Chapter 3

280 25 0
                                    

"Hinata...!" Pekik seseorang yang berlari kearah Hinata yang akan berjalan menuju kelasnya. Hinata yang dipanggilpun menoleh bosan ke belakang ke arah orang yang memanggilnya tadi, kekasihnya. Orang yang tak ingin ditemuinya.

Naruto menghampiri kekasihnya itu yang wajahnya sangat cuek. "Hinata, maafkan aku ya?" Ujar Naruto saat melihat wajah suntuk nan kesal dari kekasihnya itu.

''Lupakan saja.'' Naruto kemudian melanjutkan perjalanan menuju kelas, diikuti Naruto di sampingnya.

"Kau sangat marah padaku ya?" Tanya Naruto kemudian.

Hinata mendengus kesal. "…" Hinata tak merespon.

"Maafkan aku Hinata. Aku menyesal." Ujar Naruto sekali lagi, mencoba membujuk kekasihnya.

"…"

"Sayang?" Panggil Naruto lagi karena sedari tadi Hinata hanya mengacuhkannya. Padahal ia berniat untuk meminta maaf pada kekasihnya itu.

"Hina-"

Hinata menghentikan langkahnya sejenak, kemudian menatap iris shappire sebiru laut Naruto yang tersenyum tipis saat melihat kekasih yang sedang marah itu menatapnya.

"Jangan pedulikan aku. Berbincanglah sana dengan game kesayanganmu itu.'' Ucap Hinata dengan nada dingin kemudian berlalu pergi meninggalkan Naruto yang masih kalut dalam pikirannya bagaimana membujuk kekasihnya itu.

"Hinata..." Teriak Naruto menggema di sepanjang koridor kampus, namun kekasihnya itu tak menghiraukannya.



Hinata tak fokus mendengarkan ucapan Dosen mengenai materi pembelajaran tentang manajemen keuangan. Ia mulai bosan sembari menatap langit cerah dari balik jendela ditempat duduknya Pikirannya selalu melayang-layang tidak jelas mengingat hubungannya dengan Naruto yang baru seumur jagung juga belum sudah kurang baik saja.

''Hinata, apa kau baik-baik saja?" Tegur Ino dengan menyenggol lengan Hinata pelan. Hinata menoleh.

"Apanya yang baik-baik saja, Ino. Kau tau kemarin aku diacuhkan Naruto-kun oleh game sialannya itu. Aku pulang sendiri, kau tau. Hahhhh...'' Jawab Hinata dengan pelan nyaris berbisik karena tak ingin Dosen didepan sana mendengar percakapan mereka.

''Hahhhh... Kan aku sudah bilang padamu. Kau saja yang keras kepala. Sekarang tau kan bagaimana pria gamers bersikap pada kekasihnya saat didepannya ada game kesayangannya itu.''

Hinata mendengus kasar. Ia meletakkan kepalanya di mejanya. Iris keperakannya menatap langit dari jendela di sisinya. Ia tak mau membahas masalah itu lebih detail. Entah, sekarang ia sangat galau. Malah galau sekali.



Naruto melirik jam tangannya yang melingkar di tangan kanannya. Jam 10 AM. Artinya sudah 15 menit ia menunggu Hinata didepan kelasnya.

Tak berapa lama, Dosen dikelas itupun keluar dengan menjinjing buku dan laptopnya diikuti mahasiswa lainnya dari belakang.

''Hinata.'' Panggil Naruto kala kekasihnya keluar dengan sahabatnya itu, Ino. Namun, Hinata hanya menoleh sekejap dan kemudian pergi entah kemana meninggalkan Naruto dan Ino.

Ketika Ino akan menyusulnya, Naruto menarik lengan kiri Ino. Ino menoleh.

''Ino, katakan padaku bagaimana caranya agar Hinata bisa tak marah lagi padaku?'' Ino mengernyitkan dahinya.

''Hahhh... Dia tipe moody Naruto. Mungkin kau bisa membelikannya bunga atau coklat padanya. Kau coba saja ya. Aku akan menyusulnya. Mungkin dia kekantin.'' Setelah memberi sedikit saran yang entah akan berguna atau tidak, Ino lantas menyusul Hinata yang bahkan sudah menghilang dari pandangannya.

Naruto menyandarkan dirinya didinding kelas Hinata tadi. Ia berfikir sejenak. Bunga? Coklat? Bagaimana mendapatkannya dengan cepat? Batin Naruto.

Ketika ia sangat frustasi, atensinya tak sengaja melihat ada seorang pria culun sedang menenteng bunga mawar yang dibungkus plastik indah.

''Pasti Mei akan suka.'' Ujar Pria culun itu bergumam sendiri. Seketika Naruto menyeringai. Ia lantas berjalan menyusul pria culun itu yang sudah berlalu dihadapannya.

Sraakkkkkk...

Naruto lantas mengambil bunga yang ditenteng pria culun itu dan lantas berlari.

''Heyyy, bungaku...'' Teriak pria culun itu melambaikan tangannya pada Naruto.

''Aku pinjam dulu ya, nanti aku ganti dengan tamannya.'' Jawab Naruto yang juga berteriak menoleh kebelakang.

Dapat didengar helaan nafas berat dari pria culun itu. Naruto sudah berlari menjauh.



"Kau tega sekali Hinata mengacuhkan kekasihmu itu. Hahaha." Tanya Ino dengan mengaduk jusnya strawberry dihadapannya.

''Ia juga bisa tega padaku kemarin. Apa aku tak bisa juga?" Jawab Hinata dengan memanyunkan bibirnya.

"Punya pacar itu tak enak ya ternyata? Bentar-bentar romantis, bentar-bentar galau. Mending jomblo, bisa have fun.'' Ujar Ino yang justru membuat Hinata menggembungkan pipinya kesal. Pasalnya sahabat pirangnya itu tengah menyindir dirinya yang galau sekarang.

''Maafkan aku ya sayang. Aku menyesal. Aku tak akan mengulanginya lagi.'' Ujar Naruto tiba-tiba yang dari arah belakang dengan menyodorkan bunga mawar yang dibungkus plastik nan cantik di hadapan wajah Hinata. Hinata terkesiap. Begitupun Ino.

''Aku tak mau...'' Jawab ketus Hinata dengan menyingkirkan bunga mawar itu dari hadapannya.

Naruto duduk bersimpuh dihadapan Hinata yang menghadap menyamping berhadapan dengan Naruto.

''Kau tak mau bunga? Lalu kau ingin apa? Apa kau ingin aku nyanyikan sebuah lagu?"

''...''Hinata tak merespon.

''Umm... Baiklah aku akan bernyanyi saja.'' Ujar Naruto kemudian ia berdehem pelan dan...



''Meski kau bukan yang pertama dihatiku tapi cintamu terbaik... Untukku... Meski kubukan bintang dilangit... Tapi cintaku yang terbaik...''



Naruto menghayati nyanyiannya. Sementara Ino malah menutup telinganya rapat-rapat. Berbeda dengan Hinata yang justru malah tertawa mendengarnya.

''Astaga Naruto hentikan nyanyianmu. Suara kau fals sekali.'' Tegur Ino dengan nada kesal.

''Sial kau. Aku nyanyi bukan untuk kau. Tapi untuk kekasihku.'' Naruto mengerucutankan bibirnya tak terima ocehan Ino tentang suaranya.
Hinata masih tertawa pelan. Sampai-sampai ia memegang perutnya. Naruto mengernyit.

''Hinata kau menertawakan aku juga?" Tanya Naruto dengan memegang kedua tangan Hinata.

''Suaramu lucu sekali Naruto-kun.'' Jawab Hinata.

''Suaraku bagus?" Tanya Naruto lagi.
''Suaramu Fals Naruto-kun... Pffftttt...'' Hinata mulai tertawa lagi. l

''Hehhh kau jahat sekali sayang. Tapi kau tak marah lagi padaku kan?"

''Aku tak marah lagi. Aku terhibur Naruto-kun.'' Jawab Hinata tersenyum.

''Jadi aku boleh menyanyi lagi kan agar kau bisa tertawa lagi?"

''Takk... Takk boleh. Suaramu fals Naruto. Kau bisa meruntuhkan atap kantin ini. Kau diam saja itu bisa menyelamatkan kantin ini dari keruntuhan.'' Sambung Ino menyela membuat Naruto memanyunkan bibirnya.

Hinata hanya bisa tertawa. Ini sungguh konyol. Pikirnya.





Bersambung...

Jomblo Atau Pacaran?Where stories live. Discover now