Sebenarnya, Jisoo hendak menolak. Tapi karena melihat sosok teman baru Samuel yang menatapnya memelas, ia mengangguk pelan. Lalu dalam sekejap, Samuel berteriak girang dan menyeret teman barunya itu ke luar ruang guru. Meninggalkan ibunya yang kembali meringis melihat tingkahnya.

"Disana perpustakaan." Kata Guanlin, sembari menunjuk sebuah bangunan di pinggir lapangan. Guanlin itu teman baru Samuel yang baru dua menit lalu menatap penuh harap pada Jisoo demi mengizinkan ia dan Samuel pergi untuk mengelilingi sekolah.

Ia ingat jika tadi dirinya terus menggerutu sambil membawa tumpukan buku ke ruang guru. Salahkan Sungwoon, ketua OSIS Hanlim yang bolos demi mendapatkan roti kacang yang selalu habis di menit pertama jam istirahat. Semangat untuk Guanlin yang harus menerima tiap suruhan karena status rookie.

"Bagaimana dengan ruang dance?" Tanya Samuel. Hanya basa-basi, karena matanya yang tak henti-hentinya menatap sosok pemuda kurus di tengah lapangan yang menjadi pemandu sorak untuk klub rugby.

"Ahh- kami biasa membagi ruangan dengan paduan suara. Di belakang kafetaria." Jelas Guanlin, namun matanya melirik penasaran pada Samuel. "Kau memperhatikan Daehwi?"

Ditanya begitu, Samuel malah terkekeh geli. Ia mengusapkan kelima jarinya pada sudut matanya yang mengeluarkan air mata. "Apa? Maksudmu, aku? Jangan bercanda!"

Guanlin bungkam. Ia hanya menarik kecil sudut bibir kirinya sembari mengalihkan pandangannya pada salah satu seniornya yang berdiri malu-malu di samping Daehwi. "Ku harap begitu. Dia sudah ada pemiliknya."

Ahh—

Tidak tahu apa sebabnya, tapi tawa Samuel berubah menjadi canggung secara signifikan. "Wuah— ternyata ada juga yang mau dengannya."

Hening. Bahkan Guanlin merasa enggan untuk membalas tanggapan teman barunya itu.

"Yoon-ssaem!"

Pekikan Daehwi memang besar, tapi Samuel juga tidak menyangka jika suara nyaring pemuda kurus itu akan sampai hingga telinganya. "Nugu?" Tanya Samuel sambil mengusap-usap telinga malangnya. Matanya melirik Guanlin yang tiba-tiba membeku dengan senyum yang terkembang lebar.

"Guan?"

Guanlin mengedipkan matanya beberapa kali sebelum mengalihkan atensinya pada Samuel. "Oh? Mwo?"

"Nu-ga-?" Tanya Samuel lagi penuh penekanan.

"Euhh- itu. Yoon-ssaem. Dokter ruang kesehatan Hanlim. Semua orang begitu menyukainya."

"Wae?"

"Dia cantik, dan- hangat."

—dan Samuel juga dapat melihat tatapan penuh kekaguman di onyx pemuda pucat itu.

"Tuan, ibu anda sudah menunggu."

Samuel memutar tubuhnya, dan mendapati ibunya yang tersenyum lembut padanya. Ck. Jika saja Jisoo tidak mengangkatnya sebagai anak, mungkin Samuel dapat dengan mudah jatuh cinta pada pemuda manis itu. Tidak peduli umur mereka yang terpaut cukup jauh. "Eoh? Eomma?"

Jisoo tak bergeming. Tapi matanya menyiratkan kesedihan yang begitu dalam. Pemuda manis itu boleh saja menatap Samuel, tapi tatapannya pada sang anak seolah hanya sebagai peralihan.

"Eomma, ada apa?"

Agaknya Jisoo sedikit tersentak. Lalu ia melebarkan senyum di bibir kucingnya.

"Dokter kesehatanmu— sangat cantik."

.

Rumah sakit tampak penuh sesak dengan pasien pengidap flu. Vernon si dokter koas sampai-sampai kewalahan membantu Wonwoo. Pemuda blasteran dan pemuda rubah itu berlarian dari bangsal satu ke bangsal lainnya saking banyaknya pasien yang datang.

RECORDS -Cheolsoo-Where stories live. Discover now