• Attention #17LoEmangBego •

Start from the beginning
                                        

Tidak lama, entah sengaja atau tidak mata Zahra dan cowok itu saling bertatapan.

"Adam," kata itu yang keluar dari mulut Zahra yang masih setia terduduk di atas ubin lantai.

Namun sepertinya, hati nurani cowok itu berbicara untuk tidak  menolong sesama. Buktinya setelah Adam bertatapan dengan Zahra, ia hanya menatapnya sekilas  lalu melanjutkan jalannya yang sempat tertunda.

Jangan di tanya lagi apa yang Zahra rasakan sekarang. Cewek itu malu sejadi-jadinya. Setelah tadi ia dipermalukan, sekarang ia malah mempermalukan dirinya sendiri di depan orang yang sama karena kecerobohannya.

Cewek itu menunduk sambil memegangi bokongnya yang terasa sakit semuanya. Di tambah lagi kakinya terasa nyeri, mungkin karena efek terlalu keras di cium oleh lantai. Zahra segera bangun dari duduknya, namun sepertinya kakinya tidak bisa diajak kompromi. Sebelum ia berdiri dengan tegak tubuhnya kembali limbung ke lantai.

"Awh, kaki gue sakit banget sih buat di gerakin." ucap Zahra merintih kesakitan.

Cewek itu menoleh ke kanan dan ke kiri sudah tidak ada lagi orang yang berkeliaran di koridor. Ia menatap malang pada dirinya sendiri.

"Masak ia gue harus ngesot supaya bisa sampai kelas. Entar yang ada gue di julukin murid ngesot, bukan suster ngesot. Ya kali gue mau saingan sama suster ngesot?" gumam cewek itu.

Akhirnya cewek itu lebih memilih menunduk dalam sambil menunggu bala bantuan. Ia berharap semoga saja ada orang yang mau menolongnya. Jika perempuan yang menolongnya, ia akan menjadikan sebagai sahabat bahkan saudaranya. Jika yang menolongnya guru yang mengajarnya, ia akan menjadikannya sebagai guru kesayangan. Tapi, jika yang menolongnya laki-laki masak iya, ia harus menjadikannya pacar seperti di cerita-cerita pewayangan?

Bisa jadi, jika laki-laki itu memenuhi kriteria yang Zahra tentukan. Tapi cewek itu tidak janji akan hal itu.

Tiba-tiba ada sebuah tangan yang terulur di depan Zahra.
Cewek itu mendongak ke atas melihat siapakah sang pemilik tangan.

"Adam,"

Yang namanya di panggil masih berekspresi seperti biasa, datar.

"Lo ngapain disini?"

Cowok itu masih diam tanpa mau merespon.

"Gue nanya, ngapain lo disini?" tanya Zahra lagi sambil memegangi kakinya yang terasa nyeri.

Adam menghembuskan napasnya lelah. Memang susah jika berbicara dengan cewek yang tidak peka.

Zahra bukaannya tidak peka, tapi ia tidak mau ke-geeran.

"Gue bantu." ujar Adam, dingin.

"Oh,"

Zahra menatap tangan kanan yang masih dengan setia terulur di depannya.

"Buruan gue bantu. Gue nggak ada waktu buat ngeladenin cewek kayak lo." ucap Adam masih sama, dingin.

Di dalam hati Zahra menggeram kesal. Sebenarnya cowok di depannya itu niat tidak sih untuk menolongnya.

"Gue bisa sendiri." ucap Zahra tak kalah dingin.

Setelah mendengar ucapan itu. Adam menarik tangan yang sempat ia ulurkan tadi. Dan beralih ia meletakkannya di depan dada.

"Ok," jawab Adam, menyeringai.

"Yaudah lo ngapain masih disini? Kan gue bilang gue bisa sendiri."

"Ini tempat umum."

"Ish,"

Zahra segera bangun dari duduknya, tapi hasilnya masih sama dengan yang di awal tadi. Saat mencoba untuk berdiri tubuhnya kembali terjatuh.

Adam yang masih di depannya ia hanya tersenyum menyeringai sambil geleng-geleng kepala. Dalam artian meremehkan.

Dan kenapa Adam bisa bersama Zahra, di karenakan cowok itu tadi ingin pergi ke ruang OSIS untuk mengambil bukunya yang masih tertinggal. Dan karena kebetulan ruang OSIS terletak tidak jauh dari Zahra berada, maka Adam masih bisa melihat jika cewek tadi yang terjatuh di dekat tangga masih duduk di tempat semula. Dan Adam juga yakin cewek yang terduduk itu masih cewek yang sama saat ia lihat tadi. Walaupun Adam menganggapnya musuh, tapi ia masih punya hati untuk menolong sesama.

Zahra masih mencoba untuk berdiri, namun hasilnya tetap saja sia-sia. Ingin menerima bantuan Adam, tapi egonya lebih tinggi daripada keinginannya.

Tanpa menunggu aba-aba, Adam langsung merengkuh tubuh tak seberapa Zahra dalam gendongannya.

Mata cewek itu terbelalak tak percaya. Ia bisa melihat dengan jelas wajah Adam dari arah bawah. Rahang yang tegas, bibir pink alami, dan ternyata Adam sangat wangi dengan parfum beraroma khas laki-laki.

Zahra merasa jantungnya berdegup tak karuan. Dan cewek itu tanpa sadar menikmati berada di gendongan Adam.

Dan detik berikutnya cewek teringat dengan sayembara yang di buatnya tadi.

"Gue bego banget sih mau di tolongin sama dia." gumam Zahra.

Tapi itu masih cukup terdengar di telinga Adam. Cowok itu tersenyum menyeringai.

"Gue tahu lo emang bego. Jadi nggak perlu lo perjelas." ucap Adam, santai.

Zahra meremas tangan kanannya. Baru saja ia di buatnya terbang, namun di detik berikutnya jugs ia di jatuhkan sejatuh-jatuhnya.

Dan masalah sayembara tadi Zahra tidak akan menepatinya. Lagian tadikan ia bilang, ia akan menepati janjinya jika orang itu memenuhi kriteria yang ia tentukan.

Sedangkan Adam Wijaya, jauh dari kriteria orang yang ia tentukan. Dingin, ketus, galak dan itu sama sekali tidak ada di dalam kamus kriteria Zahra untuk mencari pasangan.


TBC!

Yeay akhirnya update juga, walaupun agak lama.

Wah, Zahra beruntung banget bisa di gendong sama beruang kutub alias Adam.

Author juga mau dong di gendong! :-*

Fiks, author kelihatan banget jomblonya. Hiks:'(

See u guys:)))


AttentionWhere stories live. Discover now