Stella berjalan beberapa meter kemudian masuk ke sekolah, halaman depan ramai dengan stand makanan dan minuman.

Banyak remaja seumuran Stella dan orang dewasa lainnya yang datang kesini.

Stella masuk ke dalam sekolah dan berhenti di tepi lapangan, memang belum banyak orang yang datang tapi sudah cukup ramai orang yang bersliweran.

"Stella," Stella menoleh, ada Darrell yang tersenyum padanya.

"Hai kak,"

Senyum Darrell melebar, "Lo sendirian?" tanya Darrell berjalan maju membuat Stella mengikutinya.

"Iya, temen aku gak mau ikut tadi, padahal dia yang nganterin aku," jawab Stella.

"Yo, Rell," seseorang menyapa Darrell, membuat Darrell menyalami dan menyapa balik versi mereka.

"Sendirian?" tanya orang itu.

"Engga, ini sama, Stella," kata Darrel agak sedikit minggir memperlihatkan Stella yang tadinya dibalik punggung Darrell.

"Baru Rell?" tanya orang itu menyodorkan tangannya ke Stella.

"Maksudnya?" tanya Stella bingung. Kemudian Darrell tertawa, "Aduh bukan, Stella ini tadi sendirian, jadi gue yang nemenin," jawab Darrell.

Stella menyalami orang itu yang menyebut dirinya, "Devin," lalu Stella juga memperkenalkan diri pada si Devin.

"Eh, rada maju yuk, ntar gak kelihatan Guess Star-nya," kata Darrell sambil mengajak mereka jalan ke depan.

"Emang siapa kak?" tanya Stella.

"Ada banyak kok, terutama dari sekolah ini,ini salah satunya." jawab Darrell sambil menepuk lengan Devin beberapa kali.

"Gue ke back stage dulu ya?" Setelah mendapat jawaban 'Ya' dari Darrell, Devin meninggalkan Darrell berdua dengan Stella.

"Dimana kak Darren?" tanya Stella mengeluarkan kamera dari tas-nya.

"Hm? Oh, dia lagi dokumentasi, dimana ya?" Kata Darrell sambil berputar lalu mendapati seorang Darren yang memotret beberapa orang yang mengobrol santai.

"Darren!" Panggil Darrell.

Kembarannya pun datang membawa kamera di tangannya yang slempangnya di kalungkan di leher.

"Hai Stell," Stella tersenyum manis.

"Jangan gerak," kata Darren tiba-tiba, Stella pun mengikuti perkataannya.

"Kenapa? Ada burung di kepalaku?" tanya Stella panik.

"Enggak, udah diem aja, don't bite your lower lip, you make me want to do that," kata Darren ketika Stella mengigit bibir bagian bawahnya karena degupan dadanya meningkat, sekarang, wajahnya memanas dan pasti sudah memerah.

"Nice," kata Darren setelah melihat hasil jepretannya.

"What is that for?" tanya Darrel memukul dada Darren, Darren hanya tertawa.

"Bagaimana denganku, apa boleh bergerak sekarang?" tanya Stella yang di angguki Darren.

"Kak, lihat panggungnya," kata Stella menunjuk ke atas, ketika dua bocah kembar itu mendongak ke arah panggung, Stella mundur dan mengabadikan wajah mereka.

PIECES ✔Where stories live. Discover now