Satu Hari Yang Berharga

21 0 0
                                    

Ku pandangi bingkai foto yang terpampang di atas meja belajarku. Tanpa kusadari, aku meneteskan air mata. Lama kelamaan, setetes air mata itu mengucur deras dari pelupuk mataku. Aku tak kuasa memandang foto itu, apalagi mengingat semua kenangannya. Andai, semua itu tak pernah terjadi, mungkinn.. Ah.. Sudahlah.

***

Pada hari itu... 

"Leonyyy!!!" seru seseorang dari belakang ku. 

"Iyaa??" ujar ku datar.

"Jutek banget sih!!" ujarnya lagi. 

"Ada apa sih, Rei?" tanya ku dengan nada malas.

"Aku mau ngajak kamu ke Trans Studio Bandung!!" ujar Rei dengan nada ceria. 

"Apaaa???" teriak ku dengan mata yang berbinar - binar.

"Iya, aku mau ngajak kamu ke TSB. Mau gak?" tanya Rei. 

"Aku mau Rei!" ujar ku senang.

"Oke, besok aku jemput ke rumah mu ya!" ujar Rei. 

"Oke!" ujar ku lagi.

Rei, Reinetha Huang. Dia berkebangsaan Chinese. Kulitnya putih, cantik, mempunyai mata yang sipit, dan keluarga dia terbilang sangat berada. Dia sering pulang dan pergi Indonesia - China. Sedangkan aku? Cuma anak biasa, bernama Evangeline Leony. Meski kami berdua berbeda jauh dalam status ekonomi, tapi kami berteman baik. Rei bergaul dengan siapa saha, dia tidak membeda - bedakan teman, itulah sifat yang membuat aku suka berteman dengannya.

"Ibu, besok kan hari libur. Leony meminta izin untuk pergi ke Trans Studio Bandung," ujar ku dengan ceria. 

"Hmmm..." ujar ibu ragu - ragu.

"Boleh bu?" tanya ku dengan penuh harap. 

"Leony, ibu tak punya uang untuk pergi ke Trans Studio Bandung. Biaya masuknya saja mahal, ibu tak mampu nak. Kamu harus mengerti Leony," ujar ibu dengan perasaan yang sangat menyesal.

Aku tak kuat membendung air mataku, aku segera berlari ke kamar agar aku bisa menangis tanpa sepengetahuan ibu.
Ku ambil ponsel jadul ku pemberian ayah tahun lalu. Kemudian ku telepon Rei.

"Rei, sepertinya aku tak jadi pergi ke TSB. Karena ibuku tak mempunyai cukup uang," ujar ku dengan nada menyesal.

"Leony, kamu ini seperti siapa saja sihh. Semua permainan dan biaya aku tanggung, anggap aja traktiran," ujar Rei dari sebrang telepon. 

"Benarkah? Makasih ya Rei. Nanti aku akan bilang lagi pada ibu ku," ujar ku senang.

"Oke deh, besok aku jemput ya," ujar Rei lagi.

Selesai menelepon Rei, aku bergegas menemui Ibuku dan menceritakan tentang pergi ke TSB. Dan akhirnya, beliau menyetujuinya. Terima kasih ibu.

Keesokan harinya....

"Leonyy, ayo berangkat!" teriak sebuah suara dari luar rumah.

"Sepertinya itu Rei. Bu, Leony berangkat dulu ya," teriak ku. 

"Iya, hati - hati nak!" balas ibu.

Aku pun keluar rumah untuk bertemu dengan Rei. Tak lama kemudian, kami pun sudah berada di dalam mobil Rei. Nyaman sekali rasanya. Ternyata, di dalam mobil itu ada mamanya Rei. Setengah jam kemudian, kami pun sampai di TSB. 

Mama Rei, hanya mengantar kami. Lalu menunggu di tempat duduk yang disediakan untuk menunggu anak - anak yang sedang bermain. Sedangkan aku dan Rei bermain kesana dan kemari. Capek juga.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 12, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Satu Hari Yang Berharga (SHORT STORY)Where stories live. Discover now