Chapter Empat Puluh Delapan | Semua Berakhir Disini

Start from the beginning
                                    

Itu urusan mereka, bukan lagi urusannya.

"Siapa aja kelompoknya?" tanya Louis yang baru saja datang membawa makanan mereka.

"Ya, aku, kamu, Gea, Widi sama Fikri," jawab Melody, "makasih Lou." Kedua sudut bibir Melody melengkung sempurna.

Louis hanya menjawab dengan anggukan kecil. Gea dan Widi yang duduk bersama mereka sudah mulai gerah melihat kebucinan di hadapan mereka. Apalagi saat adegan Louis melap dengan tisu sudut bibir Melody.

Mereka tidak tahu saja, kalau keduanya sudah menjadi mantan.

"Gue heran banget kenapa si Pak Budi nyatuin dua manusia gak punya adab ini," keluh Gea, "pacaran di depan jomlo, gatau diri."

"Sirik, tanda tak mampu Ge," balas Louis, "Iya gak Mel?"

Melody tersenyum manis menjawabnya.

"Duh manis banget kalau senyum," puji Louis serya mencubit pelan pipi Melody.

"Hoekkk..." Gea refleks, berpura-pura muntah. Dia sudah tidak kuat melihat keuwuan dari pasangan itu.

Louis yang terlalu memanjakan Melody. Untuk Louis Melody adalah prioritasnya, Melody dulu baru basket, Melody dulu baru masuk kelas. Semua orang bahkan tau, Louis sering membatalkan janji hanya ketika Melody memintanya untuk datang.

Sebucin itu serius.

Melody yang manis, yang tidak bisa ditinggal barang sedetikpun. Selalu meminta antara kemanapun, membuat pasangan ini cepat terkenal di kampus karena terlalu sering bersama.

"Wid lo nyium aroma bucin gak?" tanya Gea

"Bukan aroma lagi, nih orang bucinnya disamping kita," jawab Widi, sibuk memainkan ponselnya. Mengabari Fikri untuk segera datang kesana dan mereka bisa memulai kerja kelompok dan terhindar dari pasangan uwu itu.

"Ngerjain hari ini banget?" tanya Louis

"Yaterus mau kapan? Jangan bilang lo mau ngebucin," omel Widi, "Sabtu gue gak bisa anjir, sodara gue mau nikahan. Minggu, gak bisa kita ada acara Lou di gereja sampe sore. Senin jadwal full, selasa Gea ada jadwal UKM, rabu lo sama Fikri tading basket sama kampus sebelah kan? Kamis? Gue gak mau ngedadak ya ngerjainnya cuman satu hari aja."

"Yaudah kalau bisa sekarang, kenapa harus nanti." Respons Melody singkat, Louis mengerutkan dahinya, cukup bingung dengan perkataan Melody barusan.

"Kamu yakin? Kamu gak sibuk hari ini?" Louis mencoba memastikan.

"Tuh Lou, majikan lo aja udah oke, ngapain hamba sahaya kaya lo protes," ujar Gea.

Jujur saja, Melody merasa tak nyaman dengan perkataan Gea barusan. Seolah-olah, Louis ada disana hanya karena dirinya saja. Meskipun memang itu kenyataannya. Tapi, mendengarnya secara langsung, dia merasa tengah deja vu.

Rasa cemas dan khawatir memenuhi isi kepalanya, bahkan saat itu Melody hanya diam tak bisa fokus. Teman-temannya tengah mengobrol, dia seperti berada di tempat lain.

Sampai sentuhan tangan Louis di bahunya menyadarkannya kembali.

"Kok bengong?" tanyanya dengan suara yang terdengar lembut di telinganya, "itu Fikri udah dateng, biar cepet kerjanya dan kamu bisa bantuin temen kamu."

MeloDylan 2 (Retrouvailles)Where stories live. Discover now