NAMANYA ARDI WIRANATA

1.5K 127 66
                                    

Mohon agar pembaca bijak dalam menanggapi part ini, karena part ini mengandung kata-kata kasar. Bukan bermaksud untuk menyinggung atau menampilkan hal yang tidak baik tapi ini adalah salah satu pelajaran agar dalam berbicara dan bersikap haruslah sopan dan santun. Ambil baik dan buang buruknya. Ini salah satu fakta yang ada bahwa di kalangan remaja banyak kata-kata kasar di part ini memang banyak digunakan dan sudah menjadi hal lumrah di kehidupan sehari-hari.

Jangan lupa tekan ⭐ dan komen di bawah ini!

Jakarta, 12 Oktober 2015
Ibu Naila sudah di ambang batas kesabaran. Pasalnya, sudah lima kali guru biologi itu membangunkan salah satu siswanya yang tertidur di kelas namun siswa itu tetap saja menyenderkan kepalanya di meja tanpa rasa takut. Bahkan teman sebangkunya sudah menyikutnya agar ia terbangun tapi siswa itu bahkan tidak peduli.

"Ardi Wiranata!" teriak Ibu Naila

Teriakan Ibu Naila akhirnya membangunkan Wira, dengan malas ia mengangkat kepalanya dan menggeser bangkunya ke belakang. Lelaki itu berdiri dan menepuk bahu teman sebangkunya—Reza

"Ikut gue!" pintanya.

Reza menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan menatap Wira yang berjalan ke depan begitu pula teman-temannya yang ada di kelas.

"Mau ke mana kamu?" bentak bu Naila pada Wira saat ia melihat lelaki itu melewatinya.

Wira menoleh, raut wajahnya begitu menyebalkan. "Mau keluarlah, Bu, masa mau masuk," jawabnya santai.

"Saya nggak nyuruh kamu keluar, yah!"

Wira cengengesan. "Lah, siapa yang nyuruh Bu, ini inisiatif saya mau keluar sendiri dibanding Ibu Naila capek-capek ngusir saya dari kelas. Kan, sebagai murid yang cerdas harus memiliki jiwa yang kreatif." Temannya tertawa mendengar penuturan Wira

Wajah Ibu Naila merah padam, ia benar-benar tidak tahan dengan sikap kurang ajar Wira. "Diam kalian!"

Wanita itu menunjuk Wira. "Keluar kamu sekarang dari kelas saya dan jangan pernah mengikuti pelajaran saya lagi."

Lelaki itu menyunggingkan bibirnya, Gue bilang juga apa, nih guru bego. Dia kira, gue bakalan memelas kali minta nggak dikeluarin. Yang ada, gue senang. Jadinya bisa nongkrong di warung Pak Diman sambil merokok

Tanpa rasa bersalah Wira meninggalkan kelasnya. Lelaki itu benar-benar menguras habis kesabaran gurunya, bukan sekali atau dua kali Wira tidur di kelas tapi setiap wanita berusia tiga puluh enam tahun itu mengajar. Guru lainnya pun mengeluhkan sikap Wira yang tidak memiliki sopan santun. Ia bahkan di kenal sebagai biang rusuh dan sulit diatur.

Wira juga terkenal dengan sifat sombongnya, mungkin karena mamanya adalah salah satu penyokong dana terbesar di SMA Pelita Bangsa—salah satu sekolah favorit di Kota Jakarta. Sifatnya yang kasar membuat ia hanya memiliki satu teman, Wira tidak pernah peduli dengan orang di sekelilingnya. Hatinya seperti terbuat dari batu. Rekor kenakalan yang paling diingat temannya adalah Wira pernah memukul seorang siswi-teman sekelasnya. Hanya karena siswi itu tidak sengaja menumpahkan minuman di mejanya dan mengenai komiknya.

Sebenarnya lelaki keturunan Jerman-Bali itu memiliki banyak kelebihan; Wira Pintar, berwajah manis dengan lesung pipi, memiliki tubuh proporsional, kemampuan finansial yang berlebih dan hebat dalam bidang olahraga. Namun sayang, semua kelebihan itu tertutupi dengan kebobrokannya.

***

Reza melemparkan ponsel ke arah Wira, lelaki itu dengan sigap menangkapnya. "Enak banget sih, lo tai. Bisa ngerokok, makan mie goreng. Nah gue, harus dengerin ceramah Ibu Naila," rutuknya.

Wira tertawa dan mengeplak kepala Reza—sahabatnya. "Eh bencong, gue udah ngajak lo yah. Lo nya aja rempong kayak Pere."

"Enak dong kalau Pere, bisa buat anu-anuan," Reza mengambil rokok yang dihisap Wira.

"Anuan, panuan iye lo mah," ejeknya.

Wira meninggalkan Reza yang masih melahap sisa mie goreng lelaki itu, sehingga membuat Reza harus mengejarnya. Keduanya menuju parkiran, Wira mengambil kunci di saku celananya lalu membuka pintu mobilnya. Ia duduk di kursi kemudi sedangkan Reza duduk di kursi penumpang.

Sudah bisa ditebak jika kedua lelaki itu akan bolos pelajaran olahraga. Alasan Wira hanya satu, ia malas melihat siswi yang berlari dengan baju dan celana olahraga ketat, sedangkan Reza alasannya mengikuti Wira yang bolos.

Wira melajukan mobilnya ke perumahan Pondok Indah, ia ingin pulang ke rumah. Berendam air hangat lalu bermain game sepuasnya. Toh mamanya juga sedang berada di Australia, jadi tidak akan ada yang memarahinya. Kalau pun mamanya ada, ia tidak pernah peduli dengan anaknya. Karena menurut anak tunggal keluarga Alaric itu, uang lebih berharga dibanding dirinya. Wira bahkan bisa menghitung pertemuan dengan mamanya dan pertemuan itu tidak pernah melebihi tiga puluh menit.

***

Mobil Bugatti Veyron sudah terparkir di halaman rumah dengan cat perpaduan white-gold. Seorang tukang kebun berusia empat puluh tahun menghampirinya dan mengucapkan salam pada Wira dan Reza.

 Seorang tukang kebun berusia empat puluh tahun menghampirinya dan mengucapkan salam pada Wira dan Reza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siang, Tuan Wira! Siang, Tuan Reza!" ucapnya sedikit menunduk

"Siang, Mang Kumis, makin ganteng aja nih kumisnya," jawab Reza sambil merangkul Mang Kumis.

Mang Kumis yang dipuji hanya tersenyum. "Reza, lo duluan ke kamar gue. Gue mau ngomong dulu sama Mang Kumis."

Reza mengangkat jempolnya. "Oke, Bro!" Wira pun langsung mengajak Mang Kumis ke belakang halaman rumahnya.

"Mang, vas bunga ini di bersihkan aja lalu buang di tempat sampah yang agak jauh dari sini," perintahnya.

"Kumaha atuh, Tuan. Gimana kalau Nyonya Besar tahu? Saya teh takut dipecat atuh." Pak Kumis terlihat takut.

"Percaya sama saya deh, Mang. Saya bisa jamin kalau mama nggak akan tahu. Makanya bersihin sekarang, kalau nggak Mang Kumis yang bakalan jadi tersangka utama pecahnya vas bunga ini."

Dengan sigap Mang Kumis segera melaksanakan perintah Wira. "Siap, Tuan! Mamang akan segera menghilangkan jejak."

Wira yang sudah kegerahan segera masuk ke dalam rumah, sebelum naik ke kamarnya. Lelaki itu meminta Mbok Ningsih untuk menyiapkan makan siang dan membawakan minuman dingin serta cemilan ke kamarnya.

Baru saja Wira ingin masuk, ia dikagetkan dengan suara seperti desahan. Lelaki itu menempelkan telinganya ke pintu untuk memperjelas suara itu. Dia tahu apa yang sedang diputar sahabatnya itu.

Dengan rasa kesal ia membuka pintunya dengan keras hingga mengagetkan Reza. "Lo ngapain, A****g!"

Teriakan Wira membuat Reza terdiam di tempatnya. "Udah berapa kali gue bilang, jangan ngotorin kamar gue dengan desahan wanita murahan!"

"Sorry, Wir! Kan cuman buat senang doang, "

"Lu senang, Gue Jijik! Matiin nggak atau gue banting tuh DVD," ancamnya

Reza langsung mengambil remote dan menghentikan tontonannya, sementara Wira sudah melenggang pergi ke kamar mandi.

"Bangsat, ngotorin kamar gue aja!"

Maaf beribu maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan di hati.

Wira memang wataknya gitu yah, jadi jangan dihujat kawans😌

Salam Cinta

Ardian R
(6 Oktober 2021)

Jodoh Untuk WiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang