Chapter 8

147 17 0
                                    

Hinata dan Ino melangkahkan kaki menuju parkiran. Ketika baru saja sampai di parkiran, Hinata sedikit terkejut dengan keberadaan seseorang yang sudah ada di sana dengan menyandarkan tubuhnya pada badan motor matic Ino.

''Naruto-kun?" Naruto pun menoleh melihat kedatangan kekasihnya dan juga sahabat pirangnya itu.

"Aku sudah menunggumu, Hinata."

"Menungguku?" Tanya Hinata seraya berjalan mendekat.

''Hahhh... Dijemput kekasihnya lagi? Yang pacaran memang. ''Batin Ino meringis.

"Aku akan menumpang pada Ino. Gomen, seharusnya kau tidak perlu menungguku di sini, Naruto-kun. Lebih baik langsung pulang saja." Lanjut Hinata dengan menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

Ia mendengus sebal. Pria itu mampu menjungkirbalikkan perasaannya dalam sekejap.

"Aku akan−"

"Aku akan mengantarmu pulang, Hinata.'' Potong Naruto cepat.

Perempatan siku muncul didahi Hinata mendengar perintah kekasihnya itu. Seperti biasa, Naruto memang pemaksa.

"Aku akan mengantarkanmu pulang. Aku tak mau ada penolakan apapun.'' Hinata tercengang dengan perkataan kekasihnya itu.

''Sudahlah Hinata, kau pulang bersama kekasihmu saja.'' Ujar Ino memberi saran.

''Tapi Ino-''

''Ayo Hinata pulang.'' Naruto meraih tangan Hinata untuk berjalan menuju motor sportnya yang berada jauh dari motor matic Ino berada.

''Begitulah jika punya pacar, harus nurut. Huhhh.''Dengus Ino sebal.


"Kenapa kita berhenti disini?" Hinata mencoba bertanya kepada Naruto yang malah membawanya ke sebuah kedai ramen bukan ke rumahnya.

"Aku lapar, tak apa kan temani aku makan sebentar. Lagipula anggap saja sebagai ganti untuk gagalnya kencan kita semalam. Ayo turun." Hinata mencoba menghela nafas.

Naruto dan Hinata berjalan memasuki kedai, lalu mencari dan duduk di tempat yang kosong. Hinata mendengus sebal semenjak masuk. Pasalnya ini mengingat kejadian semalam. Apalagi kedai ini kedai yang diwarnet. Entah kenapa dua nama tempat itu membuat Hinata semakin malas. Naruto memanggil salah satu pelayan kedai ini.

"Mau pesan apa tuan?"

"Ramen jumbo seperti biasa, dan satu ramen kecil untuk kekasihku ini."

"Aku sudah makan. Aku tak mau." Dengus Hinata menolak.

''Jangan menolak. Kan aku tadi berkata aku tak mau penolakan apapun. Sudah itu pesananku." Seru Naruto.

Hinata membuang mukanya. Ia enggan sekali menatap kekasihnya ini yang selalu seenaknya sendiri, pemaksa dan entah kenapa selalu ada cara untuk membujuknya.

"Baik. Silakan menunggu sebentar." Ucap pelayan itu dan kemudian berlalu meninggalkan meja yang ditempati mereka berdua.

Hinata hanya memutar matanya jengah. Naruto kembali menatap Hinata. Ia memandangi wajah Hinata yang imut jika sedang marah padanya. Hinata merasa jengah sekarang.

''Sekarang katakan, apa kesalahanku sampai kau masih marah padaku begini?"

Hinata terkaget mendengar pertanyaan Naruto yang menurutnya menyebalkan itu.

''Banyak. Aku malas membahasnya lagipula.''Ketus Hinata.

"Kalau banyak, coba jelaskan padaku.'' Naruto bertanya sedikit menuntut.

"Kau mengabaikan janjimu semalam dan tadi kau berduaan dengan seorang gadis. Itu kesalahanmu. Kau puas sekarang?" Hinata benar-benar merasa emosi sekarang.

Jomblo Atau Pacaran?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang