"Halo?"

"....."

"Nanti aja bun aku masih diluar"

"....."

"Iya iya aku kesitu"

Tiiittt

Sambungan terputus. Jinyoung menghela nafas kesal. Jihoon yang heran pun akhirnya bertanya.

"Ada apa?"

"Bunda nyuruh kita ke klinik"

"Ngapain?"

"Ya nemuin dia lah!" Jihoon cemberut, kesel dia tuh dibentak sama Jinyoung.

"Maksud gue ngapain bunda lo nyuruh kita nemuin dia di klinik?"

"Dia ada di klinik gue sekarang, dia cuma nyuruh kita nemuin dia, ga tau ada urusan apa" ujar Jinyoung kemudian langsung menancapkan gas mobilnya, berangkat menemui sang bunda.

Jihoon tercengang.
"Jadi dia dokter?" batinnya.

"Banyak yang ga gue tau tentang diri lo dan gue juga ga mau tau itu!" ujar Jihoon.

Jinyoung tersenyum manis membuat Jihoon terpana menatapnya.

"Banyak dari diri lo juga yang gue belum tau, dan gue penasaran sama hal itu"

****

Sesampainya di klinik, mereka mulai memainkan sandiwaranya. Keduanya masuk dengan berpegangan tangan, sambil sesekali keduanya saling bertatapan dan melempar senyuman.

Sweet banget.

Itulah yang dipikirkan orang-orang yang sedang memperhatikan tingkah keduanya.

Mereka pun tiba di ruang kerja Jinyoung. Disana sudah ada Luhan yang sedang duduk di sofa disebelah meja kerja Jinyoung. Luhan tersenyum melihat keduanya yang nampak mesra, kemudian menyuruh mereka untuk duduk bersama.

"Jadi kapan?" tanya Luhan to the point.

Mereka yang bingung cuma bisa saling natap satu sama lain.

"Maksudnya bun?" Jinyoung nanya balik.

"Kapan kalian nikah?" Luhan menghela nafas kesal. Mereka berdua terdiam dan saling bertatapan tak tau harus menjawab apa.

"Ehm anu bun... Ehm soal nikah itu... a-aku.." Jinyoung gelagapan.

"Apa? Mau alesan apa lagi? Bunda gak mau tau, pokoknya kalian berdua harus nikah secepatnya!"

'APAAAAA????'

Jinyoung dan Jihoon kaget. Mereka tak mengira sandiwara nya malah membuat Luhan lantas ingin menikahkan keduanya.

"Tapi bunda kan nikah itu butuh persiapan yang mateng ga main-main kaya gini"

"Siapa bilang pernikahan ini main-main, kita udah nyiapin semua keperluan penikahan jadi kalian berdua tinggal siap-siap aja"

'Hah?'

"Besok bunda mau ngadain acara keluarga sekaligus memperkenalkan Jihoon sebagai calon istri kamu, kalian berdua bantu bunda ngurusin semuanya yah" lanjut Luhan.

Mereka berdua hanya bisa diam tak tau harus menolak dengan cara apa.

'Gila sandiwaranya udah kelewatan'

****


"Kenapa? Belum siap? Apa kamu mau dijodohin sama pilihan bunda?"

Jinyoung masih terngiang perkataan bundanya yang berujung sebuah ancaman. Dan dengan bodohnya mereka mengaku kalau mereka itu saling jatuh cinta. Padahal hanya sekedar suka satu sama lain pun tidak sama sekali.

"Gimana nih elo yang mulai kan akhirnya jadi ribet nih sandiwara nya" ujar Jihoon kesal.

"Yaudah mau gimana lagi, kita ikutin permainan mereka, lagian gua gamau dijodohin sama pilihannya bunda"

Jihoon mengacak rambutnya kasar.
"Arrgggh!!! Sial banget sih kenapa gue harus terjebak di sandiwara konyol ini!!"

"Terima aja, ga bakalan rugi kok elo kalo nanti nikah sama gue" ujar Jinyoung sambil menyeringai.

'Cih! kenal sama lu aja udah musibah besar bagi gue' batin Jihoon.

Jihoon memilih berjalan pergi keluar ruangan kerja Jinyoung. Kepalanya terasa panas berurusan dengan pria yang terus mengganggunya. Namun Jinyoung mengikutinya dari belakang. Jihoon yang kesal sedang diikuti pun akhirnya berbalik.

"Emangnya gue kelihatan kaya orang yang tergila-gila pengen nikah ya? Kenapa lo terus maksain gue?" bentak Jihoon.

"Emangnya kalo gue beneran ngajakin lu nikah, lu bakalan mau?" ledek Jinyoung seketika membuat wajah Jihoon langsung memerah.

"Gak! Makasih. Bahkan kalo lo adalah orang terakhir di bumi ini, gue tetep ga akan pernah milih lo!" ujar Jihoon sinis.

"Itu sebabnya gue mau ngenalin lu sama keluarga gue, supaya bisa jelasin ke mereka kalo gue itu ga setuju dengan perjodohan itu karna gue udah punya pacar"

Jihoon mendelik kesal. Jadi tadi tuh Jinyoung setuju dengan ajakan Luhan untuk mengenalkan Jihoon sebagai pacar sekaligus calon istri didepan semua keluarganya. Itu artinya mereka benar-benar tak bisa keluar dari permainan ini dan malah terjerumus kedalamnya.

"Gak! Gue tetep ga mau! Dibayar satu juta dollar juga tetep gue ga sudi! Urusin aja urusan lo sendiri!" tegas Jihoon sambil melengos pergi. Jinyoung dibuat putus asa olehnya. Ia kemudian menyusul Jihoon.

"Kan kemarin malem lo udah setuju sama kesepakatan kita" ujarnya menghentikan langkah Jihoon. Rasanya Jihoon ingin mengumpat, ia menyesal sudah menyetujui  permainan yang dibuat-buat ini. Jihoon tak tahan lagi dengan Jinyoung yang terus memaksanya.

"Itu karna malem itu pikiran gue lagi buntu. Makanya gue setuju aja sama rencana ini" ujar Jihoon membela diri.

"Cuma perkenalan dengan keluarga gue, abis itu lo boleh ngapain aja terserah, gue turutin semua kemauan lo setelah lo ngebantuin gue"

Jihoon berpikir sebentar. Dan lagi-lagi ia menyetujui rencana Jinyoung. Entah karena Jihoon memang orangnya tidak tegaan atau ia sudah mulai menikmati alur permainan ini.







TBC








Lanjut gak ya?

Masih bingung nulis next chap nya gimana :'v
Ada kah yang masih nungguin lanjutannya?

Terima kasih sudah mampir 😘💕

.

Unpredictable Marriage [Discontinued]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora