sepiring cah kangkung

33 3 0
                                    

"Kamu kenapa nggak pernah makan di rumah toh, Nduk?"

Tidak pernah berubah. Pertanyaan serupa selalu menyambut kedatangan Kania selepas ia kuliah, kerja kelompok di luar, atau sekedar berkumpul bersama teman.

Bukan tanpa sebab Maryati, bundanya, menanyakan pertanyaan yang sama. Semenjak gadis itu kuliah, ia tidak pernah makan atau sekadar menyicip masakannya, membuat hati Maryati nyeri. Kania selalu menjawab dengan jawaban berbeda namun intinya sama---menolak secara halus:

"Saya capek, Ma, mau istirahat. Saya juga masih kenyang, nanti kalau lapar saya makan."

"Saya sudah makan pecel lele."

Tidak ada menu pecel lele setiap hari. Hanya kebohongan.

Jika teman-temannya gencar makan di rumah dan membanggakan bahwa masakan ibu mereka-lah yang paling nikmat, tidak ada saingan, Kania justru betolak belakang. Ia lebih memilih memakan masakan luar. Enak? Tidak perlu diragukan. Kania mengakui masakan mamanya jauh lebih enak dibandingkan masakan di rumah makan langganannya. Entah alasan apa sehingga ia tidak berminat sedikitpun memakan masakan mamanya.

Bumi terus berotasi. Malam berganti siang, detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari berganti bulan, dan bulan berganti tahun. Semua tetap sama, hanya kondisi Maryati semakin lama semakin menurun.  Namun hati Kania belum juga tergerak untuk memakan masakan mamanya.

***

Riau, 23 April 2017

Rasa lelah menghujam tubuh Kania. Hari ini dia disodorkan lembaran-lembaran tugas yang harus selesai dalam waktu singkat. Diberi tugas pagi ini dan deadline-nya dini hari sebelum pukul 21:00. Ia memutuskan untuk pulang dan menyelesaikan di rumah.

Rumah tampak sepi. Lampu teras tidak dihidupkan. Dia tidak disungguhkan pertanyaan serupa dengan mamanya---bahkan tidak menemukan mamanya. Tampak wajah Bude Nur yang lesu, sewaktu Kania bertanya Bude Nur menuntun menuju meja makan. 

"Non makan dulu, ya. Bibi nggak mau dengar alasan. Nyonya masak cah kangkung kesukaan kamu." Bude Nur menyendokkan nasi, dan cah kangkung lalu disodorkan ke Kania.

Tidak butuh waktu lama Kania untuk menyantap masakan mamanya. Dia langsung menatap Bude Nur penuh tanda tanya---meminta penjelasan. Bude Nur menatap Kania dengan sorot mata tidak terbaca.

"Nyonya masuk rumah sakit, dia kena serangan jantung. Tadi bude mau ikut tapi dilarang nyonya. Nyonya titip pesan kalau Non Kania pulang di suruh makan cah kangkung kesukaan non dulu, baru boleh bude kasih tahu keadaan nyonya."

Keranjang Drabble [Selesai]Where stories live. Discover now