Kris mengerjab saat dirinya kini sudah berada di depan sebuah gereja.

Dia memandang gereja itu dengan perasaan aneh.

Dia merasa dejavu.

Dua kali? Apa ini alasan appa menjodohkanku dengannya sebagai balas budi?
Batin Kris bertanya-tanya.

Akhirnya Kris melangkahkan kakinya memasuki gereja dengan pelan. Seiring langkahnya, membuat ingatan masa kecilnya mulai terlintas

"Hiks.. appa.. Hiks... appa...."
Kris menjerit dan terisak memanggil ayahnya saat beberapa perawat memasukkannya ke ruang UGD.

"Kau tidak apa kan putriku? Astaga! Tanganmu berdarah nak? Kau juga harus diobati"
Ujar ibunya khawatir sambil menggandeng Sehun yang masih berusia 3 tahun.

"Hiks.. huwaaaaa... hikss... tidak.. appa.. appa .. aku mau disini saja... hiks.. hiks.. appa..."
Kris terus menangis dan menolak saat salah satu perawat ingin mengobati lukanya.

Kris dan ayahnya baru saja mengalami kecelakaan mobil, namun keadaan ayahnya lebih parah dari Kris. Sedangkan dirinya hanya luka kecil di lengannya dan beberapa memar di keningnya.

Namun tidak dengan psikis Kris. Kris terus menjerit dan menangis, dan wajahnya begitu pucat. Bahkan ibu Kris sulit memenangkannya.

Tiba-tiba datang seorang namja tinggi. Dia adalah rekan kerja ayah Kris.

Dia membantu menenangkan Kris.

Saat seorang dokter meminta donor darah, ibu Kris mengatakan jika Kris dan Sehun memiliki golongan darah yang sama dengan ayahnya. Namun sayangnya Sehun tidak bisa mendonorkan darahnya karena masih terlalu kecil, dan Kris lah yang harus mendonorkan darahnya.

Namun sang dokter melarangnya karena Krispun dalam keadaan yang tidak stabil dan juga terluka fisik maupun mengalami trauma.

Akhirnya sang namja tinggi dan tampan itulah yang bersedia mendonorkan darahnya.

Beberapa jam kemudian, ayah Kris sudah melewati masa kritisnya. Kris juga sudah mendapat perawatan.

Dengan langkah tergesa, Kris memasuki gereja rumah sakit dan menghampiri namja penolongnya.

"Ahjussi!"

Namja penolong itu membuka matanya dan menoleh pada Kris yang sudah duduk di sebelahnya.
"Hm?"
Gumam namja penolong itu.

"Telimakasih kalena ahjussi telah menolong appa"

Namja penolong itu tersenyum.
"Tidak apa-apa. Aku sudah menganggap appamu seperti kakakku sendiri. Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?"
Namja penolong itu mengerutkan dahinya saat Kris tidak berhenti menatapnya bahkan sampai tidak berkedip.

Kris tersentak.
"Ha? Tidak"
Ujarnya menggeleng.
Kris menunduk dan tersenyum malu menyembunyikan rona merah di wajahnya.

Namja penolong itupun terpesona akan gadis kecil di sampingnya ini.

"Ahjussi tampan sekali. Ahjussi juga sangat baik. Bagaimana jika ahjussi menikah denganku, sepelti appaku menikah dengan eommaku. Tapi ahjussi halus menunggu sampai aku besal"
Celetuk Kris tiba-tiba.

All About Kris Wu/ Wu Yifan (Kris bottom)Where stories live. Discover now