🌺[28] Tanda tanya bagi Syafiq

2.5K 237 65
                                    

"Ustaz bisa sabar dikit kan, lagian pernikahan kita juga tidak akan lama lagi," balas Hasna menjawab dengan santai walau sebernya ia merasa gugup dan salah tingkah.

Syafiq terkekeh pelan. "Ya habisnya kamu cemburu gitu mana saya tahan buat gak halalin kamu secepatnya," balas Syafiq dengan canda tawa namun dengan pandangan yang tak mengarah kepada Hasna. Ia masih menjaga pandangannya.

Hasna memaki dirinya sendiri yang tidak bisa bersikap tenang. ia memelas ujung jilbabnya seraya menunduk dan menahan malu. Syukur tak lama itu Ummi dan Aisyah datang membawa teh hangat dan pisang goreng yang tercium sangat semerbak. Perut Hasna tiba-tiba menjadi lapar dibuatnya.

"Hasna, ini dimakan nak," titah Ummi sambil menyodorkan piring.

"Iya Ummi."

"Hasna, Ummi yang nyuruh kamu kesini untuk menanyakan prihal acara pernikahan nanti, Ummi mau booking MUA sama Keep gaun untuk pernikahan sekaligus resepsimu nanti. Hasna mau fitting kapan nak?"

"Fittingnya sendiri ya Um?"

"Mau sama saya tah sekalian?," sela Syafiq sambil meraih cangkir teh hijau kesukaannya yang dibuatkan Ummi khusus untuk Syafiq.

Hasna yang sedang minum tiba-tiba menjadi tersedak. Ah sial gumam Hasna ia salah tingkah lagi. Dengan sigap Aisyah mengusap belakang Hasna.

Merka semua terkekeh pelan, Ummi melirik Hasna dengan tatapan menggoda, Syafiq pun hanya diam tersenyum merasa menang berhasil membuat Hasna salah tingkah kembali.

"Ummi izinin fittingnya sama kamu Fiq sekalian. tapi gak berdua, sama Aisyah. Aisyah temenin mereka berdua ya," ucap Ummi melirik ke arah Aisyah.

"Siap Um," balas Aisyah dengan tawa.

"Kapan mau fittingnya? sekarang?" tanya Syafiq dengan semangat.

"Gak sekarang juga kali Fiq, gak sabaran banget," Canda ummi," Hmm besok hari Ahad kan. Besok aja Fiq. Hasna gak sibuk tah?" tamya Ummi kembali.

"Ah, iya Ummi Insyallah pun," jawab Hasna sambil menunduk.

Hasna menjadi sedikit lega ternyata ia dipanggil ke rumah Buya bukan untuk memajukan acara pernikahan seperti yang Syafiq katakan. Syukurlah gumam Hasna walau ia sedikit merasa kecewa, karena dari hati yang paling dalam Hasna juga ingin cepat-cepat menjadi isterinya Syafiq. Biar semua santriwati pada tahu kalo Hasna lah yang menjadi isteri sosok ustaz idaman mereka. Terdengar seperti Hasna ingin menyombongkan diri—bahwa dialah yang terpilih diantara santriwati penggemar Syafiq. Jujur, Hasna merasa menang akan hal itu.

"Kalo begitu Ummi, Hasna izin pamit yah," tanya Hasna sopan.

"Baik nak..."

Hasna menunduk berpamitan, lirikan matanya mengarah kepada Syafiq yang sedang sibuk memainkan ponselnya. Syafiq hanya acuh, membuat Hasna kesal. "habis dibaperin, dicuekin," batin Hasna menggerutu.

Aisyah pun menggiring Hasna ikut berpamitan karena ada jadwal di kelas berikutnya. Aisyah menyusul jalan Hasna yang cepat, dan mensejajarkannya tepat disamping Hasna.

"Eh Ustazah, kirain mau lama-lama di rumah Buya,"tutur Hasna agak terkejut.

"Iya Na, ada jadwal kelas selanjutnya."

"Oh iya," balas Hasna seadanya.

"Ini titipan Ustaz Syafiq," ucap Aisyah seraya memberikan sebatang coklat silverqueen.

Hasna tersipu malu, diraihnya coklat tersebut yang sudah dihiasi pita berwarna merah.

"Kapan nitip nya? kok gak dikasih waktu Hasna di sana."

"Gatau deh, malu kali," balas Aisyah sambil menggoda.

Hasna salah tingkah kembali. Pria itu selalu tak tertebak dan membuatnya merasa melayang terbang tak karuan. Jantung Hasna juga berdetak lebih cepat lagi. Ah, kalo boleh jujur, Hasna sangat menikmati setiap rasa cinta yang Allah anugerahkan kepadanya saat ini. Lebih lagi ia bersyukur karena merasa jatuh cinta kepada orang yang tepat.

Ya rabb, abadikan lah cinta ini. karena ia lah yang membuat hamba mengenal lebih dekat siapa engkau.

###

"Fiz, sebentar lagi pernikahan ana sama Hasna akan dilaksanakan. Rekomendasikan kitab yang cocok gitu dong buat pasutri, biar entar mutholaah bareng," ucap Syafiq sambil senyum merekah menghayalkan mutholaah kitab bersama Hasna.

"Dih," gumam Hafiz pelan.

"Serius nih," ucap Syafiq lagi.

"Jangan nanya sama yang masih jomblo ya," imbuh Hafiz malas menanggapi.

"Ya kan kali aja tau."

"Ya kan ana gak berani juga baca-baca kitab seperti itu kalo belum waktunya."

"Mutholaah sambil praktekin langsung seru kali yah Fiz," Syafiq memancing Hafiz. Pria itu hanya bercanda karena dilihatnya sahabatnya ini seperti galau dan tidak baik-baik saja.

"Sumpah ana jijik dengarnya Fiq," hardik Hafiz dengan cepat.

Syafiq tertawa renyah. "Antum kenapa sih? ada masalah?" Syafiq mulai memberanikan diri untuk menanyakan Hafiz.

"Emang ketahuan ya wajah ana kek punya masalah?" tanya Hafiz balik.

"Ditanya, malah tanya balik," imbuh Syafiq melas.

"Soal Aisyah Fiq..." Hafiz berani membuka tentang hal yang dirasakannya.

"Kenapa?" tanya Syafiq penasaran.

"Tadi ana berusaha beranikan diri ajak Aisyah ngobrol. Aisyah marah, dia berucap dengan nada tegas kalo ana gak boleh ajak dia berbicara lagi," jelas Hafiz seadanya.

"Yasudah Fiz. Lupakan Aisyah." Syafiq berucap pelan takut sahabatnya tersinggung.

"Mana mungkin Fiq," Hafiz meninggikan suaranya. ia sudah tersulut emosi mendengar perkataan Syafiq.

"Ya bagaimana lagi Fiz? Antum sama Aisyah sudah berakhir sejak lama. Tolonglah, berhenti menyakiti hati antum sendiri!" Syafiq ikut meninggikan suaranya.

Hafiz terkekeh pelan, bukan tawa renyah melainkan tawa yang bernadakan seperti sedang meremehkan Syafiq. Pria itu hanya tak habis fikir bagaimana bisa Syafiq bisa berucap sedemikan rupa, yang membuat Hafiz terluka.

"Coba aja gak ada Hasna yang berwajahkan bak Syabilamu itu. apa kamu bisa melupakan Syabila?" Hafiz berucap dengan geram dengan rasa tak bersalah ia meninggalkan Syafiq yang seketika mematung dibuatnya.

Dada Syafiq ikut memanas, dikepalkannya jari-jarinya. Ia sangat tersinggung mendengar ucapan Hafiz beberapa detik yang lalu. Ia mengehmbuskan nafas dengan gusar, lalu ia tutupi wajah yang sedang memerah itu seraya memperisaikan dirinya dengan istighfar.

Syafiq ikut bertanya-tanya pada dirinya sendiri. perkataan Hafiz berusan terngiang di dalam benaknya.

Benarkah ia mencintai Hasna hanya karena wajahnya berupakan sosok Syabila yang sangat dicintainya dulu.

Ataukah ia memang mencintai Hasna tulus?

Seandainya Hasna tidak memiliki wajah yang sama dengan Syabila, apakah ia akan jatuh cinta.

apakah cintanya kepada Hasna lagi-lagi karena Syabila?

Bersambung

holla gayss enjoy yaa sama ceritanya💗🙌🏻
semoga suka🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️❣️

Segenggam Harapan Cinta (Pesantren) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang