Aneh

7 2 0
                                    

  Hari berlalu. Sekali-dua kali Yuna masih berpapasan dengan Surya. Beberapa kali disengaja, dengan bantuan info dari Vina. Namun tak pernah ada percakapan berarti. Mereka hanya bertegur sapa. Sikap Surya cuek dan terkesan dingin, membuat Yuna urung membuka obrolan. Seringkali Yuna hanya berlalu sambil tertunduk dan menggigit bibir karena kecewa.
  GDUBRAKK! benturan dibahu membuat buku-buku yang dipegang Yuna terlepas jatuh ke lantai marmer.
  "Ah, sori, sori, gue ga sengaja. Loh, Yuna?" Suara itu membuat Yuna yang sibuk membereskan bukunya menoleh pada pria yang ikut berjongkok didekatnya. Itu Surya. Yuna tersenyum kecil lalu cepat berdiri.
  "Gak apa. Gue duluan ya.." Yuna beranjak berdiri. Dirinya gugup. Minder juga. Selama ini Surya yang disukainya malah mengacuhkannya, membuat Yuna tak percaya diri.
  "Yun, lo mau pulang kan?", cegah surya sambil cepat.
  Yuna hanya mengangguk. Kepalanya terus menunduk, menatap lantai marmer dibawahnya.
  "Gue anter yuk?" Ajakan Surya bak petir di siang hari. Yuna menatap Surya dengan heran.
  "Gak usah. Gue bisa pulang sendiri. Bye-bye.." Tanpa menunggu lagi, Yuna berbalik dan meninggalkan tempat itu.
-----------------
  Dear diary,
  Ini tentang Surya. Hari ini Yuna bertemu Surya. Sikapnya berbeda dari sebelumnya. Hari ini dia ramah, bahkan menawarkan diri untuk nganterin Yuna pulang. Yuna senang. Tapi, rasanya aneh, jadi Yuna tolak. Dulu Surya cuek banget sama Yuna. Sekarang malah ngajak ngobrol.
  Ada apa dengan Surya? Apa dia salah minum obat?
-------------------
Lelah yang menyerang membuat Yuna menyerah. Ditutupnya buku hariannya yang setia kemudian dengan cepat terlelap dibuai mimpi.
***

Sepenggal BahagiaWhere stories live. Discover now