05

1.1K 77 0
                                    

Ansel, Bali, dan bar. Tiga hal yang Ai tidak tahu bagaimana cara menghubungkannya. Oke, mungkin dia berlebihan. Bertemu kembali dengan Ansel bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, termasuk di sebuah bar di Bali.

Ansel mengajak Ai duduk di salah satu bangku bar yang memanjang di seberang ruangan. Dia memesan minuman yang bahkan Ai sama sekali belum pernah didengarnya. Dalam hati Ai memutuskan untuk menanyakan nama minuman itu. Untuk riset, tambahnya dalam hati, senang masih ada bagian dirinya yang waras menanggapi peristiwa paling bersejarah dalam hidupnya ini.

"Kamu mau minum apa?" tanya Ansel pada Ai, sambil tersenyum. Ai bisa menebak bahwa pria itu pasti menyadari betapa senyumnya itu bisa meluluhkan hati wanita mana pun, termasuk dirinya saat ini.

"Uhm, orange juice?" jawab Ai ragu-ragu. Air mineral terdengar terlalu payah. Meskipun ingin, wanita itu tahu bahwa alkohol dan dirinya tidak pernah bersahabat. Pria itu tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Ai sampai-sampai dia memegang bahu wanita mungil itu untuk menumpukan tubuh tegapnya.

Seriously, Darling? Kamu itu dari tadi minum air mineral. Sekarang orange juice. Benar-benar nggak cocok sama semua ini.” Mata Ansel memindai tubuh Ai dan sepintas ke seluruh ruangan. “Untung kamu bertemu sama aku. Kalau sama cowok lain, aku jamin, orange juice kamu akan terasa berbeda," oceh Ansel. Ai menyerngitkan dahi, tidak paham apa yang dibicarakan oleh pria beraroma mint itu.

"Maksudnya beda, gimana?" tanya Ai. Lagi-lagi ucapannya membuat Ansel tergelak, tapi tidak menjawab pertanyaan Ai. Lelaki itu mengangkat tangannya memanggil pelayan bar di depannya sambil terkekeh pelan.

"Orange juice untuk wanita cantik di sampingku," ujar Ansel pada pelayan bar. Pelayan bar itu mengangguk. Wanita cantik? Aku? Boleh sekalian dia bawa pulang kok, pekik batin Ai, lagi-lagi terdengar sangat norak.

"Menurutmu aku cantik?" Ai bertanya pada Ansel. Anggap saja lidah Ai sudah lepas dari kendali otaknya sehingga kata-kata itu meluncur dari bibirnya. Pria itu menoleh padanya, masih dengan senyumannya.

"Tentu saja. Kamu nggak merasa begitu?" balas Ansel. Fix, surga harus renovasi, jangan hingar bingar dan musik berdentum begini! Malaikatnya udah ada di depan aku! Ai tersipu tanpa menjawab Ansel. Pria itu bergeser mendekat pada Ai. "Kamu cantik, kok. Aku serius.”

Ai merasa diselamatkan oleh pelayan bar yang menyodorkan gelas orange juice dan segelas minuman berwarna merah jingga ke hadapan mereka. Ai mengucapkan terima kasihnya pada pelayan bar itu. Jeda waktu itu membuat dia bisa menetralkan kembali perasaannya yang menjadi liar ketika Ansel memujinya. Ansel langsung menyesap minumannya. Dengan ekor mata, Ai mengamati pria itu sambil meminum orange juice-nya.

Gila, aku tidak menyangka Ansel terlihat begitu keren saat menyesap minuman itu. Lagi-lagi suara hati Ai yang terdengar di telinganya sendiri.

Ansel lalu menaruh gelasnya di atas meja, menopangkan tubuh pada lengan kokohnya yang bertumpu di meja. Dia terlihat sangat menikmati minumannya.

"Apa nama minuman kamu? Kok lucu, warnanya merah begitu," ujar Ai padanya. Dia tidak sanggup lagi menahan rasa ingin tahu nama minuman yang kelihatannya sangat dinikmati pria yang duduk di sebelahnya itu.

"Ini?" tanya Ansel sambil memainkan jarinya di bibir gelas. "Daiquiri. Campuran rum, gula, dan lemon. Mau coba?" tanya lelaki itu pada Ai sambil tersenyum. Dengan cepat, Ai menggeleng. Tanpa menjawab Ansel dengan kata-kata, Ai malah mengeluarkan buku jurnalnya untuk mencatat nama minuman itu. Ansel mengamati gerak-gerik wanita itu dengan kening berkerut.

"Kamu sebenernya lagi apa sih?" tanya Ansel dengan rasa penasaran. Ditempelkannya sisi tubuhnya pada Ai. Gadis itu bisa merasakan hangat napas Ansel membelai kulit wajahnya sendiri.

Astaga, mimpi apa aku semalam ditempel-tempel sama Ansel? Jantung Ai berdedup sangat cepat. Dia hanya berharap bahwa Ansel tidak ikut mendengar debarannya yang kelewat norak.

"Ng... ini jurnalku. Aku perlu menulis nama minumanmu sebelum aku lupa. Ini untuk riset." Merepet saja terus, Ai! Ai membalik halaman dengan cepat mencari halaman kosong untuk mencatat nama minuman tadi. Dai ... dai-apa tadi?

"Oh." Ansel mendesah pelan, matanya tidak lepas dari lembar yang dibalik dengan cepat oleh Ai. "Fairyn." Ai menoleh karena pria itu menyebut namanya. Ansel membalas tatapannya dengan senyum. "Itu namamu?"

"I-iya. Dari mana kamu tau?" tanya Ai. Ansel tertawa pelan.

“Aku baca di halaman pertama buku itu," jelas Ansel sambil mengedipkan sebelah matanya dengan sikap yang sangat menggoda. Ai benar-benar dibuat mati kutu oleh pesona pria ini. Perlahan-lahan, Ai menyunggingkan senyum canggung sebagai balasannya. Ansel mengangkat gelasnya di hadapan Ai. "Fairyn, orange juice-mu kutraktir," lanjut pria itu, lalu menyesap minumannya lagi.

"Eh, nggak usah!" tukas Ai cepat.

"I insist, anggap aja tanda perkenalan kita," balas Ansel. Matanya yang gelap menatap langsung ke iris hitam Ai, memaksanya untuk menuruti kehendaknya. Ai luluh di bawah pandangan Ansel. Dia tidak punya pilihan lain.

"Uhm, thanks!" gumam Ai.

Untuk beberapa saat, Ansel sepertinya telah melupakan kegiatan bergoyang di lantai dansa dan Ai juga sudah melupakan tujuan awalnya ke tempat ini. Mereka sama-sama larut dalam perbincangan topik satu ke topik lainnya. Seperti yang Ai bayangkan, ngobrol dengan Ansel memang menyenangkan.

Pembicaraan basa-basi bergulir pada pekerjaan masing-masing. Ansel terlihat tertarik pada pekerjaan Ai yang adalah seorang penulis dan traveler paruh waktu. Ansel memberikan kartu namanya pada Ai dan berpesan bahwa dia boleh menghubunginya kapan saja untuk sumber risetnya. Wanita itu tentu saja kelewat girang begitu mendapatkan kartu nama Ansel. Disimpannya baik-baik di antara halaman buku jurnalnya. Pembicaraan mereka bergulir lagi membahas tentang tempat-tempat yang mereka pernah kunjungi. Di sela-sela pembicaraan, mereka tertawa pada sesuatu yang sama-sama dianggap lucu. Benar-benar seperti dua sahabat lama yang tidak bertemu dalam waktu lama.

[Edisi Revisi] How to Let GoWo Geschichten leben. Entdecke jetzt