04

1.1K 80 0
                                    

“Hai!”

Sebuah suara datang dari belakang tubuhnya ketika Ai sedang memasukkan ponsel ke dalam tas. Wanita itu membalikkan badan dan langsung terpaku di tempatnya. Dia berusaha keras agar rahangnya tidak lepas saking terkejut. Kantuknya langsung hilang.

Demi Tuhan, aku nggak salah lihat? Ini kan Ansel. Ansel Wilhemus yang itu! Astaga, dia ganteng banget kalau dilihat dari dekat begini.

Ai hanya meneriakkan semua itu di dalam hati. Pada kenyataannya, dia hanya menatap Ansel dalam diam dan mengerjapkan matanya berkali-kali. Mau senyum pun rasanya otaknya gagal mengirimkan sinyal itu kepada otot di wajah.

"H-hai...." Wanita itu tergagap saat membalas sapaan lelaki itu, saat dia sadar bahwa orang yang ada di hadapannya ini bukan sekadar ilusi.

Senyum pria itu semakin lebar. Matanya mengunci Ai selama beberapa detik, meneliti sosok wanita itu dari atas sampai bawah. Tidak ada yang salah dengan pakaian wanita itu. Hanya saja perilakunya di dalam bar yang tidak cocok. Harusnya dengan pakaian seperti itu, dia layak mendapat tempat di lantai dansa, bukannya menyendiri di sudut, Ansel berkomentar dalam hati.

"Aku Ansel,” ujar lelaki itu menyebutkan namanya. Biasanya dia tidak pernah mengenalkan diri di interaksi awal. Dia akan memberikan namanya setelah mereka mulai bersentuhan, hanya untuk supaya si wanita bisa mendesahkan namanya saat mencapai surga dunia bersamanya. Namun, kali ini berbeda. Dia harus bersikap sopan pada teman bicaranya malam ini. Hanya teman bicara, Ansel memantapkan niatnya. Akan tetapi, matanya turun lebih jauh dari wajah manis wanita di hadapannya dan menikmati kontras kulit putih dan warna hitam gaunnya pada bagian dada. Ansel benar-benar dibuat penasaran selembut apa rasanya jika dia bisa menyentuhnya. Astaga, Ansel! Fokus! Matanya naik kembali ke wajah wanita itu, yang masih saja menatapnya dengan takjub. “You look lost, Darling!" ujar Ansel.

Kini giliran Ai yang membatin dalam hati. Jadi aku memang tidak salah mengenali orang, dia Ansel. Dan barusan dia panggil aku apa? Darling? Aku pasti sudah mati dan berada di surga! Ai menyayangkan mengapa dirinya hanya bisa berkata tanpa suara.

"Uhm, aku...." Hanya itu yang berhasil lolos dari bibirnya Bahkan lidahnya kelu. Otaknya kehilangan kosakata. Ya ampun! Pesona Ansel telah berhasil menyihirnya kembali.

"Temani aku di sana, yuk," ajak Ansel. “Kamu benar-benar terlihat tidak cocok di sini sendiri.” Tanpa menunggu jawaban, tangan pria itu mengamit lengan Ai dan menyeretnya menjauh dari meja yang sedari tadi ditempatinya. Ai bisa apa selain mengikuti Ansel? Otaknya tidak bisa bekerja dengan maksimal. Dia begitu terbawa dengan keadaan yang tidak terduga ini.

[Edisi Revisi] How to Let GoWhere stories live. Discover now