5. Pedekate (1) Teh Manis

51 6 2
                                    

Siang, kini sudah digantikan dengan sore dan sore kini sudah digantikan dengan malam. Begitulah dunia, tanpa disadari waktu begitu cepat berlalu. Aska yang sedang duduk di balkon kamarnya berfikir sambil memegang ponselnya dan menikmati indahnya malam "gue harus telfon dia atau nggak,ya? Tapi, nanti kalau dia nggak ngangkat telfon dari gue, gimana?" Berfikir sejenak "gue coba aja deh" ucapnya sambil mulai menempelkan ponselnya pada telinga.

Telfon pun tersambung. 1 detik, 2 detik, 3 detik, 4, 5........

****

Safira yang kini sedang sibuk mengerjakan tugas dari Bu Tia di kamarnya kini beralih menatap ponselnya yang berdering, ia pun mengambilnya sambil melihat siapa yang menelfon "nomor yang nggak dikenal. Siapa sih, yang nelfon malam - malam kayak gini. Kurang kerjaan banget. Ck, biarin aja lah palingan cuma salah sambung doang" ucapnya merasa tidak peduli.

****

Merasa tidak ada jawaban dari sang empunya Aska kini mencobanya kembali "yah, nggak diangkat, lagi. Gue coba lagi, deh."

****

Safira yang merasa terganggu dengan suara telfonnya kini berdecak "ck, siapa sih ganggu orang aja" ia pun menatap ponselnya "yah,, nomor kayak yang tadi lagi. Nggak usah angkat deh, nggak penting juga."

****

Aska yang sedari tadi menunggu jawaban telfon dari Safira, kini malah tidak diangkat lagi "yah,,,nggak diangkat. Yaudah deh, mungkin dia lagi sibuk ngerjain tugasnya. Besok gue omongin hal ini ke Santi besok aja deh, kalau sekarang kan takutnya aja nggak diangkat juga."

"Ra, gue berharap kali ini lo bisa punya cinta di hidup lo suatu saat nanti, dan gue yakin orang yang bisa ngisi hati lo itu adalah gue" ucap Aska membatin sambil menatap bintang yang berkelap kelip malam ini.

****

Keesokan pagi, Aska kini lebih cepat bersiap siap ke kampus, karena ia ingin cepat cepat bertemu dengan Safira di jalan. Ia pun menuruni tangga satu demi satu tingkat, dengan cepat akhirnya ia sudah sampai dan langsung menuju ke meja makan yanh disana sudah ada Andre (papanya), Monica dan adiknya Steffi.

"Pagi pa, ma" ucapnya dengan semangat

Sementara itu, Steffi merasa terabaikan dengan kakaknya itu, bagaimana bisa papa dan mamanya di sapa sedangkan ia tidak, lalu ia pun berkata "oh, jadi gitu yah, kak. Apa udah lupa sama adik kakak yang cantik, manis dan imut ini?" Ucap Steffi yanh agak merasa kecewa terhadap Aska.

"Oh, iya lupa. Selamat pagi juga Steffi adik kakak yang paaa..ling cantik, manis dan imut ini" ucap Aska sambil mencubit kedua pipi Steffi yang chubby.

"Aw,,kakak, sakit tau. Pipi aku ini tuh bukan bakpao yang bisa dicubit kayak gini" ucap Steffi sambil memegang kedua pipinya yang sudah memerah akibat kelakukan Aska.

Andre dan Monica yang melihat itu hanya tertawa saja.

"Sudah, sudah. Aska kamu juga selalu kayak gitu. Liat tuh pipi adik kamu, jadi kemerahan kan" ucap Monica yang kini beralih menatap putri cantiknya itu.

"Iya, maaf ma".

Mereka pun sarapan pagi dengan tanpa bersuara. Andre yang melihat Aska sedang terburu buru makan kini menegurnya "Aska, kamu makannya kok cepet banget. Pelan pelan dong. Kamu lagi ada urusan apa pagi ini sampai sampai terburu buru. Kayak dikejar sama kucing aja kamu."

SafirAskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang