jangan lupa istighfar

35 2 0
                                    

Letak kelas memengaruhi tingkat konsentrasi belajar siswa. Kelas dekat  kantor guru, biasanya siswa --berusaha-- selalu konsentrasi, keluar hanya untuk mengintip guru yang akan menuju kelas. Kelas dekat kantin, posisi paling strategis dan tidak pernah konsentrasi belajar, mata mereka selalu menatap jam mengucapkan mantra agar jarum jam bergerak lebih cepat. Dan terakhir kelas dekat toilet, posisi paling tidak diinginkan apalagi kalau hari hujan, aroma sedap menyengat ke indra pembau. Semua murid akan bersorak, memerotes, beradu argumen dan berujung tidak jadi belajar.

Hanya ada dua kelas di dekat toilet salah satunya kelas X.6. Kelas ini dijuluki 'Gerobak Buruk Sapi Gila'

X.6 dihuni oleh 16 siswa dan 14 siswi serta penghuni baru yang diangkat dari kelas sebelah; Gatot. Kelas ini bukan berisi siswa-siswi berkacamata tebal, pendiam seperti batu, serta dingin bagaikan es batu, tapi semuanya murid rongsokan sehingga mereka selalu dipandang buruk di mata guru. Petakilan, ulangan selalu mendapat nilai di bawah KKM, dan masalah terbaru; mereka sudah delapan kali pertemuan pelajaran Fisika melarikan diri dengan alasan tidak logis. Dan pertemuan pertama minggu ini mereka memutuskan tetap di kelas.

Panas matahari menyengat, jendela kaca dilapisi gorden hijau tidak mampu menghalangi sinar matahari. Siswa-siswi tidak lagi memerhatikan guru. Mereka sibuk melawan kantuk dan bosan dengan aneka ragam kegiatan. Berbagai macam ulah sengaja dilakukan, kata Boby, "Demi kepentingan bersama."

Di barisan paling depan dipenuhi anak berusaha pintar namun tidak pernah tersampaikan, mereka mengibaskan kedua tangan di depan wajah, mencoret meja bertuliskan 'kami manusia jelmaan sapi', menyenderkan tubuh secara gusar. Kegiatan ini biasa dilakukan di barisan dua dan tiga.

Sedangkan barisan terakhir, mereka sudah mengelilingi pulau kapuk hingga lupa cara untuk pulang.

"Yang di sudut maju, kerjain soal nomor 20 halaman 124!" Perintah Pak Mardi lalu membersihkan tangan dengan lap motif kotak.

"Woi Bob, bangun!" Rindu mengguncang tubuh temannya.

Bobby mengangkat kepala lalu melirik sekilas Rindu. "Ngantuk, bege!"

"Lo disuruh botak ngerjain soal!"

"Botak aja suruh ngerjain sendiri, nyusahin gue aja," ucap Bobby dengan nada malas dan kembali menempelkan kepala di meja.

"Sekarang giliran kamu!" Pak Mardi mengelus puncak kepala Bobby lembut sedangkan Rindu menyikut perut Bobby keras.

"Apaan!? Gue ngantuk, nih, nunggui Karma malem--"

"Nanti karmanya lari ke kamu."

Bobby langsung mendongakkan kepala. Dia mengucek kedua matanya, setelah apa yang dilihat jelas ia hanya tersenyum khas kuda. "Eh, pak, halaman berapa?"

"Halaman 785 nomor 34," ucapnya sambil meletakkan buku paket di hadapan Bobby. Bobby mengambil dan langsung maju ke depan.

Tiba di depan dia kebingungan mencari halaman. Dia mengangkat buku paket ke arah Pak Mardi, "halamannya nggak ada pak?"

Pak Mardi mendekat sambil membawa penggaris besi yang ia ambil sembarang di meja murid lalu memukul kepala Bobby. "Itu bukan cuma sampai halaman 234, kamu cari sampai mampus juga nggak ketemu."

Bobby hanya cengengesan, teman-temannya tertawa, mengucapkan sumpah serapah atas kebodohan Bobby. Padahal jelas buku paket itu tipis.

"Mangkanya jangan ngigau. Kalau tidur jangan lupa istighfar."

Bobby dan teman-temannya mengucapkan istighfar bersamaan. "Astagfirullahaladzim."

***
Wuhahaha, Chan comeback!

Chan mau minta maaf kemarin nggak update, jadi gantinya hari ini langsung 400-an kata lebih, wkwkwk.
Dan karena updatenya kamis memasuki jum'at jadi update nya sekaligus aja. Ho'oh ....

Hepi riding, gais!

Keranjang Drabble [Selesai]Kde žijí příběhy. Začni objevovat