Chapter 7

165 17 0
                                    

Hinata memperhatikan langit biru melalui tempat duduknya di kelasnya. Terkadang iris keperakannya terpejam.

Hari ini belum terlalu siang, tapi tubuhnya sudah terasa sangat lemas. Kejadian semalam menguras tenaganya bahkan hingga air matanya.

Apalagi ketika Hinata menemukan kekasihnya tengah menikmati acara dengan sahabatnya dan mengabaikan janjinya untuk kencan bersamanya. Hinata kembali menyamankan posisi duduknya. Senyuman yang semula akan terlihat sumringah itu, kini tampak memendam berbagai emosi di dalamnya.

'Apakah hanya game yang diprioritaskan oleh kekasihnya?'



Hinata menghembuskan nafasnya panjang seraya menyandarkan kepalanya pada kaca jendela kelasnya. Ia lelah, ia kecewa, ia muak. Ia berharap sinar matahari yang menembus jendela ruangan kelasnya dapat melunturkan emosinya untuk sejenak.

"Kalau kau sedang lelah, lebih baik pulang saja, Hinata." Hinata langsung mendongakkan wajahnya ketika mendengar suara seorang pria mengusik indera pendengarnya.

''Naruto-kun?" Pria bersurai kuning itu kemudian melangkah masuk ke ruangan kelas kekasihnya yang masih sepi.

"Kau menungguku kemarin? Maaf, aku tak bisa memberitahukanmu karena aku ada urusan."

"Tak apa. Tak penting juga..." Gumam Hinata seraya menggelengkan kepalanya pelan. Ia rasa sekarang malas untuk berdebat dengan kekasihnya itu. Tubuhnya sangat lemas sekali.

"Kau marah padaku?"

"Tidak...'' Hinata memperhatikan lebih dalam lagi wajah Naruto yang tengah berdiri depan mejanya.

''Aku tau semalam kau ada urusan apa Naruto-kun..."

Naruto menatap Hinata seakan ingin bertanya. "Kau ke warnet bukan ke kedai ramen yang kau janjikan padaku.'' Sambung Hinata.

"Maafkan aku, Hinata. Aku melupakan janjiku padamu untuk berkencan."

"Lupakan saja. Aku tau, game itu sangat berarti untukmu. Aku sedang tak ingin berdebat denganmu. Dan sekarang kau pergilah, aku ingin sendiri dulu.''

''Tapi Hinata, aku-"

''Kau yang akan pergi atau aku?'' Ujar Hinata dengan nada dingin memotong ucapan Naruto. Naruto menghela nafasnya.

''Baiklah. Aku yang akan pergi.'' Jawab Naruto yang lantas berjalan pergi meninggalkan Hinata. Setitik liquid bening menetes menatap punggung kekasihnya yang mulai menghilang dari balik pintu.

'Beginikah rasanya pacaran? Apakah selalu makan hati seperti ini?' Batin lirih Hinata.



Kegiatan perkuliahan sudah selesai. Banyak mahasiswa yang sudah mengantri keluar dari ruang kelas. Namun tak dengan Hinata dan Ino yang masih duduk dibangkunya.

Suasana hening menjalari mereka berdua. Pemandangan wajah Hinata membuat Ino mengernyitkan dahi, merasakan jika sahabat indigonya ini menjadi pendiam sekarang.

"Kau kelihatan sedikit pucat hari ini Hinata. Kau sakit?"

Perkataan Ino membuat Hinata mengalihkan atensinya sejenak. "Tak apa Ino. Aku hanya lelah saja karena semalam."

Hinata tersenyum simpul pada sahabat yang mencemaskan dirinya.

"Bagaimana kencanmu semalam? Sukseskah?'' Hinata tersenyum kecut mendapat pertanyaan itu dari Ino.

'Sukses? Apanya? Justru menghancurkan hatinya sekarang.' Pikir Hinata.

"A-aa kencan semalam ya? Sukses,Ino" Jawab Hinata tersenyum tipis. Ia tak mau jika Ino tau jika kencannya semalam tak sukses, justru melemparkan Hinata ke jurang tangisan hingga semalaman karenanya.

Jomblo Atau Pacaran?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora