meteor shower

20 3 0
                                    

Kusingkap tirai kamarku untuk memandangi kelap-kelip indah bintang malam ini. Kuarahkan telunjukku pada kaca jendela, lalu kugerakkan mengikuti pola rasi Cassiopeia. Aku tersenyum memandanginya.

"Ada bintang jatuh!" batinku antusias.

Aku tahu, benda yang kusebut 'bintang jatuh' itu hanyalah sebuah meteoroid yang akan habis terbakar saat mencoba memasuki atmosfer bumi. Namun, kali ini aku merasa ada yang berbeda. Meteoroid itu tak kunjung hilang.

"Itu meteor!" batinku berseru.

Tubuhku kaku, namun hatiku memberontak ingin segera bertindak. Kuturunkan tirai itu secara asal. Aku berlari panik menuju pintu. Saat kupegang gagangnya ....

BOOM!

Bunyi ledakan menggema hingga ke gendang telingaku. Aku butuh Mama. Segera kubuka pintu lalu berlari menuju kamar Mama, tepat di sebelah kamarku. Namun, Mama tak ada di sana.

BOOM!

BOOM!

BOOM!

Ledakan itu terus terdengar. Aku berlari untuk segera keluar dari rumah.

Betapa kagetnya, di luar sini sudah porak poranda. Api berkobar di mana-mana. Tanah hancur terpecah belah. Semua orang berlarian untuk menyelamatkan dirinya di bawah meteor yang terus berjatuhan seperti hujan, meledak, merusak, dan merenggut nyawa.

Tangisku pecah. Aku mencari mamaku. Aku tak peduli jikalau meteor itu menimpaku, hanya mamaku yang kumau.

Tangisku sedikit mereda saat kulihat Mama di kejauhan sana. Namun, aku terpaku saat melihat sebuah meteor terjatuh ke arah Mama.

"Ma .... awas!"

___

"Ma ...." Aku terbangun. Keringatku bercucuran. Tapi, aku sangat lega bahwa semua itu hanya mimpiku di siang bolong. Bahagianya lagi, ada Mama yang sedang duduk di sisiku.

"Kamu mimpi buruk ya?"

Aku mengangguk. Kupeluk Mama seolah aku tak ingin kehilangannya. "Nadia sayang sama Mama."

Keranjang Drabble [Selesai]Where stories live. Discover now