18

1K 141 48
                                    

"Disini kamar mu." Kata Seungcheol menerjemahkan bahasa isyarat Jisoo yang belum dimengerti dengan baik oleh Samuel. Pemuda berdarah campuran itu tersenyum senang sembari berjalan masuk dengan ekspresi penuh kekaguman. Ia melepas headphone dari lehernya lalu membuka jendela lebar berkusen hitam itu.

"Kau suka?" Tanya Seungcheol. Tangannya merangkul pinggang Jisoo yang menahan semburat merah di pipinya.

Samuel membalikkan tubuhnya lalu mengangguk semangat. "Suka. Sangat suka! Kamarnya sangat besar, ku rasa aku bisa memakainya untuk latihan dance."

Jisoo dan Seungcheol berjengit kaget. Kamarnya ingin dijadikan tempat latihan menari?

No, no. Jisoo menggeleng pelan. Ia yakin melihat raut kecewa dari wajah tampan sang anak yang baru diadopsinya itu. Di sampingnya, Seungcheol terkekeh. "Tidak, tidak. Kau punya ruang berlatihmu sendiri di lantai satu. Ibumu tidak ingin lantai 2 rubuh karena hentakan kakimu."

Manik bening Samuel berbinar haru. Ia langsung berlari demi memeluk sang ibu barunya. Tak menghiraukan Seungcheol yang mencebik cemburu.

Yahh— dia memang belum terbiasa untuk menganggap Samuel anaknya, dan ketika anak itu memeluk Jisoo— Aish.

"Omong-omong, aku harus memanggil kalian apa?" Tanya Samuel sembari melepaskan pelukannya dari Jisoo, sedangkan ibunya itu masih enggan untuk melepaskan Samuel dari rengkuhannya sehingga kedua tangannya masih tersampir di bahu lebar sang anak.

Seungcheol tampak berpikir. Dia dan Yoojung memanggil kedua orang tua mereka dengan sebutan ibu dan ayah, klise untuk keluarga sederhana seperti mereka. Sedangkan—

Seungcheol melirik Jisoo ragu-ragu.

"Mami-papi?"

Duh. Jika saja Jisoo tidak bisu, mungkin ia sudah memaki Seungcheol. Astaga, yang benar saja!

Samuel juga tampak tak setujunya seperti Jisoo. Alisnya merengut dan bibirnya terbuka seolah ingin mengeluarkan protesan-protesan jika saja tidak mengingat Seungcheol adalah ayahnya sekarang. "Apa— tak ada yang lain?" Tanyanya pelan.

Agaknya Seungcheol kecewa. Dia sudah lama ingin mempunyai seorang anak yang memanggilnya papi.

"Bagaimana dengan Daddy?"

Kali ini Jisoo yang menatap tak percaya pada anaknya. Hey, yang istrinya Seungcheol itu dia, bukan Samuel!

Dengan tegas, Jisoo menggeleng kuat-kuat. Ia melepaskan kedua tangannya dari bahu Samuel dan berbicara menggunakan bahasa isyaratnya. "Kamu berasal dari LA kan? Panggil kami dengan panggilan orang tua disana."

Samuel mengangguk ragu. "Tapi aku tidak belajar banyak."

Jisoo tertegun. Ia baru ingat jika Samuel hanya menghabiskan 5 tahun di tanah kelahirannya, lalu sisanya berada di Korea Selatan.

"Mom dan Dad, ku pikir bagus." Seungcheol menginterupsi kala menyadari raut bersalah dari sang istri.

Samuel dan Jisoo tersenyum senang, tampaknya mereka juga setuju dengan saran Seungcheol yang satu ini.

"Mom dan Dad."

.

"Apa sajang-nim berselingkuh dengan anak sma?"

Mingyu mengerutkan keningnya sebal. Ditutupnya koran yang menutupi seluruh tubuh bagaian atasnya itu dan beralih menatap sesosok dokter lelaki yang asyik menyeruput mango squash nya. "Maksudmu?"

Yang ditanya malah mencibir. "Kau tahu? Remaja laki-laki yang sering mengantar bekal untuk sajang-nim saat jam makan siang."

Ahh— Mingyu baru mengerti. Dengan kesal, ia menjentikkan jarinya kuat-kuat pada kening Wonwoo. Tidak peduli makian-makian setelahnya yang dikeluarkan dokter aneh di hadapannya itu. "Remaja yang kau maksud itu Samuel Choi. Anak Choi sajang dengan tuan muda Hong Jisoo, yang artinya, Samuel adalah tuan mudaku juga."

RECORDS -Cheolsoo-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang