[27]Hasna Kesal

2.9K 106 40
                                    

Hasna berias dengan suka ria, mengusap bedak ke wajahnya dengan senyuman.
rasa-rasanya ia sangat bahagia sekali dengan moment tadi malam. Sesekali jantungnya terasa berdebar tatkala mengingat Syafiq.

"Ya Rabb, kali ini jatuh cintanya gapapa selamanya," gumam Hasna dalam hati.

Hasna merasa sangat beruntung dengan hadirnya Syafiq di dalam hidupnya. Pria yang nyaris dalam kata sempurna, berhasil menguasai hati Hasna. Sesekali Hasna terkadang merasa insecure karena merasa tak sepadan dengan Syafiq. Padahal, tanpa Hasna sadari dari segi fisik Hasna adalah sosok yang sempurna. Akhlak pun demikian. Hari demi hari Hasna mulai memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi.

"Na, ayo sekarang aja ke kelasnya," tukas Nindy mengajak Hasna.

Keduanya pun berjalan menuju kelas. Jam sudah menunjukkan kegiatan belajar akan dimulai beberapa saat lagi. Sepanjang jalan yang Hasna dan Nindy lewati tak jarang orang pangling atas kecantikan Hasna. Hasna yang sekarang sudah lebih friendly dan mudah tersenyum kepada siapapun, memancarkan aura yang indah sekali. Tak heran banyak adik kelas yang mengidolakan Hasna akhir-akhir ini.

"Ana dengar sih, hari ini Ustaz Abdullah gak hadir. Beliau ada safar keluar kota," ujar Bahiyyah salah satu teman sekelas Hasna yang entah dapat kabar darimana.

"Yes. Serius?? Jamkos dong gayss," ucap yang lain dengan gembira.

"Na, jamkoss. ngantinn kuy," ajak Nindy dengan tawa gembira.

"Ga tentu kali. bisa aja digantiin sama Ustaz/Usatazah yang lain," jawab Hasna.

"Ya kemungkinan 90% sih jamkos yaa," balas Nindy lagi.

Sudah setengah jam berlalu sejak bel berbunyi, namun tidak ada tanda-tanda Ustaz Abdullah memasuki ruangan kelas. Sepertinya benar apa yang dikatakan Bahiyyah tadi, jika Ustaz Abdullah berhalangan hadir. Kelas 3 aliyah pun menjadi ribut— ada yang tidur, ada yang membaca novel, ada yang sedang asyik bercerita dan sebagainya. Namun tidak lama kemudian, tiba-tiba pintu kelas terbuka.

"Assalamualaikum," ucap pria itu.

sontak membuat satu kelas menjadi heboh atas kehadiran pria itu.

"Ustaz Syafiq, ngajarin kita??" ucap Nindy pelan tak percaya.

Hasna hanya bingung heran tatkala pria itu masuk lalu duduk di kursi guru—seperti ingin memberikan materi kepada kelas 3ulya saat ini. Hasna menjadi gugup berdebar, namun ia tetap berusaha tenang. Syafiq masih belum bersuara. kelas seketika menjadi hening.

Dengan perasaan yang sama seperti Hasna. Syafiq gugup dan seketika pula menjadi linglung. Ia tak biasa menghadapi perempuan seperti ini. Jika saja bukan karena Abi yang menyuruhnya untuk menggantikan Ustaz Abdullah, Syafiq sudah pasti tidak akan mau. Sudah hampir 5 menit waktu berlalu Syafiq masih diam membisu dengan menundukkan kepala. Sejak diambang pintu ia melihat Hasna, hatinya pun makin tak karuan. Gugup berdebar luar biasa. Namun Syafiq pun tak membohongi jika ia pun meras bahagia bisa melihat Hasna lagi di pagi hari ini.

"Afwan sebelumnya, saya hari ini diamanahi Abi untuk menggantikan Ustaz Abdullah," ucap Syafiq memulai pembicaraan.

Semua santriwati pun menjadi bersemangat.
Tak diragukan lagi, sosok Syafiq yang sudah terkenal dengan kecerdasannya tatkala memberikan materi akan membuat mereka terkagum dalam mendengarkannya.
Dengan keilmuan serta wawasan Syafiq yang sangat luas, ia sangat begitu pandai menjabarkan tiap bacaan kitab yang ia baca.
Syafiq dengan wibawanya memberikan materi dengan pembawaan yang santai.
Mereka semua memasang wajah yang berbinar. Tak banyak pula sedari awal penglihatannya tak lepas dari memandang Syafiq—membuat Hasna agak sedikit risih.

Segenggam Harapan Cinta (Pesantren) Where stories live. Discover now