Waterpark

67 13 16
                                    

Hari minggu akhirnya tiba. Hari yang ditunggu-tunggu Cherisa, Devi, dan juga Kimmy. Sebenarnya hanya mereka bertiga yang akan pergi ke waterpark tapi karena Niko juga merasa bosan dirumah dan dia ingat akan tugasnya untuk melindungi kedua sahabatnya itu, dia pun pergi.

Niko membawa mobil Ibunya, meski dia belum mempunyai SIM tapi kemampuan mengemudinya tidak perlu diragukan. Laki-laki itu handal dalam berbagai hal. Lagipula akan lebih hemat jika mereka pergi ke waterpark dengan mobil Niko karena tak ada bus atau kendaraan umum yang menuju tempat bermain air itu. Jadi ongkos mereka untuk naik taxi dapat disimpan untuk pergi jalan-jalan ke tempat lain. Sudah menjadi rutinitas bagi Cheri dan Devi untuk membawa Kimmy jalan-jalan tiap akhir pekan kalau tidak anak kecil itu akan menangis tanpa henti.

Di Surabaya, banyak tempat bermain air tapi yang dekat dengan tempat tinggal mereka adalah Ciputra waterpark yang berada di kawasan Citraland. Salah satu taman bermain air terbaik dan terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara.
Di dalam mobil, Devi duduk di samping kursi kemudi dan Cheri duduk di kursi bagian tengah sambil memangku Kimmy sebab anak kecil itu tengah tertidur.

Tak ada yang diperbincangkan, Cherisa memutuskan untuk menjadikan kakak kelas mereka yang bernama Dafa itu sebagai bahan pembicaraan.

"Ko, kamu kenal Kak Dafa?" Tanya Cherisa yang langsung membangkitkan semangat Devi.

"Topik bagus Cher." Tutur Devi sambil mengacungkan dua jempolnya pada Cherisa.

Niko berpikir sejenak. Dia tak asing dengan nama itu. Lalu beberapa saat kemudian dia teringat akan sosok yang pernah menjadi ketua tim basketnya.

"Ah..Kak Dafa, kenal aku. Dia dulu jadi ketua tim basket sebelum pertukaran ke Amerika." Jawaban Niko membuat Devi dan Cheri beroria.

"Ada apa memangnya?" Tanya Niko penasaran.

"Ituloh Ko, dia nyari Cheri dikelasku. Dan kayaknya dia nyari di seluruh kelas sepuluh deh. Soalnya pas aku pulang kemarin ada anak kelas sepuluh lain yang bahas tentang dia."

"Cheri? Dia nyari Cheri? Cherisa? Dalam rangka apa? Kamu kenal dia Cher?" Tanya Niko tidak percaya.

"Kalau aku sih no." Jawab Cherisa meniru cara bicara salah satu penyanyi Indonesia, Anang Hermansyah.
Mereka bertiga tertawa cukup besar hingga membuat Kimmy terusik. Cheri buru-buru menenangkan anak itu.

"Ehem. Siap jadi Ibu kayaknya." Goda Devi.

"Ndasmu!" (Kepalamu) Ujar Cherisa tak terima. Bagaimana mungkin Devi dapat berkata demikian disaat dia masih berumur empat belas tahun?.

"Becanda mbak. Tegang banget. Slow."

"Ko, aku penasaran. Kamu nyopet dimana sampai bisa beli lightstick?" Tanya Cherisa.

"Enak saja. Aku anak baik-baik tahu. Itu dinamakan trik pria tampan. Jadi, aku ke Kpop Store terus mbak-mbak yang jualan aku rayu pake ketampananku terus dapat deh lightsticknya."

"Halu!" Tutur Cheri dan Devi kompak.

"Idih. Dibilangin nggak percaya. Yasudah nggak usah percaya." Kata Niko berpura-pura marah.

"Nggak cocok kamu marah-marah gitu Ko."
Mending sayang-sayangan. Ujar Devi lalu terkekeh sendiri dengan khayalannya.

"Yasudah. Aku jujur. Jadi..jadi..jadi.."
Tutur Niko menggantung perkataannya membuat Cheri dan Devi kesal.

"Niko!"

"Aku beli pakai uang Mama."

"Apa?!"

"Ya uang Mama yang selama ini dikasih ke aku, buat jajan. Ada tabungan kok tenang-tenang. Aku lelaki yang sudah mempersiapkan masa depan."

Cheri dan Devi bernafas lega. Mereka pikir lelaki itu mencuri uang Ibunya padahal tidak. Dia memakai uang tabungannya. Mendengar kalimat terakhir Niko membuat Devi tersenyum malu. Dia tak salah menyukai orang.

Bitter But SweetWo Geschichten leben. Entdecke jetzt