku elus dada bambam yang menurutku sudah mulai berbentuk.

"Mark" ucapnya dengan suara serak.

"Kau yang memulai honey" bisikku.

***

You're Mine 2Where stories live. Discover now